🥀ULANGAN🥀

949 116 32
                                    

"Di gulita malam tanpa setitik cahaya. Aku berjalan tanpa tujuan sambil tersenyum getir, mengapa takdir seakan tidak hentinya mempermainkanku? dan seolah semesta ingin membuatku jatuh sejatuhnya."___RAPUH🥀

"Menangis dalam diam selalu ku lakukan, menutupi luka sudah biasa ku lakukan bahkan sakit hanya diri yang merasakan."__Lyvia Gemerlap🥀

                                  

                      ~RAPUH🥀~

Waktu terus berjalan sampai kita tidak menyadarinya. Padahal baru saja kemarin, tetapi rasanya begitu cepat itu pun terjadi pada Lyvia. Kini Lyvia sudah berkutat dengan beberapa buku untuk dipelajari karena dirinya akan melaksanakan semester dua, hari besok–Senin.

Seperti semester yang sudah berlalu Lyvia harus menjadi nomor satu sesuai keinginan Papanya. Lyvia berusaha patuh walau hati terus menolak seakan mengatakan, 'lakukan apa yang kamu inginkan selagi perbuatan baik dan bermanfaat, tidak untuk merugikan orang lain'. Tapi, apalah daya diri tidak bisa melakukan apapun semaunya, dirinya tidak bisa bebas dari jeratan sang Papa.

Usai mempelajari semua buku itu. Lyvia beranjak ke balkon, namun tidak menemukan Guntur.

"Aku enggak yakin bakal hidup lama," gumamnya. "Setiap ingin menyerah pasti ada semangat tersendiri bahkan dari orang."

Lyvia merogoh sakunya lalu melihat ponselnya, sebenarnya ponsel ini sudah lama tersimpan, sedangkan ponsel yang baru seminggu dibeli dihancurkan sang Papa.

Lyvia baru saja mendownload aplikasi wattpad. Untung dirinya hapal nama email juga kata sandinya jadi saat aplikasi itu terbuka, Lyvia tidak bisa menyembunyikan raut bahagianya. Ia melihat banyak komenan dari para pembacanya.

Jahat banget sih Papa Lisa!

Kapan sih penderitaan Lisa berakhir? kasian gue ama Lisa.

Lyvia menggenggam kuat ponselnya. Ia menghembuskan nafasnya berulang kali merasakan deru nafasnya yang tidak teratur.

"Doain aja semoga berakhir," lirihnya lalu menidurkan tubuhnya di kasur sambil menatap langit-langit. Ia mencoba memejamkan matanya, namun tetap saja tidak bisa tidur. Bebannya seakan tambah berat juga banyak, Lyvia menghela nafas menyadari bahwa sudah menunjukkan jam 1 malam.

Ia merindukan setiap pelukan hangat Mama dan Abangnya. Hanya Papa yang sedari dulu tidak pernah memeluknya hanya tersenyum atau mengelus rambutnya. Dirinya sangat ingin dipeluk sang Papa walau hanya sekali.

Dan tentang perceraian kedua orangtuanya, Lyvia sebenarnya tidak tahu hanya saja sedari dirinya kecil kedua orangtuanya selalu bertengkar karena hal kecil. Dan selama orangtuanya bertengkar maka Abangnya Lion akan melindunginya dan mengusap punggungnya untuk menenangkannya. Ah Lyvia merindukan masa-masa bersama Abangnya, saat dirinya diganggu teman sekelasnya maka Abangnya akan berdiri paling depan untuk melindunginya. Jika diingat memang menyenangkan, tetapi tetap membawa luka bersamaan.

Lyvia membuka galeri dan banyak sekali tersimpan foto dirinya bersama Abangnya juga Mamanya. Tapi, saat melihat foto Mamanya Lyvia memasang wajah kecewa, apa yang Mamanya lakukan memang tidak benar.

"Ma. Jika suatu saat aku pergi, apa Mama bakal minta pada Tuhan agar aku kembali?"

Saat itu juga hujan deras membasahi kota Lampung bersamaan petir menggelegar membuat Lyvia meringkuk ketakutan. Dirinya sangat suka hujan, tetapi tidak suka petir. Petir hanya membawa ketakutan untuknya, begitulah.

RAPUH (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang