bagian 5

1.4K 168 71
                                    

Semuanya berkumpul di ruang kerja Erwin, Tuan Duke, nona y/n, dan tiga orang kepercayaannya.

Sambutan yang diberikan di gerbang depan sudah selesai, sekarang tinggal membicarakan beberapa hal sebelum nona y/n benar-benar menjadi prajurit.

Sudah terhitung dua menit saat mereka sampai di ruang kerja Erwin, namun dari semua orang yang ada disana, tidak ada yang memulai pembicaraan. Hanya y/n yang sesekali mencuri pandang pada Levi yang berdiri di samping pintu.

Keheningan itu sedikit pecah saat Nanaba mengetuk pintu dan masuk kedalam ruangan untuk mengantarkan teh. Sedikit bicara sopan pada tuan Duke lalu kembali keluar, meninggalkan enam orang yang diam dan enam cangkir teh yang tadi ia bawa.

"Kenapa kalian tidak duduk?" tuan Duke akhirnya membuka suara. Pertanyaan yang ia ajukan pada 3 petinggi di pasukan pengintai yang hanya berdiri, padahal kursi didepannya kosong.

"Benar Levi Heichou, kenapa tidak duduk? kursi disampingku masih kosong," y/n menepuk ruang kosong pada kursi yang ia duduki sambil tersenyum menatap Levi.

Levi yang memang tidak menyukai kedatangan para bangsawan itu berdecih dan menatap y/n tajam. Namun sepertinya titisan Hanji telah muncul, karena y/n malah tersenyum makin lebar. Sialan.

Hanji yang juga ada di ruangan itu wajahnya memerah, nona y/n benar-benar imut. Dia bahkan tidak takut untuk menggoda Levi, ingin menjerit kesenangan tapi Hanji tetap mencoba tenang dihadapan tuan Duke.

Jangan tanyakan bagaimana keadaan ruangan ini sekarang. Erwin tentu saja kaget, tidak menyangka perilaku dari nona y/n akan sefrontal itu terhadap Levi. Tuan Duke dan Mike pun tidak jauh berbeda.

Terlebih tuan Duke yang telinganya memerah menahan malu. Anaknya sedang proses pendewasaan, itu wajar, tuan Duke mencoba menenangkan dirinya sendiri.

"Maaf Danchou, y/n memang terkadang suka bicara seenaknya," tuan Duke yang merasa malu mencoba memulai kembali pembicaraan.

"Kalian pun duduklah," perintahnya.

Setelah mendapat anggukan dari Erwin ketiga orang itu langsung duduk di kursi yang berhadapan dengan tuan Duke dan putrinya.

y/n yang melihat Levi malah duduk di hadapannya menghela nafas kesal.

"Silahkan dinikmati teh nya tuan Duke, nona," kata Erwin sambil tersenyum.

Mencoba menghormati Erwin sebagai tuan rumah, tuan Duke meminum teh yang tadi disediakan. y/n pun mengikuti apa yang dilakukan sang ayah.

"Terimakasih sudah mengizinkan putriku berada disini," tuan Duke mencoba berbasa basi.

Erwin tentu saja tersenyum membalas perkataan tuan Duke.

"Aku harap Randolph sudah menceritakan semuanya, supaya pertemuan ini tidak terlalu lama,"

"Ya, tuan Randolph sudah menceritakan beberapa hal penting. Sesuai permintaan tuan Duke, kami menenpatkan nona y/n di bawah pengawasan kapten Levi,"

Tuan Duke menganggukan kepalanya mengerti, berbicara dengan komandan pasukan pengintai lebih mudah ternyata dibanding berbicara dengan petinggi di kerajaan.

"y/n pasti akan sangat merepotkan nantinya, jadi jika pasukan pengintai membutuhkan sesuatu bilang saja padaku," ucap tuan Duke

Tidak memperhatikan keadaan sang putri yang merasa di hina. Merepotkan apanya? justru orang tua satu ini yang merepotkan. Hahh.

Bisakah ayahnya tidak mencoba merendahkannya, setidaknya jangan dihadapan Levi.

"Terimakasih tuan Duke," ucap Erwin.

Anathema [Levi Ackerman] (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang