🥀 DIMAAFKAN 🥀

1.8K 138 60
                                    

"Kehilangan. Kata itu sangat menyesakkan. Tidak ada yang ingin merasakan kata itu di dunia ini, rasanya memang menyakitkan."___RAPUH🥀

                        ~RAPUH🥀~

Lyvia dilarikan ke rumah sakit dengan keadaan basah. Saat itu Vito ikut melompat dari jembatan yang memiliki air dalam ketinggian 20 meter. Kemudian Vito memeluk tubuh Lyvia dan membawanya ke pinggir danau.

Sedangkan, Silvi dilarikan ke rumah sakit jiwa karena memiliki gangguan mental tentunya saat Dokter memeriksa Silvi. Walau begitu Silvi tetap akan mendapatkan hukuman penjara saat Silvi sudah pulih dari gangguan mentalnya.

Lyvia kehilangan banyak sekali darah. Dokter sedang berusaha membuat pasien selamat, tetapi tentunya hanya Tuhan yang bisa menentukan.

Di luar Lisa tidak hentinya menangis dan menyesal—ralat sangat menyesal. Dilain sisi Vito menyenderkan tubuhnya ke tembok seraya menunduk dalam. Diiringi doa pada Tuhan agar Lyvia segara sadar.

Dokter keluar bersamaan Suster di belakangnya. Dokter itu menutup knop pintu dengan menatap Lisa, Vito, Andra dan Lion yang duduk di kursi roda dengan infus.

"Pasien kehabisan banyak sekali darah dan ada kabar buruk lagi. Pasien memiliki penyakit kangker otak membuat kami sedikit sulit menyelamatkan pasien," jelas Dokter membuat Vito naik pitam.

"Lakukan apapun Dokter agar putri saya selamat. Saya mohon!"

"Saya akan berusaha, Pak. Tentu juga dengan doa, semoga Tuhan mendengarkan. Kami permisi dulu." Dokter itu pergi bersama Suster. Vito menatap tubuh Lyvia yang terbaring dengan EKG yang terus menggema.

"Kamu harus sadar, nak. Kamu gadis kuat," lirih Vito.

Di alam sadar Lyvia. Lyvia berada di tempat yang sangat indah dipenuhi bunga-bunga yang cantik, banyak pohon buah dan air terjun yang tinggi. Tempat ini memang benar-benar indah, Lyvia menggunakan dress putih seraya menelusuri tempat ini.

"Bagus banget," seru Lyvia tertawa girang sambil menghirup aroma bunga yang begitu menggoda. Bau bunga di tempat ini sangat harum membuat Lyvia betah. 

Dengan rambut tergerai bebas Lyvia berlari ke tempat air terjun itu berada. Ia menatap air terjun itu dengan senyum lebar.

"Apa air ini bisa diminum?" tanya Lyvia kemudian memasukan tangannya ke dalam air itu dan meminumnya menggunakan telapak tangan. "Manis banget, rasa susu!"

Lyvia kembali meminum di air terjun itu. Rasanya sangat manis dan tidak membuat enek, tentu saja Lyvia semakin menyukai tempat ini. Ia tidak ingin meninggalkan tempat begitu saja.

Lyvia menidurkan tubuhnya ke rerumputan halus sekali sangat halus berbeda di dunia. Rumput ini membuatnya nyaman, bahkan Lyvia dikelilingi bunga-bunga. Lyvia memejamkan matanya menikmati suasana di sini.

"Lyvia bangun nak!" tangis seseorang membuat Lyvia terbangun dari tidurnya.

"Itu siapa?" gumam Lyvia lalu kembali menghirup aroma bunga.

Lyvia terduduk seraya menatap sekitar. Tempat yang begitu indah, bahkan sangat-sangat indah. Dia tidak pernah ke tempat ini sebelumnya, sepertinya di dunia memang tidak ada tempat seperti ini.

"Apa kamu sudah menikmatinya Lyvia?" tanya seseorang, sayangnya orang itu hanya seperti cahaya yang tidak bisa Lyvia lihat wajahnya.

"Kamu siapa?" tanya Lyvia.

"Lyvia bangunlah, keluargamu sudah menunggu," ujar orang itu membuat Lyvia menggeleng.

"Aku enggak mau. Tempat ini bagus banget!" seru Lyvia. "Aku enggak mau tinggalin tempat ini."

RAPUH (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang