Sera

1.1K 61 0
                                    

Setelah berdebat sama Daffa, akhirnya aku putusin buat maafin dia. Tapi, bukan berarti aku diem aja tanpa cari tau.

Walaupun aku kupu-kupu, aku termasuk anak yang aktif banget bersosmed, setelah Daffa pulang, langsung aja aku ketik nama "Sera" disetiap sosmedku.

Akunnya private, sial banget emang, untuk bisa kepoin dia aku bela-belain deh bikin fake account. Kalo kalian bilang aku posesif lah, berlebihan lah, aku gak peduli. Emang ada ya orang yang udah 5 taun pacaran bakal rela hubungannya dirusak perempuan lain?

Oke balik lagi soal Sera, aku nemuin akun facebooknya, kebetulan dia gak private akunnya jadi bisa aku stalk, ternyata emang dia anak hits gitu, temen fb nya banyak, fotonya bagus, cantik, banyak prestasi juga, wah idaman banget. Mungkin gak ya Daffa gak ada rasa sama dia? Mana tiap hari ketemu, jadi insecure.

Emang perempuan itu suka cari penyakit, kepo sendiri, sebel sendiri, galau sendiri, uring-uringan sendiri kaya gini. Aku akhirnya memutuskan untuk menutup layar laptopku, dan mengambil buku untuk aku baca-baca.

Sebenarnya aku pengen banget belajar, tapi rasanya kepalaku cukup penuh buat memahami itu semua, gak tau deh keisi apaan. Selain materinya banyak, statistika itu pusing buat dipelajarin. Ya udah deh, tutup buku lagi, pusing lagi.

Ngapain ya? Telpon Daffa, tapi males sama dia.

Kring..

Notif ponselku bunyi, ternyata dari Instagram, si Sera udah Acc fake account aku hehe. Baiklah saatnya ngestalk.

Oke foto pertama gaada masalah, foto kedua juga gada,foto ketiga aman, foto keempat yaa masih aman lah soalnya dia foto bareng-bareng anak BEM, dan ada Daffa juga.

Hm, mungkin Tuhan belum mau kasih aku petunjuk soal Daffa dan Sera. Aku melirik lagi layar laptopku dan ternyata ada satu foto yang menarik perhatianku. 

Di foto kelima ini, cuma ada tangan yang saling menyentuh, seperti tangan laki-laki dan perempuan. Dan aku kenal tangan ini, ini tangan Daffa. Aku yakin, aku gak salah lihat.

Aku langsung mengambil foto kami berdua untuk memastikan kalau ini benar-benar tangan Daffa, jam tangan yang dipake juga sama. Ya Tuhan, apakah ini benar?

Aku harus apa?

Ponselku kembali berbunyi, Mama telpon.

"Halo Assalamualaikum kak, apa kabar?" ucapnya

"Halo ma, Waalaikumsalam, kakak baik-baik disini, mama gimana?"

"Sehat juga alhamdulillah, Daffa apa kabar dia?" tanyanya lagi

"Baik ma" ucapku

"Baik-baik loh kalian, jangan sering-sering berantem" ucapnya, Mama tau banget kalo aku lagi berantem sama Daffa, walaupun kadang aku gak cerita.

"Enggak kok ma" ucapku, aku gak berbohong, Sore tadi kita baikan, tapi malem ini aku kesel lagi sama dia.

"Ya udah deh syukur, kalo gitu kakak lanjutin aja belajarnya, mama tutup ya telponnya" ucapnya

"Iya ma, Assalamualaikum" ucapku

"Waalaikumsalam" ucapnya

Kalau kalian tanya seberapa dekat mama dan Daffa, mungkin akan aku ceritain nanti.

Ngomong-ngomong soal Sera, kayanya aku harus tanya temen BEM yang lain, buat mastiin Daffa tuh gak ada hubungan apa-apa sama Sera. Ya mungkin mulai besok.

Kring... Ada notif lagi, kali ini dari Daffa

"Re, udah tidur ya?"

"Belum"

"Aku boleh telpon?"

"Enggak"

"Kamu masih marah?"

"Aku ngantuk Daf"

"Yaudah selamat tidur ya sayang, besok aku jemput"

"Gak usah, aku besok berangkat sama Nana"

"Ayolah Re, gak mau tau pokonya besok aku jemput, berangkatnya harus sama aku"

"Terserah"

Sebenarnya aku gak tidur, aku lanjut belajar, biar aja ku telen mentah-mentah materi statistika, sekalian pusing deh.

Pusing mikirin Daffa sama Sera.

------------------------------------------------------------------------

Hayooo gimana nih part ini?

Kalian Tim Rea atau Daffa?

Jangan lupa voment ya:)

SETELAH PUTUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang