Jangan lupa vote sebelum baca.
Komenan kalian bonus buat aku. Thank you 👌Happy reading.
***
Maksud Mark saat mengajak Renjun tidur bersamanya dengan posisi Renjun di bawah dan Mark di atas adalah Renjun di lantai dan Mark di ranjang. Tapi semua itu tidak terjadi, pada akhirnya Mark dan Renjun tidur pada satu ranjang yang sama dengan pembatas guling.
Pukul setengah 6 pagi, Renjun sudah terbangun dari tidurnya. Ia segera masuk ke dalam kamar mandi untuk buang air kecil, cuci muka dan sikat gigi supaya terlihat lebih segar. Kaki rampingnya berjalan keluar dari kamar mandi menuju lemari milik Mark. Ia mencari baju yang kira-kira pas untuknya. Pagi ini ia berencana untuk melakukan jogging sebelum memulai kegiatan.
Matanya sibuk memilah dan tangannya sibuk menggeser gantung-gantungan pakaian itu sampai akhirnya ia menemukan sebuah hoodie hitam yang lebih kecil dari pada yang lainnya. Dengan senyum yang mengembang, Renjun segera mengenakannya. Celananya tidak ia ganti, karena ia sama sekali tidak membawa pakaian apapun ke masa lalu, hanya pakaian yang ia pakai saat ini saja.
Renjun berbalik untuk menatap Mark yang masih bergelung dalam selimutnya. Ia mematikan AC yang masih menyala dan segera menghampiri Mark yang masih tertidur.
"Mark, wake up!" Renjun menggoyang-goyangkan tubuh suaminya dan nyatanya sama sekali tidak berhasil.
"Mark! Bangun, udah pagi! Nanti rezekimu, jodohmu dipatok ayam!" seru Renjun.
Mark bergerak, laki-laki itu mengulet dalam selimutnya kemudian menyahut dengan suara serak. "Jodoh gue masa dipatok ayam? Toh udah berdiri di depan gue nih," balasnya kemudian ia menarik Renjun untuk tidur kembali ke dalam pelukannya.
"Udah, lo tidur aja lagi bareng gue."
Tapi sayang Renjun berontak dan segera menarik Mark agar bangun dari tidurnya.
"Gue nggak mau bangun, Ren!" Mark merengek dengan mata yang setengah terpejam dengan posisi duduknya. Kemudian ia kembali menidurkan tubuhnya ke ranjang.
"Bangun atau aku doain kamu tidur selamanya?" sarkas Renjun pada Mark.
Dengan segera Mark melompat dari ranjangnya ke hadapan Renjun.
"Kok lo ngomongnya gitu?!! Lo ngedoain gue cepet mati ya?! Nanti yang nemenin lo di masa depan siapa? Nanti siapa yang bisa ngurusin Chenle?" omel Mark pada Renjun.
"Ya aku tinggal cari lagi. Cepat bersihin muka kamu tuh, banyak pulau tuh. Aku tunggu di bawah."
Setelahnya Renjun pergi meninggalkan Mark yang masih melongo di kamarnya.
"Wah, wah, wah! Bener-bener nih, gue berasa kaya nggak penting banget gitu ya buat hidup dia," sungut Mark lalu ia masuk ke kamar mandi.
Renjun benar-benar menunggu di ruang tamu lengkap dengan sepatu yang ia kenakan. Tepat di sebelahnya ada sepatu olahraga milik Mark. Tak lama kemudian Mark turun dari lantai atas dan menghampiri Renjun.
"Mau kemana sih pagi-pagi buta begini? Gue tuh nanti mau kerja, Ren!" omel Mark pada Renjun kemudian ia mendudukkan dirinya tepat di sebelah Renjun.
"Jogging dulu. Kamu tuh harus sering-sering olahraga biar metabolisme tubuhnya bagus. Biar ngeluarin toxic dari dalam tubuh juga lewat keringat. Perut kamu tuh udah buncit, pacaran sama Si Gendut 3 tahun dikasihnya fast food terus jadinya begini nih. Lemak semua isinya badanmu. Malas, jorok, nggak mikirin kesehatan, gendut pula," Renjun mengomentari segalanya.
Mark berdecak, "Ngomongin Jihoon mulu, nanti kesal sendiri," balas Mark.
"Aku nggak kesal sama Jihoon, Mark. Aku kesal karena kamu malah nerima-nerima aja dikasih fast food sama dia. Kamu nggak mau tapi tetep aja kamu terima. Bucin boleh, goblok jangan. Kamu tuh udah bucin, goblok lagi. Pusing aku," ujar Renjun yang membuat Mark membulatkan kedua matanya.
"Kok ngoㅡWOY!!! MAU KEMANA?!!"
Mark segera mengenakan sepatunya kemudian mengejar Renjun yang sudah pergi keluar lebih dulu.
***
Kedua orang itu berlari mengelilingi komplek perumahan mewah yang ditinggali oleh Mark. Renjun berniat mencari jogging track yang ada di sana. Masa perumahan mewah begini nggak punya taman dan jogging track.
Renjun berlari di depan Mark, sedangkan Mark sudah ngos-ngosan dan memilih duduk di pinggiran trotoar. Payah banget emang.
"Hey! Ngapain duduk disitu?!" Renjun akhirnya berbalik untuk menghampiri Mark yang sedang duduk.
"Capek tau nggak! Pelan-pelan bisa nggak sih?" omel Mark pada Renjun.
Si Manis hanya tertawa kemudian mengeluarkan sapu tangan putih bersih dari dalam saku celananya. Tangannya terulur untuk mengusap bulir keringat yang membasahi kening Mark.
"Payah banget sih kamu, baru 200 meter dari rumah tapi keringatnya udah segede-gede biji jagung," ejek Renjun dengan senyuman menyebalkannya.
Mark menatap Renjun dengan galak, "Heh! Gue nggak ngerti ya kenapa nanti pada akhirnya gue malah jatuh cinta sama lo dan nikahin lo sampai kita punya anak! Sumpah, lo ngeselin banget. Kalau dibandingin sama Jihoon tuh ya, lo itu..."
Mark menggantungkan kalimatnya dan Renjun menaikkan sebelah alisnya menunggu kalimat Mark selanjutnya.
"Lo itu ... nggak ada apa-apanya dibandingin sama ngeselinnya Jihoon," lanjut Mark dengan suara lesu lalu menunduk. Ucapan Mark memancing tawa Renjun keluar.
"Udah ah, aku kaya gini juga supaya kamu bisa hidup sehat terus sampai nanti. Biar nanti pas aku udah nggak ada, aku bisa percayain Chenle sama kamu sepenuhnya tanpa takut kamu bakalan bawa pengaruh buruk sama Chenle," balas Renjun sambil tersenyum kemudian kembali menarik tangan Mark agar berlari bersamanya.
Mark tertegun dengan penuturan Renjun yang membuat seluruh jagad ranya ikut terdiam. Ia pasrah mau ditarik kemanapun oleh Renjun. Matanya tidak berhenti memperhatikan punggung kecil milik Renjum. Punggung itu yang akan menjadi tempatnya bersandar.
"Lo ... nggak boleh ngomong gitu, Ren. Kita kan harus bisa jagain Chenle sampai dia besar," lirih Mark.
Mark mengeratkan genggaman tangannya pada tangan Renjun dan berlari untuk mengejar Renjun yang berlari di depannya.
"Ayo lari! Gue mau liat lo terus dan gue mau ngebuktiin kalau setiap omongan lo benar! Gue mau fakta tentang gue yang akan berakhir sama lo dan pada akhirnya kita punya Chenle!" seru Mark yang sudah berlari di depan Renjun tanpa melepaskan genggaman tangan mereka.
Sudah 25 menit berlalu dan selama itu mereka terus berkeliling jogging track sambil mengobrol. Jiwa jahil Mark mulai muncul, ia menjahili Renjun. Sesekali mendorong laki-laki yang lebih kecil darinya itu hingga sedikit terpelanting kemudian Renjun membalasnya dengan cara menyeruduk Mark dari belakang.
"Duduk sini!" ajak Renjun pada Mark yang sedang bersandar pada batang pohon mangga. Kemudian laki-laki itu menghampiri Renjun dan duduk di sebelahnya.
"Nih minum," Renjun menyodorkan minum pada Mark dan segera diminum sampai habis oleh Mark.
"Ren, lo kapan balik ke masa lo?" tanya Mark yang membuat Renjun menoleh.
"Kenapa nanya kaya gitu?" tanya Renjun balik.
"Ya nggak apa-apa."
"Nggak usah dibahas, nanti kalau aku udah nggak ada kamu nyariin."
***
A/N:
Pendek aja dulu ya hehehe. See you in next chapter.
25 votes, 17 komentar yaa!
![](https://img.wattpad.com/cover/216635232-288-k348852.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
From The Future📍 Markren ✔️
Fanfic[ REMAKE DARI BUKU SAYA YANG LAIN. HANYA BERBEDA TOKOH ] Semua orang tau Mark adalah laki-laki yang paling diminati. Ia tampan, pintar, cakap dan ramah. Tapi dibalik semua sifat sempurnanya, ada kejelekan yang tersembunyi. Mark tidak pernah makan t...