[end] Book 2 - I Shall Seal the Heavens

175 - Li Shiqi

Sebuah sensasi yang kuat memenuhi Meng Hao. Seolah-olah, area di sekitarnya terputus dari yang lainnya. Rasanya seperti basis kultivasinya akan menurun dan ia akan segera jatuh kembali ke tahap Pembentukan Pondasi tingkat awal.

Pada saat yang sama, penglihatan yang sangat realistis muncul di benaknya. Ia kembali ke Gunung Daqing, ke Kabupaten Yunjie, ke jendela kamarnya, di bawah sinar bulan. Ia melihat dirinya duduk di sana sambil membaca.

Meng Hao tidak pernah mengalami teknik sihir seperti ini. Ini adalah kali pertamanya. Matanya memicing.

Langkah keempat pemuda berjubah putih baru saja dimulai!

Saat itu terjadi, pikiran Meng Hao terhuyung-huyung, dan lebih banyak penglihatan muncul. Ia tiba-tiba menyadari bahwa kondisi yang disebabkan oleh lawannya tidak mungkin dihancurkan begitu langkah ketujuh tercapai. Itulah puncaknya, dan saat langkah terakhir turun, lawannya akan mampu memberikan tekanan yang begitu kuat sehingga ia tidak bisa menyerang.

Tekanan itu mengandung kekuatan yang bisa menyapu tahap Pembentukan Pondasi!

"Jika seninya tidak bisa dihancurkan, maka aku harus menghancurkan situasinya!"

Mata Meng Hao berkelip, dan kepalanya miring. Ia mengangkat tangan kanannya dan menunjuk ke tanah. Bumi seolah bergetar, namun yang bergetar bukanlah bumi, tetapi Meng Hao. Citra hantu muncul di mana-mana; satu-satunya hal yang tidak memiliki citra hantu, hanyalah Meng Hao!

"Ini adalah Hex Kedelapan, Jari Penyegel Tubuh," kata Meng Hao dengan dingin. "Berhati-hatilah, Rekan Daoist." Ia mengangkat tangannya dan menunjuk ke depan.

Tiba-tiba, tubuh Meng Hao berhenti bergetar. Semua citra hantu saling tumpang tindih dan turun ke arah pemuda berjubah putih. Mereka menyatu ke dalam tubuhnya, dan tiba-tiba, sebuah bayangan hantu yang mencolok dari pemuda itu sendiri muncul. Langkah kelima yang akan diambilnya tidak bisa lagi diselesaikan.

Pikiran pemuda berjubah putih itu bergetar; ia menatap Meng Hao dengan mata berkelip, ekspresinya berwibawa.

Meng Hao tidak menyerang. Pertempuran ini lebih seperti pertukaran teknik, bukan pertempuran sampai mati. Meng Hao berdiri di sana dengan acuh tak acuh, dengan tenang menatap pemuda itu.

Setelah selang satu tarikan napas, pemuda berjubah putih itu pulih. Namun, kekuatan yang disebabkan oleh momentum langkahnya yang tumpang tindih telah menghilang, dihapus oleh Meng Hao.

Tujuh Langkah Teratai Iblis adalah seni yang memanfaatkan kekuatan momentum. Setelah dilepaskan, bahkan basis kultivasi tingkat tinggi akan kesulitan menghancurkannya. Sejak masuk ke dunia kultivasi sampai sekarang, pemuda berjubah putih itu belum pernah bertemu seseorang dari tahap Pembentukan Pondasi yang bisa mematahkan Tujuh Langkah Teratai Iblisnya; bahkan Putra Dao dari sekte atau klan lain tidak mampu melakukannya.

Tetapi hari ini, di tempat ini, ia telah menyaksikan kejadian yang belum pernah terjadi sebelumnya. Matanya bersinar dengan cahaya aneh saat ia menatap Meng Hao. Wajahnya dipenuhi rasa hormat; ini adalah penghargaan yang hanya akan dirasakan oleh sesama ahli yang kuat dari generasi yang sama.

"Menerima tanpa memberi bukanlah prinsip yang aku jalani," kata Meng Hao dengan dingin. "Aku juga memiliki serangan untuk dibagikan. Tolong bersiaplah." Ia mengangkat tangan kirinya, dan menggunakan kuku ibu jari untuk mengiris jari tengahnya. Darah mengalir keluar, menyebabkan jari tengahnya menjadi merah. Tangannya bergerak dengan gerakan biasa, tetapi matanya dipenuhi dengan keganasan.

Saat ia menyerang, penonton tidak bisa melihat sesuatu yang istimewa terjadi. Namun, pupil pemuda berjubah putih itu langsung berkontraksi. Dari sudut pandangnya, semuanya tiba-tiba berubah menjadi warna merah. Ekspresinya berkelip, dan perasaan akan bahaya fatal yang akan segera terjadi, membanjiri dirinya. Tangan kanannya terangkat untuk menepuk Tas Penyimpanannya. Sebuah cabang pun muncul di tangannya, yang di permukaannya tumbuh tiga daun layu dan tiga daun segar. Ia melambaikannya ke depan.