Restu (2)

886 68 0
                                    

Disinilah aku sekarang, ke rumah yang dulu sering aku kunjungi. Aku duduk di ruang tamu utama, sembari menunggu dokter Fani keluar, tak lama beliaupun keluar dari kamar, nampak anggun dan cantik seperti biasanya.

"Apa kabar Rea, sudah lama ya tidak bertemu" ucapnya ramah

"Iya dok, Alhamdulillah kabar saya baik, dokter sendiri apa kabar?"

"Baik juga Alhamdulillah, langsung aja ya Rea, seperti yang kamu tau saya ini bukan orang yang suka basa-basi. Pertanyaan saya bukan cuma untuk Rea aja, kamu juga boleh jawab" ucapnya pada kami

Mirip sidang skripsi, tapi disini bedanya adalah aku menjawab tanpa persiapan dan tanpa belajar sama sekali, lagian apa yang harus aku pelajari huh.

"Sejak kapan kalian dekat?" tanyanya

Aku diam sejenak untuk berfikir dari awal pertemuanku dengan dokter Reyhan, mengingat-ngingat semuanya dari awal, dan ternyata memang kita tidak pernah dekat, hanya sering dipertemukan

"Reyhan dekat sama Rea sejak kemarin ma, kalau mama tanya sejak kapan bertemu dengan Rea, mungkin sekitar beberapa bulan yang lalu, dan tidak sengaja bertemu tetapi sering dipertemukan" ucap dokter Reyhan

"Oh kemarin, terus kenapa kalian memutuskan untuk taaruf? Alasannya apa? Udah saling suka?" tanya dokter Fani

"Iya Reyhan suka sama Rea ma, udah bukan waktunya lagi untuk pacaran, jadi lebih baik taaruf untuk ke tahap lebih lanjut" ucap dokter Reyhan yakin

"Rea, kamu diem aja kenapa? Ini bukan pura-pura yang kaya di sinetron kan? Yang ada batas waktunya buat ngejalanin suatu hubungan, cuma kesepakatan padahal aslinya ngga saling cinta,jangan ya jangan gitu Allah ngga suka" ucap dokter Fani

"Eh iya dok, saya cuma deg2an aja takut salah jawab, kami ngga ada kesepakatan apapun terkait hubungan ini dok, hanya saja Rea memang sering meminta untuk didekatkan dengan jodoh Rea, dan seketika itu Allah pertemukan Rea dengan dokter Reyhan yang juga punya niat baik, jadi Rea nggak ada ragu sama sekali buat taaruf sama beliau." ucapku

"Bagus kalau gitu, ya udah mama restuin kalian berdua, tapi ingat, taarufnya harus sesuai syariat, ngga ada khalawat atau berduaan" ucapnya

"Pasti ma" ucap dokter Reyhan

"Rea, Reyhan ini tiga bersaudara, kakak pertamanya sudah menikah, dia anak kedua, adiknya masih sekolah, kalau papanya lagi sibuk banyak kerjaan di RS, dia satu-satunya yang memilih melanjutkan karir sebagai dokter, kakaknya pilot, mungkin kalau kalian sudah lanjut ke tahap khitbah, kita bisa kenalan keluarga lebih dalam lagi. Sembari taaruf juga kamu bisa sedikit ceritakan tentang keluarga kita Rey" ucap dokter Fani

Aku mengangguk mengerti, aku tau alasan dokter Reyhan begitu serius dalam pekerjaannya ataupun sangat mengajar, dia punya tanggung jawab yang besar terhadap keluarganya, aku yakin papanya pasti menaruh harapan kepadanya untuk menjadi penerus papanya kelak.

"Ya udah Re, mama mau ada perlu, katanya Reyhan juga mau ke Bandung ya, titip salam buat mama, mungkin kalau ada waktu mama juga akan ke Bandung bertemu keluarga kamu secepatnya" ucapnya

"Iya dok, nanti saya sampaikan. Dokter mau bareng Rea aja? biar Rea anterin" ucapku

"Panggil mama aja ya, ngga usah Rea, kamu pulang aja, nanti mama mau jemput temen soalnya. Oh iya, ngomong-ngomong taarufnya berapa lama?" tanya dokter Fani

"Satu bulan ma" ucap dokter Reyhan

"Ya udah bagus, jangan lama-lama" ucapnya

Kamipun berpamitan pada dokter Fani, aku melihat sekilas wajah dokter Reyhan, ada semburat senyum menghiasi wajahnya, mungkin kah dia sedang bahagia?

"Iya saya seneng Rea" Ucapnya seolah bisa membaca pikiranku, saat kami berjalan menuju mobilku

"Saya juga seneng dok" ucapku

"Kamu hati-hati ya, saya ke Bandung dulu"ucapnya

"Dokter juga hati-hati ya" ucapku.

Kamipun berpisah, tak lama aku sudah sampai rumah, aku menelpon mama untuk menghilangkan rasa grogiku, bagaimana jika dokter Reyhan tidak bisa menjawab pertanyaan papa? Bagaimana jika papa tidak setuju? Yaampun padahal ini baru taaruf tapi rasanya seperti meminta restu untuk menikah.

Beberapa jam kemudian aku mendapat kabar bahwa dokter Reyhan sudah menemui papa, rasanya tidak sabar untuk mendengarkan cerita beliau secara langsung, akupun bertanya kepada mama, ia bilang papa merestui kami dengan satu syarat aku harus lulus S1 terlebih dahulu.

Rasanya aku ingin segera membagi kebahagiaan ini dengan Nana. Notif hp ku berbunyi ternyata dari grup angkatan.

"Besok jam 6 ada kuliah dokter Reyhan, gak boleh telat ya guys jangan lupa baca materi CPR karena dokter Reyhan bakal nunjuk secara acak untuk pretesnya"

Sumpaaa? Dia besok jam 6 pagi ngajar? Ini kan udah jam 9 malam, dia pasti capek banget.

Oke Rea fokus, kamu harus belajar CPR, supaya gak malu-maluin calon suami, hehe.

------------------------------------------------------------------------
Alhamdulillah bisa mulai nyicil update cerita lagi, semoga kalian suka ya.. Maaf belum bikin konfliknya soalnya suasana hati lagi seneng hehe.

Jangan lupa voment ya guyss, biar aku makin semangat updatenya 😁

SETELAH PUTUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang