Kamu tetap menjadi tanda tanya
Bagiku selepas berhadap
Semoga aku baik-baik saja
Dan secukupnya bahagia bersamamu
Sebelum kutahu
Ironi mana lagi yang datang di masa depan
Pagi ini Liz terbangun dengan raut wajah ceria. Hari ini hari ulang tahunnya. Aktivitas yang dia sukai di hari ulang tahunnya ialah membaca ucapan selamat dari orang-orang.
Liz keluar kamar setelah puas membaca pesan-pesan tersebut. Mama dan papanya sudah menunggunya di ruang tamu.
"Selamat ulang tahun ya, nduk." Mama dan papanya serentak mengucapkan kalimat yang sama. Memeluk anaknya dan mencium pipinya.
Ponsel Liz bergetar. Satu telepon masuk dari seseorang.
"Halo. Saya mau antar pesanannya. Saya Firman dari ojol."
"Maaf. Dari mana?"
"Posisi detailnya di mana, ya? Nomor rumah atau bloknya, atau bisa share lokasinya."
"Sebentar, ya, Bang," jawab Liz singkat kemudian telepon itu ditutup abang ojeknya.
Alamat yang diminta abang ojek tersebut dikirimkan. Liz begitu penasaran siapa yang mau mengirim sesuatu untuknya. Ini belum terlalu siang, tapi sudah ada yang kirim hadiah untuknya. Diam-diam Liz senang, tapi juga penasaran.
Abang Ojek : Ditunggu.
Lima menit kemudian, datang seorang abang ojek ke rumahnya mengantar pizza untuk Liz.
"Abang namanya Firman, bukan?" tanya Liz memastikan.
"Bukan, Mbak. Saya Teguh," jawab si abang ojek dengan lugas.
"Oke. Ini dari siapa, Mas?"
"Dari..." Abang Teguh melihat ponselnya untuk memastikan. "Dari Fian namanya, Mbak."
"Oh. Oke. Makasih, Mas."
Lima belas menit kemudian, datang lagi satu abang ojek ke rumahnya mengantar pizza untuk Liz. Kali ini Mama Sari yang terima pesanannya.
"Pizza lagi. Dari siapa, Ma?"
"Dari Manda," jawab Mama Sari.
Sepuluh menit kemudian, seorang abang ojek datang ke rumahnya mengantarkan sekotak kue untuk Liz.
"Mbak, ini ada yang anter kue dari ojol," kata abang ojeknya.
"Nama Masnya Firman bukan?" tanya Liz untuk memastikan.
"Iya, Mbak." Si abang ojek kemudian mengambil tas yang berisi sekotak kue berukuran sedang yang masih terkait di motornya. "Ini kuenya, Mbak."
"Dari siapa sih, Mas?" tanya Liz yang begitu penasaran.
"Enggak tahu. Saya enggak dibolehin ngasih tahu dari siapa."
"Ih aneh, deh. Masa enggak boleh dikasih tahu."
"Bener enggak boleh, Mbak. Udah, ya. Kuenya udah diterima. Saya izin muter lagi."
"Ya udah. Makasih, ya, Mas."
Liz masuk dengan wajah kebingungan.
Tidak lama, saudaranya dateng membawa kue red velvet kesukaannya. Rumah pun jadi ramai, hari ulang tahunnya jadi seru. Liz sangat tidak menyangka akan mendapat banyak kiriman yang bertubi-tubi ini. Liz sejenak melupakan siapa pengirim kue yang diantar oleh Abang Firman tadi. Tiup lilin, lalu makan bersama-sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Atidhira
RomanceAtidhira bukanlah namanya. Alam semesta yang memberinya nama demikian. Mengemban rasa yang tidak tahu berakhir seperti apa, begitu tabah dan berani mencintai seorang laki-laki tinggi, Elwin, rekan kerjanya sendiri. Lizbeth. Bak potongan tanya yang h...