"Nih buat lo!" Lucas menyodorkan 2 lembar kertas pada Mark saat keduanya tengah makan siang di warung makan padang dekat kantor. Mark yang sedang makan pun mendongak. Ia menatap Lucas dengan heran.
"Gue pikir, lo yang bakalan pergi ke festival bareng Haechan," ujar Mark yang masih keheranan. Namun, Lucas mendengus keras.
"Haechan nggak bisa, ada acara keluarga. Dia harus ke Bangka sama keluarganya. Makanya gue kasihin tiketnya ke lo. Ajak siapa kek," jawab Lucas kemudian ia menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi.
Mark hendak menolak, namun siapa tau tiket itu berguna. "Oke deh, makasih banyak ya," Mark tersenyum lebar lalu mengambil dua tiket festival musik itu dengan tangan kiri. Lucas membalas senyuman lebarnya kemudian melanjutkan acara makannya.
Mungkin begitu kira-kira cerita saat Mark berhasil mendapatkan dua tiket festival musik. Sebetulnya, kejadian itu kemarin siang dan sekarang sudah waktunya festival. Mark yang awalnya tak tahu harus mengajak siapa ke festival, akhirnya sudah memutuskan untuk mengajak Renjun.
"Hari ini ada festival musik sekaligus kuliner nggak jauh dari café ini," ujar Mark berbasa-basi yang basinya kelewatan.
Renjun mengangkat sebelah alisnya, "Lalu?"
"Kamu mau pergi ke sana? Soalnya dari tadi kita didiemin ibu-ibu, dari pada suntuk di sini," tawar Mark. Renjun tampak mempertimbangkan tawaran Mark. Ia menatap Mark dengan pandangan menilai sebelum akhirnya bertanya, "Kamu bawa saya ke situ doang, kan? Nggak kemana-mana?" tanya Renjun dengan pandangan menyelidik.
Mark tertawa pelan, "Emangnya wajah saya keliatan kaya penjahat?" balas Mark dengan nada jenaka membuat Renjun mendengus.
Renjun mengalihkan pandangannya, "Kita nggak ada yang tau niat seseorang. Yang kelihatan tulus bisa aja bulus," ia berujar pelan.
Mark tak menjawab, ia hanya tersenyum sambil menatap Renjun. "Jadi, kamu mau ikut saya atau nggak? Nggak masalah sih saya datang sendiri."
Renjun kembali mengalihkan pandangannya pada Mark, "Ikut," jawaban final Renjun membuat senyuman Mark kian melebar seperti orang sinting.
"Ma, aku sama Mark pergi keluar. Mau nonton konser nggak jauh dari sini," pamit Renjun pada Wendy. "Oh gitu? Nanti langsung pulang aja ya, soalnya Mama bentar selesai," jawab Wendy pada Renjun. Anaknya hanya mengangguk lalu bangkit dari kursinya yang diikuti oleh Mark.
"Aku juga ya, Bun. Nanti aku anterin Renjun pulang kok tenang aja," ujar Mark kemudian ia menyalimi Irene dan Wendy. "Iya, hati-hati!" balas Irene kemudian membiarkan Mark dan Renjun pergi keluar dari café.
Kedua anak adam itu keluar dari café beriringan, mereka pergi dengan menggunakan mobil Mark. Entah apa yang membuat Renjun menerima ajakan Mark, Renjun sendiri pun tidak tau menahu kenapa ia bisa menerima ajakan yang lebih tua. Renjun tau Mark lebih tua karena Wendy pernah menceritakan soal Mark beberapa kali padanya.
Ia kira, Mark itu tidak akan ramah dan dingin pada orang yang baru dikenalnya. Ternyata ia salah, Mark justru ramah sekali padanya seperti sudah mengenal lama. Sejauh ini first impression Renjun terhadap Mark cukup bagus. Mark adalah laki-laki yang tampan, sopan, bertutur kata lembut dan dia harum. Renjun menyukai pria bersih dan harum, Mark salah satunya. Uhm ... maksudnya dalam konteks jika ia bertemu dengan banyak orang. Itu akan menjadi nilai tambah untuknya.
Mark membukakan pintu penumpang untuk yang lebih muda, membiarkan Renjun masuk dan duduk dengan nyaman di dalamnya. Ia berputar untuk menaiki kursi pengemudi dan bergegas pergi menuju lokasi festival musik yang tak jauh. Ini adalah langkah paling awal setelah sekian lama tak bertemu. Mark memang pernah bertemu dengan Renjun 2 tahun yang lalu, tetapi kenapa kejadian itu begitu miris?
KAMU SEDANG MEMBACA
From The Future📍 Markren ✔️
Fanfiction[ REMAKE DARI BUKU SAYA YANG LAIN. HANYA BERBEDA TOKOH ] Semua orang tau Mark adalah laki-laki yang paling diminati. Ia tampan, pintar, cakap dan ramah. Tapi dibalik semua sifat sempurnanya, ada kejelekan yang tersembunyi. Mark tidak pernah makan t...