Vote sebelum baca
Happy reading! ❤
***
Terus menangis juga tidak membuat keadaan berubah, Mark tau itu. Dua hari ia berdiam diri di kamarnya, berusaha menyatukan kembali memori-memori saat ia bersama dengan Renjun.
Kini Mark tau, kini ia paham, setiap kata-kata yang dilontarkan Renjun saat bersamanya ternyata mengandung banyak makna, tentang Chenle, tentang hidup mereka di masa depan. Bukan hanya omongan asal ceplos yang keluar dari bibir ceri laki-laki itu.
Rumah itu kini sepi, tidak ada lagi teriakan Renjun yang membangunkannya dan menyuruhnya untuk mandi, tidak ada lagi aroma masakan yang tercium hingga lantai 2, tidak ada lagi orang yang menyambutnya setelah pulang dari kantor.
Kali ini Mark benar-benar harus berjuang sendiri. Memperbaiki dirinya sendiri, memperbaiki pola hidupnya dan mencari Renjun. Ia ingin segera menemui pujaannya itu, tapi...kemana ia harus mencari?
"Jadi kapan kita benar-benar bisa bertemu?"
"Dua tahun dari sekarang."
Kalimat itu melintas begitu saja di pikiran Mark. Laki-laki yang sudah tidak mandi sejak kemarin itu akhirnya bangkit dari posisi duduknya di atas ranjang.
"Kalau gue duduk-duduk santai kaya gini terus, kapan mau mulai nyari Renjun? Gue harus mulai nyari dia dari sekarang, mau muterin Indonesia juga gue jabanin, sampai keliling dunia juga gue lakuin demi ketemu sama Renjun. Santai aja, duit gue banyak. Udah siap buat modal nikah, cuma calonnya aja yang mendadak ngilang. Pfft!" Mark berbicara sendiri kemudian menertawakan dirinya sendiri. Menurutnya, kisah hidupnya ini lucu sekali. Kalau diceritakan pun pasti tidak akan ada yang percaya dan menganggap Mark sedang berhalusinasi.
"Oke! Kita mulai lembaran baru tanpa ada Renjun," ujarnya sambil menyibak hordeng kamarnya dan seketika cahaya mentari masuk ke dalam kamarnya yang tadinya gelap. Teriknya matahari menyinari wajah Mark yang masih sendu karena ditinggal Renjun. Mata cokelat gelapnya juga masih meredup karena kehilangan poros hidupnya. But life must go on, dia harus bangkit bagaimana pun caranya!
"Jam berapa sekarang?" gumamnya kemudian berbalik untuk melihat jam berapa saat ini. "Jam 8 lewat 13, pantesan gue laper ternyata udah siang," gumamnya sambil menggaruk-garuk perutnya yang masih saja buncit.
Mark menghela napas lelah, "Bersih-bersih kamar dulu deh, berasa liat kapal karam," kemudian ia mulai mengutip apa saja yang ada di lantai termasuk baju-baju kotornya yang berserakan sejak kemarin. Sebetulnya baju-baju kotor itu sudah diletakkan di tempat yang benar tapi karena Mark kemarin mengamuk, semua barang ia lempar.Satu per satu barang ia kutip dan dikembalikan ke tempatnya semula. "Maaf, Ren. Dulu gue nyusahin banget ya? Gue baru tau kalau beres-beres kamar bikin engap," gumam Mark dengan napas yang terengah-engah. Laki-laki itu membawa keranjang pakaian kotornya keluar dari kamar untuk dicuci. Saat ia menuruni tangga, Mark bisa melihat seluruh isi rumahnya yang memang sengaja didesain minim sekat agar terlihat luas.
Rumahnya dominan berwarna putih mulai dari dinding hingga perabotan rumahnya belum lagi hordengnya juga berwarna putih. Cahaya mentari masuk melewati celah-celah hordeng yang berkibar diterpa angin pagi. Pagi itu rumah Mark benar-benar terasa sunyi namun terang benderang.
Ia menghela napas kemudian melanjutkan jalannya menuruni tangga sambil membawa cuciannya ke halaman belakang. Karena Mark tidak tau bagaimana caranya menggunakan mesin cuci dua tabung, maka ia harus melihat YouTube dulu bagaimana caranya menggunakan mesin cuci dua tabung. Setelah menonton tayangan tutorial bagaimana cara menggunakan mesin cuci, Mark mulai mengisi air ke dalam tabung sambil memasukan potongan-potongan pakaiannya kemudian memasukkan sabun secukupnya.
Sambil menunggu airnya terisi, Mark kembali masuk ke dalam rumah. Lebih tepatnya menuju dapur. "Laper, punya apa kita di kulkas?" gumamnya sambil membuka kulkas 2 pintu miliknya. "O...okay," gumamnya saat melihat isi kulkasnya yang ternyata masih penuh. Hampir semuanya sayuran dan buah sedangkan ia tidak bisa memasak.
"Eh, ada telor! Hehe udahlah goreng telor aja," monolognya lagi. Untung saja Mark bisa menggoreng telur, setidaknya ia tidak akan kelaparan selama di rumah. Laki-laki itu mulai menyalakan kompor dan memanaskan sedikit minyak di atas wajan. Tunggu panas baru ia memasukan telur yang sudah ia pecahkan. Mark tidak tau kalau telur ceploknya akan sebrutal ini sampai memuncratkan minyak panas dari wajan.
"ADUH! ANJIR KOK MELEDAK GINI SIH?!" ia emosi karena lengannya terkena muncratan minyak panas. Ia tetap berusaha membalik telur ceploknya tapi yang terjadi malah minyak kembali menyiprat dan mengenai bagian tubuhnya.
"SAKIT WOY!!!" seru Mark sambil mengusap-usap lengannya. Dengan segera ia berlari untuk mengambil helm serta selimut yang ada dikamarnya untuk melindungi diri. Helm tersebut ia pakai dan selimut itu ia gunakan sebagai mantel agar tidak terciprat minyak panas.
Tangan kiri memegangi selimut dan tangan kanan memegangi spatula untuk membalik telur ceploknya yang sudah mulai menghitam. Dalam hati Mark mengumpat karena melakukan pekerjaan simpel seperti ini ia tidak bisa. Akhirnya telur bisa dibalik ya walaupun bagian sebelahnya menghitam.
Dengan perasaan kesal, Mark meletakkan telur gosongnya di atas piring dengan perasaan kesal. Ia menghela napas kasar sembari melepaskan helm dan selimutnya. "Makan apaan gue kalau telurnya gosong gini?!" rutuknya kesal saat melihat hasil karyanya berupa telur gosong. Pasti rasanya pahit.Mark duduk di kursi makan sambil menatap miris telur gosongnya yang berada di atas piring sebelum ia ingat kalau air cuciannya belum dimatikan. "AIRNYA!!!" dengan segera Mark berlari ke halaman belakang untuk mematikan air yang sudah penuh dan keluar dari saluran pembuangan.
"ARGH!!!" Mark mengacak rambutnya dengan perasaan kesal setengah mati. "Hhhh susah juga kalau hidup nggak ada lo, Ren."
***
A/N:
Hai, pada nungguin lanjutan ini ya? Nih saya lanjut, jangan lupa vote dan komentarnya yaa. Sampai ketemu di bab selanjutnya!
KAMU SEDANG MEMBACA
From The Future📍 Markren ✔️
Fiksi Penggemar[ REMAKE DARI BUKU SAYA YANG LAIN. HANYA BERBEDA TOKOH ] Semua orang tau Mark adalah laki-laki yang paling diminati. Ia tampan, pintar, cakap dan ramah. Tapi dibalik semua sifat sempurnanya, ada kejelekan yang tersembunyi. Mark tidak pernah makan t...