Meng Hao berdiri di atas bukit, dengan tenang menyaksikan pemuda berjubah ungu itu menyerbu ke arahnya. Saat mendekat, pemuda itu menendang angin, dan tujuh atau delapan sulur—yang seperti tentakel—mengembang menjadi seukuran ular phyton. Di ujungnya ada mulut lebar yang dipenuhi gigi tajam.
"Tahap Pembentukan Pondasi tingkat tengah," kata Meng Hao dengan tenang, wajahnya tidak berubah sedikit pun. Ia sendiri baru di tahap awal Pembentukan Pondasi, namun ia memiliki Pondasi Sempurna. Ia mungkin tidak tahu teknik apa pun dari tahap Pembentukan Pondasi, tetapi ia memiliki Laut Inti yang tak terbatas sejak ia berada di tingkat Kondensasi Qi, berkat Kitab Roh Luhur. Juga, ia telah mencapai Pembentukan Pondasi setelah mencapai lingkaran besar Kondensasi Qi.
Ia diperlengkapi dengan semua ini ketika ia mengalami perkembangan eksplosif selama turnamen Warisan Immortal Darah. Kekuatan tempur basis kultivasinya berada di tingkat yang tinggi sehingga ia mampu melawan Putra Dao dari Klan Li, Li Daoyi. Meskipun belum mencapai kemenangan, tapi ia telah memutuskan lengan lawannya. Jika pemuda di depannya ini adalah seorang kultivator yang bukan Putra Dao, Meng Hao bisa membunuhnya dengan mudah.
Setelah mencapai tahap Pembentukan Pondasi tingkat tengah, ia pasti akan bisa bertahan melawan para Putra Dao dari berbagai sekte dan klan.
Apalagi hanya Sang Terpilih dari tahap Pembentukan Pondasi tingkat tengah.
Pemuda berjubah ungu itu mendekat dengan senyum dingin dan niat membunuh yang kuat. Meng Hao berdiri di sana, dibingkai oleh malam yang gelap, cahaya bulan menyinari dirinya. Ekspresinya tenang saat ia mengangkat tangannya, menggunakan kukunya untuk mengiris kulit jarinya. Ia melangkah maju dengan santai, dan begitu pemuda berjubah ungu tiba, ia melambaikan jari dengan pola yang terlihat acak.
Saat jari itu turun, angin kencang bertiup. Sebagai tanggapan, ekspresi pemuda berjubah ungu itu berubah. Pupil matanya mengerut, dan tatapannya dipenuhi ketidakpercayaan. Tiba-tiba, penglihatannya menjadi merah; ini bukanlah ilusi, ini nyata.
Semuanya berwarna merah, dan hanya ada satu jari, berlumuran darah segar. Jari itu melesat ke arahnya.
Tanaman rambat yang melilit lengannya menggeliat kejam dan maju dengan mulut terbuka siap untuk memakannya; tapi tiba-tiba sulur itu mulai mengeluarkan jeritan yang memilukan. Sulur-sulur itu gemetar, dan bahkan sebelum mencapai jarak tiga puluh meter dari Meng Hao, mereka hancur menjadi darah.
Darah itu berubah menjadi sebuah perisai yang mengelilingi pemuda berjubah ungu. Semua ini membutuhkan waktu untuk dijelaskan, tetapi terjadi dalam waktu yang sangat singkat seperti waktu yang digunakan percikan api untuk terbang dari sepotong batu api.
Pemuda berjubah ungu mulai meraung. Ia tidak lagi menyerang maju, tetapi justru berusaha melesat mundur. Meng Hao langsung beraksi.
Ia maju satu langkah dan kemudian terbang menuju pemuda berjubah ungu itu. Ia mengangkat tangannya dan menyentuh perisai darah dengan jari telunjuknya.
"Hancurlah." Ia mengucapkan kata itu dengan enteng, dan kemudian sebuah ledakan pun memenuhi udara.
Perisai darah hancur, dan tanaman rambat di lengan pemuda itu pecah berkeping-keping. Hanya tersisa buah ungu keemasan yang bergolak dan terlihat hidup. Tampak seolah memohon belas kasihan.
"Kau ...." Wajah pemuda berjubah ungu itu pucat dan ia memuntahkan seteguk darah. Matanya dipenuhi dengan ketakutan yang luar biasa. Ini adalah pertama kalinya ia menunjukkan rasa takut; ia adalah Sang Terpilih dari Sekte Black Sieve, dan juga seorang murid berjubah ungu. Posisinya di Sekte Dalam sangat tinggi, dan ia tidak pernah dikalahkan dalam pertarungan sihir. Biasanya, orang memujanya karena kepopuleritasannya. Tapi sekarang, melihat Meng Hao yang tanpa ekspresi di depannya, ia dipenuhi dengan perasaan super bahaya yang belum pernah terjadi sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[end] Book 2 - I Shall Seal the Heavens
Fantasy[straight] [Terjemahan] Apa yang aku inginkan, Langit harus menyediakan! Apa yang tidak aku inginkan, sebaiknya Langit tidak punya! Ini adalah kisah yang berasal dari Pegunungan Kedelapan dan Kesembilan, dunia di mana yang kuat memangsa yang lemah...