4

1.1K 15 2
                                    


Setelah kejadian itu Aleta selalu mencoba menghindar dari orang yang Aleta temani malam itu. Sumpah Aleta stres memikirkan hal ini. Belum lagi Aleta merasakan ada orang yang selalu mengawasinya akhir-akhir ini.

"Sudah saya bilang pak kalau malam itu tidak terjadi apa-apa..

"Kamu ingin menyebarkan kejadian itu bukan?" Jawab dia dengan tatapan tajam.

"Sumpah! Kok fitnah bapak gak modal banget. Gini iya pak Ariq Kayana Adhitama yang terhormat kalaupun saya ingin menyebarkan hal tersebut keuntungan apa yang saya dapatkan?"

Iya, orang yang melotot ke gua itu dosen killer tapi ganteng siapa lagi kalau bukan Ariq Kayana Adhitama. Ariq pikir Aleta wanita edan yang ingin menjelekkan nama baiknya sendiri dengan menyebar gosip tentang malam itu. Ingin sekali Aleta teriak kencang di telinga pak Ariq bilang edan Lo pak!.

"Kamu pikir saya akan mempercayainya?"

"Terserah bapak berpikir bagaimana!" Teriak Aleta. Aleta lelah iya beberapa minggu ini dia selalu di tanyakan hal yang sama dan berulang sampai mulutnya berbusa menjelaskan nya. Belum lama ibu-ibu yang katanya mama pak Ariq yang teriak pagi itu selalu meneror Aleta. Uuuh pusing gua Batinku.

"Kamu mempermainkan saya Aleta?" Geram dia. "Apa kamu mau saya keluarkan dari kampus ini dengan tidak hormat?" Ancam pak Ariq lagi dan lagi itu selalu terjadi selama kami bertemu.

"Silahkan pak, itu hak bapak bukan sebagai orang berkuasa di kampus ini. Dan saya juga tidak heran dan bertanya-tanya kenapa orang kaya itu selalu memanfaatkan kekuasaan mereka untuk menindas rakyat jelata. Karena mereka gak punya hati."

"Kamu meragukan ancaman saya?"

"Oh tentu tidak pak. Saya yakin bapak bisa melakukan hal tersebut dengan menjentikkan jari saja bukan? Itu hal gampang untuk bapak, dan saya menjelaskan sekali lagi kalau malam itu tidak terjadi apa-apa kalaupun saya hamil karena ciuman dari bapak saya tidak akan minta tanggung jawab dari bapak. Karena saya tidak mau anak saya punya papa seperti bapak. Permisi."

Sudah cukup pak Ariq menghina dan merendahkan harga diri seorang Aleta. Orang kaya memang Menyebalkan. Bukankah Meraka yang tidak memiliki harga diri dengan bertingkah seperti itu mereka beranggapan semua mudah hanya dengan adanya uang dan kekuasaan.

"Aleta Parassia Nantika kelas C FMIPA, tuan."

"Bagus, awasi dia terus. Dan laporkan."

"Laksanakan tuan"

**

"Al, kamu ngapain ke bar satu Minggu lalu?" Tanya raga.

"..."

"Jawab Al, kamu ngapain kesana? Dan sama siapa?" Aduh kenapa harus membahas tentang ini kan jadi ingat lagi tentang malam itu batin Aleta.

"Gua.. gua cari gita." Jawab Aleta gugup

"Bener ta!" Selidik raga.

"Iya bener tapi kok gua gak ketemu Lo iya Al?" Tanya Gita. Ya Allah gua mesti bagaimana.

"Gua gak ketemu Lo, lagian disana rame. Kata Bambang juga lu udah pulang. Jadinya gua balik pulang saja" semoga mereka tidak tau kalau gua bohong. Eeeh tapi tidak sepenuhnya gua bohong juga Bela diri Aleta.

"Al, kamu..."

"Udah iya ga, jangan bahas itu lagi. Lagian udah lewat kan. Gua gak ngapa-ngapain juga kok."

"Oke. Habiskan makanan nya iya" Aleta mendengarkan raga menarik napas panjang. Aleta hanya tidak mau mengingatkan hal itu lagi dan dia tau Arga mengkhawatirkan dirinya. Cukup Al Lo mengingat kejadian kampret itu anggap saja Lo mimpi buruk saat itu. Oke sudah cukup.

"Al, gimana nilai Lo?" Tanya Manda.

"Kagak tau gua" jawab Aleta malas

"Memang apa kata pak Ariq waktu Lo minta perbaikan nilai." Tanya Gita penasaran.

"Entahlah" jawab Aleta malas. Karena Aleta juga gak tau bagaimana nasip nilainya. Apalagi sekarang Aleta tahu kalau pak Ariq dendam sama Aleta.

"Tapi gua heran kok bisa pak Ariq seperti itu. Sekiler-kiler pak Ariq kalau ada mahasiswa nya minta perbaikan nilai dengan alasan yang masuk akal pasti bisa. Laah ini si Al kan anak baik kok bisa keluar dari ruang dosen nangis kejang-kejang gitu. Jangan lupakan kalau Al juga sudah sering ke ruang pak Ariq akhir-akhir ini. Lo gak ada hubungan khusus kan Al?".

"Ta, kampret Lo. Lo kira gua apaan!." Aleta lempar sambal tau rasa dia. Kenapa bisa otak Gita bisa peka gitu.

"Selow dong Al"

" Terserah dia lah mau bagaimana gua gak mau stres. Kalau gua gak tuntas iya udah mengulang tahun depan" Jawab Aleta enteng. Tapi sebenarnya dia juga kepikiran tapi mau bagaimana lagi. Lebih baik mengulang tahun depan untuk menghindari pak Ariq eeh itupun kalau Aleta masih kuliah.

"Lo kok gitu..."

Ibu calling...

"Diem Mak gua nelpon."

"Iya Bu, Al masih kuliah. Sekarang lagi makan sebelum lanjut kuliah lagi"

"..."

"Baik bu, al sehat. Ayah ibu sehat kan?"

"..."

"Iya bu. Salam buat ayah."

Ttuuut....

"Kenapa al ibu nelpon?"

"Ibu, kasih kabar saja ga" jawab Aleta dengan senyum manis untuk menenangkan raga sahabat cowoknya yang selalu perhatian dan peduli ke Aleta. Kadang Aleta sering  mengartikan perhatian lebih dari raga itu karena raga suka gua. Padahal hal itu seperti nya tidak mungkin, raga itu pria yang mendekati sempurna pacar idaman kaum hawa.

"Kak Al dipanggil pak Ariq. Disuruh keruang dosen sekarang kak."

"Ada apa dek"

"Gak tau kak. Pak Ariq bilang suruh kakak cepat ke ruang dosen."

"Oh baik dek"

Mau apa lagi dia sekarang apa belum cukup dia menghina gua?

**

(Si Al kalau pergi ke kampus iya begitulah)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Si Al kalau pergi ke kampus iya begitulah)

Ariq si bucin Al tapi belum saatnya.

Selamat membaca.
😂

Mas DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang