Tidak Ingin Memberi Judul

20 5 0
                                    

Ada yang berbisik di telinga

Carilah dia di sudut-sudut pengharapan

Kamu akan dapati dia tak ada di sana

Dan benar saja, kamu tak hadir

Melihat diri ini

Tersenyum lebar menjadi tersenyum pasi


Pandemi semakin menyebar dan ada kemungkinan akan masuk ke Indonesia dalam waktu dekat ini. Hal itulah mengapa kantor Liz mulai menerapkan sistem jaga jarak untuk setiap karyawannya. Malam sebelumnya, Liz mendapatkan mandat untuk mengecek kondisi tempat duduk di kantor hari ini. Elwin juga mendapatkan tugas yang sama. Seperti yang sudah dibilang sebelumnya, Liz dan Elwin selalu datang paling awal, sehingga mereka yang mendapatkan mandat tersebut.

Hujan deras telah mengguyur Jakarta sejak malam hari tadi. Kantor masih terlihat sepi karena banyak yang memutuskan untuk masuk lebih siang. Sesampainya di kantor, Liz memutuskan untuk menelepon Elwin.

"Halo. Kak Elwin di mana?"

"Masih di jalan. Kenapa?"

"Enggak. Kantor masih sepi."

"Oh."

Telepon berakhir dalam sekejap. Liz menghampiri karyawan lain yang sudah datang untuk bertanya soal posisi tempat duduk dan menginfokannya ke teman-temannya. Tidak lama setelah itu, Elwin datang dan bertanya tentang hal yang sama. Keduanya duduk di tempat yang yang sudah ditentukan dan Liz membuka percakapan mengenai wisudanya.

"Eh, Kak. Enggak mau ngucapin gue selamat, tah?"

Sambil kelabakan Elwin bilang, "Oh, iya, lu wisuda ya?"

Liz menghela napas.

"Iya! Parah banget deh! Semuanya aja pada ngucapin. Kak Rara ngucapin, Kak Iren ngucapin, Kak Dio ngucapin, Mbak Ina ngucapin, Mbak Niken ngucapin, Pak Gede ngucapin, Edo ngucapin, Koh Vincent ngucapin, Kak Jay ngucapin. Tinggal lu doang memang, Kak."

"Iya. Gue kemarin enggak ngucapin lu karena...."

Dua hari sebelumnya...

Sebuah raut wajah senang, bahagia, sekaligus tegang menyambut pagi buta hari ini. Meski dalam keadaan kantuk yang luar biasa, Liz segera mandi dan berdandan untuk kegiatannya hari ini, yakni menghadiri acara wisuda yang sudah dirinya tunggu-tunggu sejak satu tahun lalu. Lihat betapa cantiknya Liz. Kebaya yang diperlihatkan ke teman-teman kantornya sangat cocok dipakai Liz. Terlihat jelas juga jika Liz bahagia bisa cantik untuk satu hari.

Acara berlangsung selama tiga jam. Mulai dari jam delapan pagi hingga jam sebelas siang. Liz sampai di gedung Gayambakti sekitar pukul tujuh. Dengan perasaan deg-degan, Liz masuk ke dalam ruangan bersama orang tua dan kedua adiknya. Mencari posisi tempat duduk untuknya terlebih dahulu lalu menghampiri teman-temannya yang sudah datang. Obrolan kecil tentang ketegangan serta kebahagiaan menjadi pembicaraan seru antara Liz dan teman-temannya. Saling mengomentari kebaya yang dipakai, merencanakan akan foto bersama di mana, saling menyapa orang tua satu sama lain, dan masih banyak lagi. Selalu ada bahan yang bisa dibicarakan dalam keadaan apa pun.

Satu jam rasanya terlalu cepat berlalu. Tiga belas menit lagi acara akan dimulai. Liz dan teman-temannya bergegas ke tempat duduk masing-masing. Sebelum acara benar-benar dimulai, mereka berswafoto ria dahulu lalu membagikannya di media sosial mereka. Liz hanya menyimpannya di galeri sebagai kenang-kenangan karena belum ada niatan untuk mengunggahnya ke media sosial.

"Ulang dong fotonya. Gue jelek banget di sini," pinta Kasih yang duduk di sebelah Liz.

"Ih, tapi gue udah bagus di situ. Capeklah gue diulang-ulang," saut Liz.

Dia AtidhiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang