🥀TEMAN🥀

1.4K 150 28
                                    

"Aku berjalan tertatih menyelusuri kehidupan ini tanpa semangat, aku berharap ada sebuah sambutan dari seseorang untuk menemaniku selama ku melangkah."___RAPUH🥀

                       ~RAPUH🥀~

Lyvia bersama Bibi Minah kini berada di dalam mobil untuk menuju ke rumah. Setelah sampai di depan gerbang mobil akan segera masuk, namun Lyvia meminta berhenti dan turun dari dalam mobil dengan tubuh lemas.

"Non mau ke mana?" tanya Bi Minah yang ikut turun.

"Bibi duluan aja," balas Lyvia berjalan menjauh. Bibi Minah akhirnya masuk ke dalam rumah tersebut dengan perasaan cemas, takut sesuatu terjadi pada Lyvia.

Lyvia menyembunyikan dirinya direrumputan sambil melihat kejadian itu. Iya dirinya melihat bagaimana Ibunya Guntur mendorong kasar kursi roda Guntur ke luar dari dalam rumah.

"Cari kerja sana! jangan nyusahin gue aja!" Ibu itu pun menutup gerbangnya. "Enggak guna punya anak!"

Dilain sisi Guntur menunduk memandang kakinya. Ia ingin berlari dan berjalan sama seperti manusia lain nya, tapi ia bersyukur karena hanya kakinya saja. Lagi pula banyak diantara mereka yang memiliki kekurangan lebih dari dirinya.

Lyvia mendekati Guntur lalu berjongkok di hadapan cowok itu. Sebuah ulasan senyum terbit di bibir tipis cowok itu.

"Gimana keadaan kamu. Maaf, pas kamu sakit aku enggak jengkuk," ucap Guntur semakin melebarkan senyumnya.

Bukan nya membalas ucapan Guntur justru Lyvia bertanya hal lain, "udah makan?"

Guntur menggangguk. "Udah dong," balasnya.

"Pake apa?"

Guntur terkekeh pelan menanggapi pertanyaan gadis di hadapan nya. "Pake makanan lah, kamu ini." Guntur menarik lembut hidung mancung gadis itu.

"Makanan enggak layak?" Guntur terdiam tidak ada senyuman lagi.

Lyvia menghela nafas. "Aku mau jadi temen kamu."

Guntur kembali tersenyum. "Namanya dulu dong."

"Lyvia Gemerlap," balas Lyvia dengan wajah datar.

"Gemerlap artinya berkilau kan?" sebelah alisnya Guntur terangkat.

"Iya, tapi kehidupan aku suram." Lyvia bangun dari jongkoknya dan mendorong kursi roda Guntur.

"Mau ke mana?" tanya Guntur. Lyvia tidak menjawab dan justru semakin mendorong kursi roda itu.

Sesampainya di dalam rumah Lyvia yang besar, namun sepi dan sunyi sama seperti kehidupan nya. Kini kedua sejoli itu berada di meja makan, Lyvia menggambil beberapa lauk-pauk lalu diletakan di piring juga nasi.

"Makan," ucap Lyvia menyerahkan piring berisi makanan itu.

"Tapi, aku dah makan, Via," balasnya.

"Makan atau enggak temenan?"

Sebelah alisnya terangkat. "Maksudnya?" Guntur bertanya balik.

"Kalo kamu enggak makan enggak usah jadi temen aku," tutur Lyvia.

"Kok gitu?"

"Pilih."

Guntur terdiam memandang nasi itu walau emang dirinya masih lapar dan setelah kepergian Papanya Guntur tidak bisa merasakan makanan enak seperti ini lagi.

"Makan," ucap Guntur mulai menyendok kan nasi itu ke dalam mulutnya. Sementara itu Lyvia memakan roti bakarnya.

Selesai menghabiskan makanan itu. Guntur tersenyum lebar kepada Lyvia sedangkan gadis itu hanya memasang wajah datar, Lyvia sampai lupa bagaimana caranya tersenyum.

RAPUH (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang