🍂 O5 🍂

8.4K 1.3K 209
                                    

"Nggak usah dibahas, nanti kalau aku udah nggak ada kamu nyariin."





"Hah? Maksudnya gimana?" Mark melongo sambil menatap Renjun. Sedangkan Renjun hanya melengos saja kemudian malangkah pergi.

"Heh! Gue belum ngerti maksud lo gimana! Main pergi aja!" sewot Mark lalu mengejar Renjun yang sudah menggantungkan tubuhnya pada tiang besi kemudian ia menaik turunkan tubuhnya pada besi itu. Istilahkan pull up.

Renjun ini bugarnya bukan main, di masa depan setelah melahirkan saja Renjun langsung gerak cepat untuk membentuk kembali tubuhnya. Supaya tetap ramping dan Mark tidak malu kalau jalan dengannya. Padahal mau Renjun seperti apapun bentuk tubuhnya, sama sekali tidak berpengaruh pada Mark. Kan Mark itu bucin.

"Lo kuat ngangkat badan sendiri?" Mark menatap Renjun dengan pandangan ngeri. Ia takut kedua tangan Renjun patah karena pull up. Mana badan dia kurus gitu lagi ya.

"Kuatlah. Kamu jangan ngeremehin aku ya, Mark. Emangnya kamu, badan doang gede, lari nggak kuat apalagi disuruh pull up," ejek Renjun tanpa menatap Mark.

Mark berdecak, "Minggir lo! Gue mau buktiin kalah omongan lo itu salah. Gue sanggup kali cuma begini doang," remehnya.

Renjun menyingkir dan membiarkan Mark mencoba melakukan pull up. Kedua tangan laki-laki itu sudah memegang besi pegangan, hanya tinggal mengangkat tubuhnya saja.

Kita lihat apakah Mark berhasil?

Mark berhasil mengangkat tubuhnya sebelum...

KRAK!

"AARRGGHH!!!"

GUBRAK!

"MARK!!!"

Renjun menghampiri Mark yang sudah jatuh terduduk sambil memegangi pundaknya yang terasa nyeri.

"Kamu nggak apa-apa? Mana yang sakit? Makanya jangan sok-sokan mau coba pull up, itu perlu pemanasan sama latihan dulu! Jangan asal coba aja, cedera kan akhirnya!" Renjun mengomel sambil sesekali mengusap pundak Mark yang terasa sakit.

"Ini pasti bakalan bengkak. Udah, ayo pulang!" ajak Renjun dan membantu Mark untuk berdiri. Terlihat sekali dari sorot matanya bahwa laki-laki itu khawatir pada Mark.

"Perhatian banget sih," Mark mengejek Renjun. Di kondisi seperti ini saja Mark masih sempat-sempatnya meledek Renjun.

"Aku nggak mau jadi tersangka penganiayaan. Menganiaya kamu tuh nggak penting, nggak ada yang bisa dibanggain atau dicuri juga dari kamu," balas Renjun ketus.

"Loh hartaku? Perusahaanku?"

"Kamu pikir aku miskin? Perusahanmu sama uangmu juga nggak bakalan bikin aku bahagia!" balas Renjun lagi.

Mark tersenyum lebar, "Soalnya yang bikin bahagia itu direktur utamanya. Iya nggak? Lo bahagia kan sama gue?" ia menaik turunkan alisnya untuk menggoda Renjun.

Tak bisa dipungkiri kalau kedua pipi Renjun memerah walaupun hanya terlihat tipis sekali.

"Tuh kan gue bener! Emang gue tuh pemberi kebahagiaan lahir batin buat lo, Ren," sahut Mark lagi sambil tertawa.

"Kalau kamu nggak diam, bahumu yang cedera bakalan aku bikin patah," ancam Renjun. Ia berusaha menyembunyikan rasa malunya.

"Uuuu! Jangan galak-galak kenapa sih, heran gue. Lo hobi banget marah-marah," komentar Mark yang membuat Renjun menatapnya lagi.

"Jelaslah, kamu aja hobi memancing keributan dan emosi orang lain. Jadi aku ada alasan buat marah-marah," jawab Renjun dengan senyuman culasnya.

"Mimpi apa gue semalam kalau nanti bisa nikah sama manusia judes kaya lo," cibir Mark yang sama sekali tidak dihiraukan oleh Renjun.

From The Future📍 Markren ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang