🍂 O9 🍂

7.8K 1.2K 165
                                    

"Aku mau kita putus."


Si Gembul yang duduk di depannya ini membelalakkan kedua mata bulatnya. Ia terkejut dengan pernyataan tiba-tiba ini.

"Apa?! Nggak bisa gitu! Kamu udah janji ya bakalan nikahin aku!"

Pria lainnya meringis kemudian memegangi kepalanya yang mendadak pusing. Kenapa calon mantan pacarnya ini sangat keras kepala sekali?

"Kamu sadar nggak sih, mau sekeras apapun kita, ralat! Aku usaha buat hubungan kita, ayah kamu nggak akan pernah setuju kamu sama aku! Mau sebanyak apapun hartaku, ayahmu juga nggak akan peduli!" balasnya dengan keras. Ia sudah muak harus selalu berjuang sendirian tanpa adanya support dari kekasihnya.

"Tapi kamu udah janji ya dan janji itu harus ditepati!" Jihoon masih bertahan dengan keinginannya.

"Maaf, aku nggak bisa. Hubungan kita udah nggak beres! Yang aku butuhin bukan cuma cinta, tapi perhatian dari hal-hal kecil sampai hal-hal yang nggak aku sadarin pun perlu.

Kamu sadar nggak kalau kamu sama sekali nggak bisa ngasih aku itu semua? Kamu cuma mau diperhatikan, didengarkan, diiyakan. Tapi kamu nggak mau melakukan hal sebaliknya bahkan itu untuk aku. Terus, buat apa aku berusaha mempertahankan kata 'kita' yang bahkan dari awal aja udah semu?"

Jihoon terdiam saat Mark menuturkan segala isi hati dan pikirannya. Seburuk itu kah dia selama ini? Apa iya dia jarang sekali memperhatikan Mark?

"Apa karena orang lain yang ada di rumah kamu? Pasti gara-gara dia! Iya kan?!" Jihoon tidak terima disalahkan begitu saja. Ia membalikkan dengan menyalahkan orang lain yang sebenarnya tidak terlalu banyak ikut campur dengan urusan percintaannya dengan Mark.

"Nggak, dia nggak ada sangkut pautnya dengan kita. Buka otak sama pikiran kamu. Mikir, bukannya malah nyalahin orang! Egois!" Mark bangkit dari duduknya dan segera meninggalkan Jihoon sendirian. Lama-lama beradu argumen dengan anak kecil seperti Jihoon membuat tengkuknya sakit dan kepalanya pusing.

"MARK!!! AKU NGGAK MAU PUTUS!!!"

Bodo amat, setan. Urus hidup lo sendiri dan sekarang gue bebas! Batin Mark dengan senyum sumringah dibibirnya. Waktunya pulang ke rumah, berhubung hari juga sudah sore. Ia ingin segera mandi dan makan, juga bertemu dengan Renjun yang pasti sudah menunggunya.

"Urusan Jihoon selesai juga. Lega banget, berasa beban hampir semuanya keangkat," gumam Mark kemudian ia memasuki mobilnya dan menjalankannya menuju rumah.

Jarak mall tempat pertemuannya dengan Jihoon tadi ke rumahnya tidak begitu jauh. Hanya membutuhkan waktu 10 menit dan ia sudah bisa sampai di rumah dengan selamat. Mark segera keluar dari mobil, bibirnya tidak henti-hentinya mengembangkan senyum sumringah. Ia tidak sabar untuk menceritakan harinya ini pada Renjun. Terutama tentang putusnya dengan Jihoon.

"Gue pulang!" Mark berseru dengan riang, bahkan senyumnya tidak berhenti mengembang. Tapi sayang, sapaannya itu tidak ada yang membalas. Kening Mark mengerut heran, tumben sekali Renjun tidak menyambutnya. Ia melangkah memasuki rumahnya sendiri untuk mencari sosok Renjun.

"Ren?! Renjun?!" seru Mark. Ia mendapati Renjun yang berdiri di depan bak cuci piring dengan kepala tertunduk. "Ren," panggil Mark yang berhasil membuat laki-laki itu berbalik dan tersenyum canggung.

"Yㅡya?" Renjun akhirnya mengeluarkan suaranya. Mark bisa mendengar kalau suara laki-laki itu sedikit bergetar. Kakinya melangkah maju untuk mendekati Renjun.

"Are you okay, Ren?" tanya Mark dengan nada khawatir yang ditersirat jelas di dalamnya. Mark menatap ke arah wajah Renjun yang sekarang menjadi lebih aneh dari sebelumnya. Lebih pucat. "Ren, sakit? Kalau sakit ayo gue temenin ke kamar. Istirahat aja, lo nggak usah masak. Biar gue order GoFood aja buat makan malam kita. Bilang sama gue, lo mau makan apa?" Mark berbicara panjang lebar sambil memegangi kedua pundak Renjun.

Sedangkan Renjun hanya tertawa pelan lalu ia menepis kedua tangan Mark dari pundaknya. "I'm okay, kamu kenapa? Tiba-tiba khawatir banget? Biasanya juga masa bodoh," balas Renjun yang kemudian berbalik untuk mengurus sayuran yang sudah ada di dalam wadah.

Mark mengerjap, ia tidak semudah itu percaya dengan perkataan Renjun. Selama ini pandangannya tidak pernah teralihkan sedikitpun dari Renjun. Ia selalu memperhatikan Renjun walaupun Renjun bersikap masa bodoh padanya.

"Lo pikir gue bisa percaya gitu aja?! Muka lo jelas-jelas pucat gitu, kantung mata lo hitam, lo kurang tidur? Perlu gue tidurin juga?"

Hening...

"EH!!! MAKSUD GUE BUKㅡ”

"Mulut dan otak kamu nggak jauh berbeda sama tempat sampah. Kotor,” Celetukan Renjun membuat Mark bungkam dan ia hanya meringis. "Mandi gih, terus ganti baju. Sebelum aku nyiram kamu pakai air bekas cucian sayur," ujar Renjun pelan dan datar juga tanpa berbalik menghadap Mark.

"Iya, iya!" dengan segera Mark berbalik dan meninggalkan dapur menuju lantai 2, tempat dimana kamarnya berada.

Setelah Mark pergi, Renjun baru menghela napas sedikit lega. Ia berbalik dan menyandarkan pinggangnya pada pinggiran bak cuci piring. Tangan kanannya ia gunakan untuk memijat tengkuknya, rasanya akhir-akhir ini dia merasa semakin lemas dan kadang pandangannya mengabur.

"Aku ini … kenapa?"

***

"Lo tau hari ini gue habis ngapain?!"
Renjun mendongak kemudian menggeleng.

"Nggak, emangnya kamu habis ngapain?"
Mark makin melebarkan senyumannya, "Gue akhirnya mutusin Jihoon. Itu anak susah banget diputusinnya ya anjir. Ngungkit soal janji gue dulu yang mau nikahin diaㅡ” Selebihnya Renjun tidak mendengar apapun lagi yang Mark katakan. Ia hanya memperhatikan wajah Mark sambil tersenyum tipis. Membiarkan suaminya mengoceh dan terus mengoceh.

Tangan Renjun terjulur untuk mengusap pipi Mark. Senyuman tipisnya tidak serta merta luntur. Mark terkesiap kemudian ia menoleh ke arah Renjun.

"Keㅡkenapa?"

"Kamu sehat terus ya, jangan sakit apalagi sedih lagi. Makan yang teratur, jangan makan junk food terlalu sering, pelan-pelan mulai ubah kebiasaan merokok dan mabuk kamu, sering-sering olahraga."

"Lo kenapa?"

Kedua mata Renjun mulai berkaca-kaca. "Supaya aku nggak merasa bersalah buat ninggalin kamu di masa-masa tersulitmu."
Setelahnya yang terdengar hanyalah suara isakan tangis Renjun dan keheningan Mark. Sebenarnya ada apa?

***

A/N:

Hai, sudah 4 hari? Siapa yang kangen?

Jangan lupa vote dan komentarnya!

From The Future📍 Markren ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang