"Tidak," kata Song Jia dengan cepat, wajahnya agak memerah. Ia sangat cantik, dan memiliki kepribadian yang lembut.
Wanita di sebelahnya tertawa, menatapnya dengan penuh kasih sayang. Ia tidak mengatakan apa pun.
Dengan suara merdu, Song Jia melanjutkan, "Aku hanya berpikir dia itu menarik. Dia menyinggung banyak orang, namun banyak juga orang yang mau berdiri di sisinya. Selain itu, dia tidak terlihat seperti seorang kultivator. Dia lebih terlihat seperti seorang cendekiawan."
Wanita paruh baya itu tertawa lagi, dan ekspresinya menjadi semakin lembut. Ia mengangkat tangan kanannya, dan sebuah slip giok yang berkobar dalam api pun muncul. Namun, meski terbakar, giok itu tidak berubah menjadi ketiadaan, dan tiba-tiba, getaran kecil mengalir melalui semua pegunungan Klan Song. Getarannya sangat kecil sehingga siapa pun yang berada di bawah tahap Jiwa Baru Lahir tidak akan menyadarinya. Di langit yang gelap, bulan bersinar.
Di dalam bulan, simbol magis yang sangat banyak muncul, yang tampaknya meramalkan hal-hal yang berkaitan dengan masa lalu dan masa depan. Setelah beberapa saat, simbol-simbol itu menghilang. Saat itulah di depan wanita paruh baya, waktu tampak bergerak mundur. Slip giok pun tampak tidak lagi terbakar saat muncul kembali di depannya.
Song Jia menyaksikan hal ini terjadi, bukan dengan keterkejutan, tetapi dengan antisipasi.
"Baiklah," kata wanita itu, menekankan jari ke slip giok. "Izinkan aku melihat masa lalu orang yang menurutmu sangat menarik ini."
Begitu ia menekannya, slip giok itu memproyeksikan sebuah layar ke udara. Di permukaannya terlihat sebuah kabupaten kecil, dan seorang anak laki-laki duduk di samping jendela. Ia sedang membaca sebuah gulungan di bawah cahaya lampu.
Saat membaca, ia menggelengkan kepala dengan perlahan dan mengipasi dirinya dengan kipas bulu. Itu jelas musim panas.
Anak laki-laki itu tidak lain adalah Meng Hao.
Layar berkedip, dan Meng Hao sekarang mengenakan jubah cendekiawan yang rapi dan bersih. Ia berjalan keluar dari rumahnya dan berdiri di dekat sebuah tembok, tampak agak licik. Tak berselang lama, sebuah tandu muncul dari halaman di seberangnya. Ia menjulurkan leher untuk melihatnya; dengan ekspresi bersemangat di wajahnya.
Layar berkedip lagi, dan sekarang Meng Hao berdiri di atas Gunung Daqing. Ia mendesah dan melemparkan botol labu ke sungai.
Selanjutnya, ia berada di Sekte Reliance, memegang tinggi sebuah pil obat, dengan wajah penuh kecemasan saat ia memberikan pil tersebut.
Ketika Song Jia melihat ini, ia tertawa terbahak-bahak. Wanita paruh baya itu tersenyum dan menggelengkan kepala.
Gambar berikutnya adalah toko Meng Hao di dataran tinggi, dan senyum malu-malunya saat ia menjual pil obat dengan harga selangit. Ada banyak gambar dari waktu itu, tetapi gambar-gambar itu tiba-tiba melintas dengan cepat, sehingga sulit untuk mengetahui semuanya secara detail dalam waktu yang sesingkat itu. Wanita paruh baya itu mengerutkan kening, tampak tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Gambar berikutnya yang dilihat Song Jia adalah Eksentrik Song berada di puncak gunung dan Meng Hao berlari sambil membawa tombak besi. Ia melihat Meng Hao di kota kultivator dan kesepakatan yang ia buat dengan Lu dan Song untuk membarter tombak. Setelah itu, gambar menampakkan semua peristiwa berdarah yang terjadi.
Song Jia tidak bisa berhenti tertawa. "Meng Hao ini sangat mengerikan ... dia tidak seperti seorang cendekiawan!" Ia terus menonton, tawanya menyebabkan matanya terlihat seperti dua bulan sabit.
Gambar-gambar itu menjadi agak buram. Saat ini, Meng Hao berada di Wilayah Selatan. Namun tiba-tiba, slip giok itu mulai hancur berkeping-keping. Dalam sekejap mata, permukaannya dipenuhi dengan retakan. Sebuah dengkusan dingin seorang wanita terdengar dari kejauhan. Suara menggema, tidak hanya di ruangan itu saja, melainkan di seluruh Klan Song.
KAMU SEDANG MEMBACA
[end] Book 2 - I Shall Seal the Heavens
Fantasy[straight] [Terjemahan] Apa yang aku inginkan, Langit harus menyediakan! Apa yang tidak aku inginkan, sebaiknya Langit tidak punya! Ini adalah kisah yang berasal dari Pegunungan Kedelapan dan Kesembilan, dunia di mana yang kuat memangsa yang lemah...