Kamu boleh tidak percaya
Kepada alam yang membuatmu bertahan
Tetapi kamu harus percaya
Kepada Sang Pencipta yang mengizinkanmu
Menikmati dunia lebih lama
Tujuh tahun lalu, Liz masih menjadi anak sekolah menengah atas, melanjutkan ke universitas, lalu kembali dengan status barunya menjadi pegawai di salah satu perusahaan di Sudirman.
Gugup akan terjadi pada siapa saja saat memulai suatu kegiatan baru atau berada di komunitas baru, dan itulah yang dirasa Liz di tanggal 28 November 2019. Sepertinya, Liz memiliki banyak nyawa layaknya kucing dengan sembilan nyawanya. Dia mengambil pekerjaan di perusahaan multinasional. Tidak punya bayangan pekerjaan apa yang akan dilakukannya atau seberapa banyak tugas yang akan diterima, Liz tidak memikirkan itu. Dirinya tahu setelah melepaskan status mahasiswanya, dia harus tetap melanjutkan hidup demi menambah pemasukan keluarga dan dirinya sendiri.
Hari pertama kerja, Liz ditempatkan di sebuah tim yang berisi anak-anak muda. Beranggotakan empat laki-laki dan satu perempuan dengan dua bos yang memimpin. Baru hari pertama dirinya bekerja, salah satu bos dan temannya sedang cuti, jadi belum bisa kenalan saat itu. Liz belum mendapatkan tugas di hari pertamanya kerja. Dia hanya berdiam diri sepanjang hari hingga waktu pulang tiba.
"Anak-anak di sini biasanya datang di atas jam sembilan, Liz," salah satu anak tim membuka pembicaraan.
Liz terkejut karena peraturan mengatakan karyawan masuk jam setengah sembilan. "Yang benar, Mbak?"
Anak tim lainnya menyaut. "Iya. Tapi aku enggak kok. Aku selalu dateng pagi. Hehehe."
Liz merasa sedikit lega. Dia khawatir jika besok dan seterusnya harus sendirian di pagi hari. Syukurlah enggak sendirian di atas.
Hari kedua masuk kerja, benar saja dia sendirian. Meja-meja belum bertemu dengan penghuninya, penyejuk ruangan masih terasa sangat dingin karena minimnya orang. Beberapa menit kemudian temannya datang. Oh, dia berkata jujur kemarin sore. Syukurlah, batin Liz.
Terkadang, mencari topik pembicaraan sangatlah sulit. Membuka sebuah percakapan dirasa tidak semudah membalikkan telapak tangan. Bercerita tentang masa lalu tampaknya menjadi salah satu pilihan menu pembuka yang baik untuk menjalin hubungan pertemanan. Liz dan temannya bertukar cerita tentang pengalaman magang mereka saat hari menjelang siang. Terkadang serius, terkadang diselingi ketawa kecil. Namun, yang membuat Liz terkejut adalah mereka memiliki pengalaman yang sama. Mulai dari situlah cerita berlanjut, hingga tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua belas.
"Sumpah, Mbak. Seneng banget aku ketemu sama orang yang punya nasib sama kayak aku. Hahaha."
"Kok kamu seneng banget sih, Liz?"
"Ya gimana ya, Mbak?"
"Ya gimana? Kan aku enggak tahu. Hahaha."
Begitulah first impression Liz selama dua hari dia bekerja. Menyenangkan sekali pastinya ditempatkan di tim yang asyik, hingga mendapatkan teman yang senasib dengannya. Tidak apa-apa Liz. Berbahagia di awal memang perlu supaya jiwa dan raga merasa nyaman di tempat baru. Tetapi ingat, permen karet akan terasa pahit setelah berlama-lama dikunyah. Bukan. Bukan berarti habis manis sepah dibuang. Boleh saja kita berbahagia, namun jangan lupakan kenyataan bahwa semua yang di dunia punya lawannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Atidhira
RomanceAtidhira bukanlah namanya. Alam semesta yang memberinya nama demikian. Mengemban rasa yang tidak tahu berakhir seperti apa, begitu tabah dan berani mencintai seorang laki-laki tinggi, Elwin, rekan kerjanya sendiri. Lizbeth. Bak potongan tanya yang h...