🥀 ULANG TAHUN 🥀

951 111 24
                                    

"Semakin bertambahnya usia maka semakin mendekatkan diri pada Tuhan."___RAPUH🥀

                         ~RAPUH🥀~

Suara alarm ponsel terdengar membangunkan Lyvia dari tidur nyenyak nya. Lyvia meraih ponselnya dan ternyata menunjukkan jam 12 malam. Lyvia beranjak dari kasur lalu menggambil sebatang lilin lalu ia meraih korek lalu menyalakan di atas lilin itu.

Lyvia menyatukan kedua tangannya di depan dada. "Happy birthday! Happy birthday. Ya Allah semoga keluarga ku selalu bahagia jangan kasih mereka derita, cukup aku saja yang merasakan. Di hari ulang tahun yang ke 17 aku hanya minta itu saja."

Lyvia meniup lilin itu hingga padam. Lyvia memejamkan matanya dengan air mata mengalir, ia menatap lilin yang sudah padam itu dengan tatapan kosong.

Tanpa sadar dirinya terlelap dan menaruh kepalanya di atas meja. Lyvia terlalu banyak berharap padahal itu bisa membuat hatinya kembali sakit. Dirinya hanya ingin kehangatan keluarga, itu saja permintaan, tetapi sangat sulit. Buat kalian yang masih mempunyai kedua orang tua yang utuh dan menyayangi kalian, tolong rawat mereka dengan baik dan sayangi ke dua orang tua kalian.

   
                      ~RAPUH🥀~

Selesai mengganti pakaian. Lyvia menuruni tangga dengan senyuman kecil bahkan wajahnya lebih berseri dari sebelumnya. Lyvia melihat punggung lebar Papanya dan hendak memanggil sang Papa, tetapi Vienna lebih dulu menyela.

"Pa. Inget kan sama ultah Vienna besok?" tanya Vienna membuat Vito menggangguk. "Pokoknya Vienna mau ajak semua temen Vienna, nanti harus buat pesta, ya, Pa?!"

"Iya, nak. Apapun itu buat kamu," balas Vito mengusap rambut Vienna membuat Vienna refleks memeluk Papa tirinya itu. 

"Pa," panggil Lyvia hendak memegang tangan sang Papa, tetapi Mama tirinya–Melly lebih dulu memanggil sang suami.

"Mas jadi kan jalan-jalannya? nanti kita jengkuk Lion abis jalan-jalan," tutur Melly membuat Vito menggangguk.

"Pa..," kalimat Lyvia terpotong lagi.

"Lyvia enggak mau ikut?" tanya Melly dengan senyuman manis, tetapi hatinya berharap anak itu tidak ikut karena akan merusak suasana.

"Aku...."

"Biarin dia di rumah aja, ayok," sela Vito. Vito, Melly dan Vienna sudah keluar dari rumah, sedangkan Lyvia mencengkram ujung bajunya. Padahal dirinya ingin mengatakan kalo dirinya sedang ulang tahun pada Papanya, tetapi sudahlah.

Lyvia meraih satu roti bakar dengan susu putih yang sudah siap di atas meja. Lyvia memakan roti itu, rasanya sangat hambar sama seperti hidupnya. Sebenarnya sih rotinya tidak hambar, tapi Lyvia merasakan hal yang berbeda.

"Selamat pagi non," sapa Bibi Minah tersenyum dibalas anggukan oleh Lyvia. "Bibi kaya lupa sesuatu loh non. Tapi, apa, ya? maklum Bibi udah tua."

"Ini tanggal berapa sih non?"

"24 Agustus Bi," jawab Lyvia lalu meminum susunya.

"Ya, ampun Bibi baru inget!" pekik Bibi Minah menepuk dahinya. "Non hari ini ulang tahun, untung Bibi udah bikin kuenya. Tunggu bentar, ya, non!"

Lyvia tidak menjawab, dirinya lebih memilih menghabiskan makanannya saja. Kedatangan Bibi Minah membuat Lyvia menoleh, Bibi Minah membawa kue besar dengan lilin di atasnya.

"Nih non. Ayuk ditiup lilinnya!" seru Bibi Minah. Lyvia meniup lilin itu dengan doa yang sama saat tadi malam.

"Selama ulang tahun, non! semoga sehat selalu, panjang umur dan cepet sembuh dari penyakit non!"

RAPUH (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang