Bom comment ya 🤭
***
Punya suami kaya itu harus dan wajib sekali dimanfaatkan. Renjun datang tanpa membawa uang sepeser pun. Ia hanya mengenakan apa yang ia pakai hari itu. Tapi lihat dia sekarang, tangannya sudah penuh dengan berbagai macam tas belanja.
Matanya masih memilih-milih berbagai macam barang yang ia inginkan. Mumpung kartu kredit Mark ada di tangannya. Toh nanti Mark juga yang bayar, ia kan hanya membantu membuat tagihan kartu kredit Mark membengkak.
Memang istri yang pandai 😃👍
Renjun sama seperti yang lainnya, jika sudah belanja tidak ingat waktu. Apalagi saat ini ia sama sekali tidak membawa apapun selain pakaian yang ia kenakan. Bahkan ponsel saja dia tidak bawa, mungkin setelah ini ia harus meminta Mark untuk membelikannya ponsel.
Kira-kira saat itu sudah menunjukkan pukul 8 malam dan ia sama sekali belum pulang. Renjun begitu betah menghabiskan waktunya di dalam mall sambil berkeliling sendirian dengan tangan penuh belanjaan.
Renjun berdiri tepat di depan sebuah departement store bagian pakaian pria. Tangannya sibuk memilah kemeja yang digantung pada sebuah gantungan.
"Ini buat Mark bagus kali ya? Yang aku lihat semua pakaiannya warna putih dan gelap. Nggak ada yang warna cerah selain putih," gumam Renjun sambil memandangi kemeja berwarna merah muda dan juga biru muda.
Si Manis memutuskan untuk membeli beberapa potong kemeja dan celana untuk Mark. Ia juga membelikan sepatu untuk laki-laki itu. Walaupun Mark kaya tapi untuk mengurus diri sendiri pun ia tidak sempat. Misalnya seperti membeli pakaian atau sepatu, atau barang-barang pribadinya sendiri.Di masa depan, Mark benar-benar diurus oleh Renjun. Laki-laki itu yang membelikan semua keperluan Mark mulai dari pakaian dalam sampai aksesoris. Sedangkan Mark hanya tinggal menerima dan memakainya saja. Chenle, anak mereka, juga sama seperti Mark. Chenle bukan orang yang pemilih, apa yang Renjun berikan pasti selalu diterima dengan senang hati tanpa protes.
Renjun baru saja selesai membayar dan berjalan keluar dari toko, matanya tak sengaja melihat seseorang yang mirip seperti Mark tengah adu mulut dengan seorang pria paruh baya. Renjun semakin memicingkan matanya untuk melihat siapa saja yang berada di sana.
"Ada Si Gendut, kenapa nggak dilerai aja sih mereka? Duh!" Renjun panik dan segera ia menghampiri Mark yang sedang terlibat pertengkaran. Tapi belum juga ia sampai di lokasi, pria paruh baya itu sudah pergi meninggalkan Mark sambil menarik Si Gendut yang sama sekali tidak memberontak.
Renjun berlari kecil sambil membawa banyak tentengan di kedua tangannya untuk menghampiri Mark. "Mark," panggil Renjun pas sekali dengan Mark yang baru keluar dari restoran itu dengan wajah keras, datar, dan seperti menahan marah. "Mark, are you okay?" tanya Renjun takut-takut.
Mark tidak menjawab. Ia hanya menatap Renjun dengan pandangan tajamnya sekilas kemudian melirik ke arah kedua tangan Si Manis yang penuh dengan tas belanjaan. Tangan Mark terulur untuk mengambil semua tas belanjaannya itu dan berjalan meninggalkan Renjun yang masih berdiri kebingungan di tengah mall.
"Eh?! MARK, TUNGGUIN!!!" Si Manis segera berlari menyusul Mark yang sudah lebih dulu turun ke lantai bawah dengan menggunakan eskalator.
***
Mobil Mark sudah terparkir di garasi rumah mewah yang saat ini ditinggali oleh Renjun dan Mark. Keduanya tidak ada yang berniat turun sama sekali. Mark masih diam dan Renjun juga diam. Perasaannya campur aduk, ia bingung harus bicara seperti apa pada Mark. "Lo turun duluan aja, nanti belanjaannya biar gue yang bawa ke kamar," Mark membuka suaranya yang membuat Renjun mendongak.
KAMU SEDANG MEMBACA
From The Future📍 Markren ✔️
أدب الهواة[ REMAKE DARI BUKU SAYA YANG LAIN. HANYA BERBEDA TOKOH ] Semua orang tau Mark adalah laki-laki yang paling diminati. Ia tampan, pintar, cakap dan ramah. Tapi dibalik semua sifat sempurnanya, ada kejelekan yang tersembunyi. Mark tidak pernah makan t...