Bab 2

3.7K 459 31
                                    

Secangkir air lemon dicampur madu menyegarkan kerongkongan dan lambung Violet, sekaligus meredam sakit di punggungnya yang disebabkan oleh kelakuan Tom tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Secangkir air lemon dicampur madu menyegarkan kerongkongan dan lambung Violet, sekaligus meredam sakit di punggungnya yang disebabkan oleh kelakuan Tom tadi.

Pastilah Tom menambahkan mantra penyembuh di dalam minuman itu, pasalnya Violet langsung merasa sehat seperti kuda seusai meneguknya hingga tandas.

Masih di dalam Ruang Kebutuhan, keduanya duduk di atas meja-meja tua dengan keheningan meraja. Tom terus menatap Violet, membuat gadis itu merasa risih dan mengalihkan pandangan.

Tom menyeringai, "Kau gugup?"

Tak ada gunanya mengelak, Violet hanya terkekeh mengejek, "Semua orang akan gugup jika ditatap oleh pemuda yang baru saja menyakiti fisiknya."

"Sudah kubilang, aku tak berniat menyakitimu," sela Tom cepat.

"Niat tak niat, tetap saja punggung dan tanganku sakit," tegas Violet.

"Kau saja yang lemah," desis Tom.

Mata Violet membuntang. Tangannya teremas geram di udara, sebagai peralihan karena tak berani jika harus meremas wajah Tom.

Tindakan itu menimbulkan senyum kecil di
bibir Tom. Setelah sekian lama, akhirnya kedua sudut bibir itu bisa terangkat dengan tulus, membentuk pelangi manis yang hanya bisa dibentuk oleh Violet. Mulai detik ini, hanya bisa dibentuk oleh Violet.

"Jadi, apa yang kau dapatkan dari membaca pikiranku? Kegelapan?" tanya Violet yang sudah berani menatap Tom.

"Aku suka kegelapan." Tom melipat kedua tangannya di atas perut dan menyenderkan punggungnya ke dinding. "Yang artinya, aku juga menyukaimu..."

Violet mendengus. "Menyakitiku maksudnya?"

"Itu terus yang kau sebut,"

"Bagaimana tidak? Kau sama sekali tidak minta maaf!" kelakar Violet.

"Itu bukan tipeku. Anggap saja aku tak bisa mengeja huruf berawalan M dan berakhiran F itu."

Setelah itu terjadi keheningan di antara mereka. Sebelum akhirnya Tom bersuara lagi dengan mengutarakan pertanyaan pada Violet.

"Jadi, kau tinggal dengan Ibumu di Dunia Muggle?"

"Ibu? Dia Majikanku."

Tom terkekeh pelan. "Dia Ibumu, tetapi memperlakukanmu seolah-olah dia adalah majikan dan kau budaknya."

"Tak masuk akal." Violet menggelengkan kepala. "Dia bukan Ibuku. Lagian juga, memangnya ada seorang Ibu yang menjadikan anaknya budak, eh?"

"Haruskah kau membaca pikiranmu sendiri, Nona-Keras-Kepala?" tekan Tom. "Kau senasib denganku. Kita lahir dari cinta yang liar, kita tidak dicintai secara utuh oleh orang tua kita, makanya kita tak punya perasaan dan tak bisa mencintai orang lain juga."

"Maksudmu? Sungguh, aku tak mengerti."

Ketimbang membuang suaranya untuk menjelaskan semuanya pada Violet, Tom lebih memilih memanfaatkan Ruang Kebutuhan ini, dia meminta kehadiran Pensieve dan benda itu segera datang.

1001 Nights | Tom RiddleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang