Bab 10

1.8K 235 33
                                    

Setelah sekujur tubuhnya bermandikan api dalam waktu yang cukup lama, tiba-tiba saja Violet terbangun di tubuh seorang gadis kecil yang sedang berbaring di tempat tidur, otomatis Violet mengerjapkan matanya berulang kali untuk memastikan ia tak sa...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah sekujur tubuhnya bermandikan api dalam waktu yang cukup lama, tiba-tiba saja Violet terbangun di tubuh seorang gadis kecil yang sedang berbaring di tempat tidur, otomatis Violet mengerjapkan matanya berulang kali untuk memastikan ia tak salah lihat.

Apa yang terjadi? Kenapa ia tidak berwujud ular seperti yang ia dan Tom rencanakan? Dan, astaga, Tom tidak ada!

Dengan takut Violet memandang sekeliling ruangan, dan dikejutkan dengan seluruh perabotan yang sangat asing serta aneh;

Di hadapan tempat tidurnya terdapat benda berbentuk kotak yang menunjukkan sesuatu yang berwarna dan bergerak-gerak. Di atas dinding ada benda persegi-panjang yang mengeluarkan desing siulan dan udara dingin.

Astaga. Sejak kapan udara dingin bisa diproduksi oleh sebuah benda? Bahkan selama di dunia sihir ia tak pernah menemukan sihir seperti itu. Apa mungkin dia di surga? Ah, mustahil jika mengingat dosa-dosa yang pernah ia lakukan.

Violet beranjak dari tempat tidur. Ia berdiri di depan kaca dan mendapati seorang gadis berambut merah, freckless bertebaran di sekitar hidung, dan tengah mengenakan kaus bergambar 5 orang tampan yang cara berpakaian dan berekspreksinya sangat aneh.

Tak sengaja, seakan sudah ditakdirkan, mata Violet melirik ke atas kaca dimana sebuah kalender berada.

17 Agustus 2019.

Demi Merlin. Violet merasa jantungnya jatuh ke lantai. Tidak, bukan jantungnya. Tapi harapannya dan Tom. Alih-alih terbangun sebagai hewan dalam waktu 1001 malam, ia justru terbangun di tubuh seorang gadis yang tinggal di tahun 2000an.

Violet meneguk salivanya dengan kesulitan. Seketika kulitnya memproduksi keringat dingin yang amat banyak.

Dengan pelan-pelan, Violet membuka pintu kamar dan berjalan menuruni tangga rumah, namun langkahnya berhenti ketika mendengar bunyi pecahan piring dari bawah. Sontak tubuhnya bergetar, tapi segera ia tenangkan, dan memilih untuk mengintip apa yang terjadi di bawah sana.

PRANG!!!

"Ron!" Mata Hermione melotot melihat Ron terpeleset dengan piring yang dibawanya pecah berkeping-keping, segera ia menghampiri lelaki itu.

"Bloody hell! Sakit sekali!" Ron meringis sambil mengelus pinggangnya. "Siapa yang mengepel dengan air sebanyak ini, hah?!"

Hermione berkacak pinggang. "Itu salahmu karena tidak berhati-hati. Lihat, piring berhargaku pecah karenamu!"

Kepala Ron menoleh ke Hermione sepenuhnya, ia menatap gadis berambut ikal itu dengan tak percaya. "Astaga, aku baru saja jatuh dan kau hanya memedulikan piringmu? Bloody hell!"

"Bloda blodi bloda blodi," dengus Hermione yang membereskan pecahan piring itu dengan tongkat sihirnya.

Lalu dengan baik hati, Hermione membantu Ron pindah ke sofa apartemen. Ia terengah-engah saat lengan Ron mengalungi lehernya, lelaki itu sangat berat!

"Kau terlalu banyak makan, Wallenby," ujar Hermione.

"Coba sekali saja kau tidak mengomentariku, Hermiwan," balas Ron sambil merebahkan tubuhnya di atas sofa. "Terimakasih."

Hermione berkacak pinggang. Sebelum akhirnya kepalanya menengok ke atas dan menemukan anak sulungnya sedang mengintip. "Rose!" panggilnya.

Violet terkesiap. Keadaan dimana ia terbangun sebagai gadis kecil di tahun 2019 saja sudah membuatnya kelimpungan. Dan seakan itu tak cukup, tiba-tiba wanita yang kelihatannya garang itu meneriakkan nama Rose padanya, apa mungkin bunga Violet di tahun 2000an berubah nama menjadi bunga Rose?

Tentu tidak! Violet menggeleng-gelengkan kepalanya yang sempat-sempatnya berpikiran bodoh. Dia bukan Violet. Kini dia adalah Rose. Atau mungkin harus bersikap seperti Rose.

"Iya?" balasnya sambil berjalan menghampiri Hermione.

"Apa kau jadi pergi ke rumah Keluarga Potter? Tolong bawakan pai apel yang ibu buat, dan jangan lupa sampaikan salam ibu dan ayahmu pada mereka semua," ucap Hermione sembari berjalan ke dapur untuk menyiapkan pai apelnya.

Violet—maksudku Rose—mengangguk kikuk. Dia menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya dengan berusaha tenang. Mau tak mau ia harus menerima apa yang terjadi di sini; gadis kecil bernama Rose, dengan orang tua yang kelihatannya konyol, dan hidup di tahun 2019 dimana suasana dan perabotannya aneh.

Saat Violet hendak berjalan mengikuti Hermione ke dapur, tiba-tiba saja sebuah bisikan yang dalam terdengar jelas, seakan-akan bisikan itu terjebak di kepalanya hingga kepalanya terasa sangat sakit.

"Violet...bunuh dia...Harry Potter...lalu ambil Mesin-Waktu dari kantor ibumu Hermione...dan bawa aku dari masa lalu ke masamu kini berada...Cintaku...ini lebih mudah dari yang kita perkirakan...Violet..."

"AGH!" Suara itu hilang dan telinga Violet langsung berdegung nyaring, sakitnya bukan main sampai ke tenggorokan, dan matanya yang sedikit rabun melihat Hermione sedang berlari ke arahnya.

"Ron! Hidung Rose berdarah!" pekik Hermione.

"Bloody Hell!" Ron, yang kakinya tertatih-tatih karena luka beling tadi, ternyata berhasil menangkap anak sulung perempuannya itu yang kini pingsan di pangkuannya. "Hermione! Ke rumah sakit sekarang!"

Namun Violet tak sepenuhnya pingsan. Entah bagaimana ia masih bisa mendengar semua percakapan.

1001 Nights | Tom RiddleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang