🥀AKHIR DARI SEBUAH KISAH🥀

2.5K 141 51
                                    

"Jikalau kau sakit, semoga cepat sembuh dan dihapus dosa-dosanya. Disaat kau rapuh, dari sini aku kuatkan lewat doa. Kau tidak sendiri masih ada orang yang menyayangi. Jika kau menangis, hapuslah air matamu dan kuatkan dirimu kalau kau bisa."___RAPUH🥀

                   ~RAPUH🥀~

Semuanya berkumpul di kuburan Lyvia. Gundukan tanah itu dipenuhi banyak sekali bunga berbeda-beda. Tangis dan doa mengiringi, tentunya mereka saling menguatkan satu sama lain.

Hanya kenangan Lyvia tersimpan dibenak dan pikiran mereka. Memang seharusnya Lyvia pergi dari pada harus menyimpan banyak duka. Dengan begitu Lyvia bisa bahagia dan tenang di sana, Lyvia tidak merasakan rasa sakit lagi.

Lisa dan Vito berjongkok seraya mengusap batu nisan bertulis Lyvia Gemerlap yang sudah meninggalkan mereka selamanya. Oh Tuhan bahagiakan Lyvia di sana tentunya buatlah Lyvia tidak menangis lagi.

"Maafin Mama, sayang. Mama sayang banget sama kamu. Mama....bakal jadi wanita kuat seperti kamu." Lisa menghapus air matanya. "Mama pamit, ya, Mama bakal jengkuk kamu lagi. Sayang."

Lisa berdiri lalu Lion berjongkok sambil mengusap batu nisan adiknya.

"Hai, ini Abang. Liat Abang udah sehat lagi, makasih udah jadi adik Abang yang kuat. Abang sayang kamu," tangis Lion. "Abang pamit, ya, dah. Nanti Abang ke sini lagi."

Lisa, Andra dan Lion sudah pergi dari tempat pemakaman itu. Kini tinggal Vito, Vienna, Melly, Guntur dan Gifa. Vito menatap kosong seraya mengusap batu nisan anaknya.

"Pa. Lyvia kedinginan."

"Lyvia Sakit Pa..."

"Lyvia laper, Pa. Lyvia janji setelah makan Lyvia bakal kerjain soal ini,"

"ANAK ENGGAK BERGUNA!"

"Pa sakit! maafin Via, Pa!"

Kata-kata itu teringat dipikiran Vito. Rasa bersalahnya memuncak pada Lyvia. Vito menghapus air matanya perlahan ia mengusap batu nisan itu dan menaburi bunga-bunga.

"Papa minta maaf, Papa bersalah." Vito bangun dari duduknya dan Melly mengusap punggung suaminya. Sedangkan, Vienna menatap batu nisan Lyvia dengan air mata mengalir.

"Maafin gue Via, maaf atas semua perbuatan gue sama lo. Lo adalah gadis kuat dan gue bakal belajar dari kehidupan lo. Kisah lo bakal gue kenang dan menjadi panutan. Makasih," tutur Vienna membatin.

Vito merangkul bahu Melly juga Vienna. Ketiganya pergi dari tempat itu meninggalkan Guntur dan Gifa yang sedari tadi terus berdiri.

Guntur berjongkok. "Makasih udah jadi sahabat aku, makasih atas semua dan maaf jika aku banyak salah. Bye Lyvia. Aku pergi dulu, kapan-kapan aku bakal jenguk kamu." Guntur mengusap air matanya lalu berdiri kemudian pergi bersama Ibunya.

Taburan bunga dan daun berhamburan tertiup angin. Dedaunan berterbangan dan berjatuhan di atas pemakaman, awan berwarna hitam hingga menjatuhkan hujan yang kini mengguyur kota ditambah suara petir menggelegar hebat. Hanya hujan, petir, dan keheningan.

                    ~RAPUH🥀~

Sekolah langsung gempar ketika tau tentang pembunuhan yang terjadi pada Lion ternyata adalah ulah Silvi. Tentunya mereka merasa bersalah pada Lyvia karena terus mem-bully-nya. Mereka terus bercerita ke sana- kemari.

"Jir enggak tau lagi gue, sumpah, ya, bersalah banget gue," ucap siswi berbando hitam.

"Alah gue juga, iya." siswi berambut sebahu ikut berbincang. "Eh eh gimana kita minta maaf, tapi tunggu Lyvia dateng."

RAPUH (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang