Sudah berhari-hari sejak kejadian yang tidak mengenakkan, Yura tidak datang ke sekolah dengan alasan sakit. Ya, Yura memang sakit. Tapi, tidak selama itu.
Hamin selalu menanyakan keberadaan Yura, namun Hueningkai hanya berbohong dan membalas bahwa Yura sedang pulang ke rumah neneknya. Hueningkai tidak tahu harus melakukan apa pada Hamin yang terus merengek ingin melihat Yura. Ia bahkan tidak tahu Yura berada di mana.
Tiba ketika Yurim datang ke sekolah, Hueningkai bertanya-tanya. "Apa yang kau lakukan disini, Yurim?"
Yurim menggigit bibir bawahnya, sebenarnya ia datang kesini tanpa memberitahu ayahnya. Ia rindu dengan sang kakak.
"Apa kak Yura ada?" Hueningkai terdiam. Tidak mampu menjawab. Menunggu tidak ada balasan, Yurim mengerti. Yura pasti sedang lari dari masalahnya. "Aku harap kak Yura baik-baik saja, ia sedang ingin sendirian dan tidak ingin orang lain membebaninya. Jadi, tidak heran kak Yura tidak memberitahu keberadaannya sekarang."
Hueningkai berjongkok di depan Yurim, "maafkan kakak, kakak tidak bisa membantu kak Yura."
Yurim tersenyum dan menggeleng. "Tidak, kak Hueningkai sudah berusaha. Hanya saja mungkin kakakku sedikit egois, jadi ia terkadang memikirkan dirinya sendiri."
"Kak Yura sudah lama seperti ini, kak Yura bahkan sudah sakit berkali-kali karena ayah." Hueningkai bungkam mendengar ucapan Yurim. Banyak rahasia yang Hueningkai tidak tahu dari Yura. "Ia selalu bermain denganku, tapi ayah melarang karena menganggap kak Yura orang bodoh. Sedangkan aku harus berteman dengan orang-orang pintar agar bisa pintar juga."
"Yurim senang saat mendengar kak Yura tunangan dengan kak Hueningkai. Aku pikir dengan adanya kakak, semuanya akan berubah. Ayah sudah tidak berbuat kasar lagi pada kak Yura. Tapi ternyata sama saja."
Yurim mulai menitikkan air mata, ia sangat sedih mengetahui kakaknya sering tersenyum dibalik rasa sakit yang dialaminya selama ini. "Jika peringkat atau nilai ku turun, ayah selalu memanggil kak Yura untuk memukulnya sekedar melampiaskan amarah. Seharusnya Yurim yang ada di posisi itu, tapi ayahku sangat menyukaiku sehingga ia tidak ingin melukai ku secuil pun."
"Kak Yura selalu bilang, bahwa aku adalah yang terpenting baginya. Ia tidak masalah jika harus dipukul berkali-kali oleh ayah karena ku. Kak Yura bahkan belajar mati-matikan agar ayah mau mengakui bahwa ia tidak bodoh. Tapi, ayah tetap keras kepala."
Hueningkai menahan air matanya untuk tidak jatuh, ia tidak boleh terlihat cengeng di depan Yurim. "Aku dengar dari Ibu bahwa kak Yura akan pindah sekolah dari sini. Ibu juga tidak bisa membantu banyak pada kak Yura karena pada akhirnya Ibu juga akan disakiti. Jadi, Yurim datang kesini hanya untuk memberitahu semuanya pada kak Hueningkai. Aku harap kakak lebih menjaga kakakku jika ia sudah kembali."
Hueningkai membawahi bibirnya dan mengangguk, "kakak berjanji. Ketika kak Yura pulang, kakak akan menjaga dan merawat kak Yura sebagaimana kak Yura menyayangi Yurim. Hm?"
Yurim tersenyum, memeluk Hueningkai dan pamit. Hueningkai melihat kearah Yurim, bocah lelaki itu ditemani dua pria kekar berjas hitam. Tidak aneh memang, keluarga Yura kaya, tapi dibalik itu keluarga mereka tidaklah harmonis seperti keluarga lainnya.
Yura, maaf, aku sungguh minta maaf.
-мy ғιancé-
"Terima kasih," Yura menerima uang dari pelanggan. Gadis itu sedang bekerja paruh waktu sekarang, ia harus membiayai dirinya sendiri mulai dini hari.
"Goo Yura, kau sudah bisa pulang sekarang. Aku akan menggantikan jadwal mu," Yura tersenyum mengangguk. Ia memasuki ruangan staff only, membuka pakaian khas pelayan cafe.

KAMU SEDANG MEMBACA
мy ғιancée | Hueningkai
Fanfic[END] "Your my only, my fiance." Note : kalau pun ceritanya sudah selesai, upayakan vote dan comment ya 😉😘 © Leyaaa7246, 2021