Sungguh ia datang
Bersama rindu yang kutitipkan
Berkelana menuju alamat
Tempat bernaung paling tentram
Tempat ternyaman cinta pulang
Sungguh kalau ingin
Jadikan ia adalah aku
Tempat paling aman untuk
Rahasia-rahasia besarmu
Sudah beberapa hari ini Liz dan Elwin tidak saling mengobrol, baik lewat telepon maupun pesan di media sosial. Liz sempat tidak menghiraukannya. Sampai suatu saat di mana rasa rindu itu datang. Ia menghentikan pekerjaannya sejenak. Sebuah ide datang di kepalanya. Ia ingin memberi sebuah hadiah untuk Elwin. Dia sudah melihat banyak barang dan jatuh hati pada sebuah botol minum berwarna hitam dengan satu gambar monoline di tengahnya. Liz mempelajari produk dan waktu pengirimannya.
"Bagus banget. Tapi kok pengirimannya lama banget," oceh Liz melihat ketentuan waktu pengiriman bisa 4 sampai 6 minggu karena sistem pemesanannya pre-order.
Sebuah kebetulan, satu pesan masuk ke ponsel Liz.
Kak Elwin : Liz. Dua minggu lagi gue mau karantina nih buat kandidat penerima beasiswa dan enggak akan bisa aktif selama karantina.
Membaca pesan tersebut membuat Liz terkejut. Ia membalasnya sesuai isi kepalanya.
Liz : Berarti jadi berangkat tahun ini, dong.
Kak Elwin : Bukan. Karantinanya di rumah masing-masing gitu via zoom dan akan berlangsung satu hari full.
Liz bernapas lega. Tekadnya untuk beli botol minum tersebut semakin bulat. Apalagi Elwin akan seharian berkegiatan, pasti enggak sempat ambil minum.
Liz : Mau hadiah apa?
Kak Elwin : Iphone 11, pleaseee...
Liz : Anjir. Ngepet aja sana. Gue yang jaga lilin, lu yang keliling.
Kak Elwin : Ya, udah. Macbook Pro 13 inch.
Liz : Bisa yang diluar itu enggak? Wkwkwk. Kalau itu mana bisa gue kabulin.
Kak Elwin : Oh... Gue mau beli koper, tapi belum butuh, sih. Mungkin nanti gue akan belinya pas udah deket-deket mau berangkat kuliah.
Liz : Kalau lu mau beli sendiri kenapa bilang ke gue?
Kak Elwin : Tadi lu nanya gue mau apa. Ya, gue mau beli koper wkwkwkwk.
Liz : Berarti gue salah tanya.
Liz kembali melihat botol yang ia taksir sebelumnya. Melihat-lihat kembali dan semakin tertarik dengan barang tersebut.
"Eh. Tapi kalau aku beli yang ini enggak bisa dikirim cepet, dong? Ah elah. Padahal suka banget sama botol ini," keluh Liz pada diri sendiri.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, Liz kembali mencari botol minum lain yang waktu pengiriman bisa kurang dari dua minggu. Jemarinya lihai mengusap dan menekan tombol apa pun yang matanya lihat. Lalu ia menemukan satu botol yang mirip seperti sebelumnya. Warnanya sama-sama hitam, tapi tidak ada gambar.
"Ini juga bagus. Ada pengukur waktu kapan harus minum dan berapa banyak," celotehnya untuk ke-sekian kalinya.
Semua keterangan tentang barang tersebut sesuai keinginannya. Waktu pengiriman kurang dari dua minggu dan bisa kasih pesan dalam paketnya. Tekadnya kali ini sudah pasti. Liz pun memesannya diiringi pesan yang berbunyi sebagai berikut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Atidhira
RomanceAtidhira bukanlah namanya. Alam semesta yang memberinya nama demikian. Mengemban rasa yang tidak tahu berakhir seperti apa, begitu tabah dan berani mencintai seorang laki-laki tinggi, Elwin, rekan kerjanya sendiri. Lizbeth. Bak potongan tanya yang h...