🍂 17 🍂

5.2K 828 59
                                    

"... tapi ... kayanya aku pernah lihat kamu. Iya nggak sih?" Renjun mendongak untuk menatap Mark dengan pandangan bingung.

Mark terdiam, mendongak menatap Renjun. Kejadian miris setengah memalukan itu kembali berputar di kepalanya.

Saat ia sekarat dan saat ia menyatakan cinta seperti tak akan bertemu lagi.

Aduh ... mau ditaruh dimana muka gue?

Mark menatap Renjun cukup lama sebelum akhirnya ia tersenyum dan menjawab, "Iya, kita pernah ketemu satu kali pas saya kecelakaan,"ia menjawab dengan santai kemudian melanjutkan acara makannya.

Renjun tidak melanjutkan acara makan kue cokelatnya, ia justru menatap laki-laki di depannya lamat-lamat. "Kamu yang bilang 'aku cinta kamu' ke aku pas sekarat?" tanya Renjun lagi.

Mark kembali dihantam. Ia kira Renjun sama sekali tak ingat dengan kejadian menyedihkan dua tahun lalu. "Ya," balas Mark pendek. Lalu hening, hanya ada suara hiruk pikuk orang-orang di sekeliling mereka.

"Duluㅡ" Renjun kembali berujar namun sengaja ia gantung. Membuat Mark kembali mendongak dan menatap yang lebih muda dengan penasaran. "ㅡkamu sering banget hadir di mimpiku, tapi dulu. Kamu dan aku ada di dalam satu rumah yang sama, melakulan banyak hal berdua. Memang udah lama banget, dua tahun yang lalu tapi aku sama sekali nggak bisa lupa dan ketika aku ketemu sama kamu, aku sama sekali nggak merada kaget," lanjut Renjun.

Mark terdiam, ia bingung bagaimana caranya membalas perkataan Renjun. Ia tidak mungkin bilang jika Renjun adalah istri masa depannya. Mark menatap Renjun dengan dalam, bibirnya terkatup rapat cukup lama ia dalam posisi seperti itu. Namun, Mark justru tak berkomentar. Ia lebih memilih untuk melanjutkan acara makannya.

"Kamu nggak mau nanggapin gitu?" tanya Renjun dengan alis yang terangkat sebelah.

"Saya nggak tau harus komentar apa," balas Mark singkat tanpa menatap Renjun. Ia terkesan menghindari tatapan yang lebih muda. Renjun hanya mengangguk paham dan tak bertanya lagi. Ia memilih fokus memakan kue cokelatnya.

"Kamu bilang, kamu tuh desainer. Desainer baju? Perhiasan?" Mark mengalihkan pembicaraan.

"Baju sih, tapi lebih ke baju cewek. Cowok ada, cuma desainku nggak banyak," jawab Renjun.

"Kalau kamu? Itu perusahaan orangtua atau perusahaan kamu?" tanyanya.

"Ada mereknya?" Mark menimpali dengan pertanyaan lebih dulu. "Oh itu, perusahaan orangtua. Saya sendiri pengennya bukan jadi bos gitu. Saya mau jadi penulis terus nerbitin buku sendiri," lanjut Mark.

"Oh ya? Jarang banget loh ada cowok yang mau jadi penulis. Coba aja gih nulis gitu, soal hal yang kamu alami?" usul Renjun. Ia mendadak bersemangat tentang cita-cita Mark yang belum tercapai. "Kalau soal merek itu, ada kok. BALENCA, tapi sama kaya kamu. Cita-citaku bukan mau jadi desainer, aku mau jadi pengusaha Event Organizer khususnya Wedding. Kalau sekarang, aku banyak digandeng sama EO dan WO buat jadi vendor gitu," ujar Renjun tanpa diminta. Ia tersenyum tipis ketika menceritakan mimpinya yang belum kesampaian.

"Oh BALENCA? Bunda ada beberapa gaun mereknya itu tapi nggak tau juga," jawab Mark dengan kening berkerut. "EO? Ribet sih ya. Apalagi kamu sekarang posisinya desainer dan punya brand. Gini, mungkin kamu ada baiknya sih fokus aja sama pekerjaan kamu sekarang kalau mau beralih sebentar, cari pekerjaan yang nggak bikin kamu stres dan beban juga," lanjutnya.

Renjun tersenyum lebar, "Iya! Sekarang aku fokus sama pekerjaanku, sampingannya melukis. Di rumah, aku punya banyak kanvas besar yang udah aku lukis. Sudah bisa bikin pameran sendiri karena banyak banget," Renjun berseru dengan semangat.

From The Future📍 Markren ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang