07 - Rooftop

127 6 0
                                    

"Lo dengar kan, perintah yang gue beri tadi?" Tanya Keysha pada Reina yang masih tak bergeming pada posisinya.

"Cuma saya?" Tanya Reina mencoba mengulang.

"Yap, kalau lo nggak bisa dapet tanda tangan mereka semua, siap-siap aja, toilet belakang menanti." Keysha tersenyum miring sembari menyilangkan tangan di depan, dan Reina hanya diam saja membalas tatapan Keysha yang seolah tengah mengejeknya.

"Oke." Ucap final Reina. Tanpa menunggu perintah lebih lama lagi, ia bergegas pergi ke gedung tiga yang sudah Keysha tunjuk, tanpa mau melihat wajah cewek itu lebih lama lagi di depannya.

"Ck, sialan dasar si mak lampir, gue gibeng tau rasa tuh orang." Gerutu Reina sepanjang jalan sembari perlahan menaiki satu demi satu anak tangga yang ia pijak dengan nafas memburu. Agaknya ia kesal, sangat kesal malah.

Beberapa menit lamanya waktu yang sudah buang, kini ia sudah berdiri di lantai tiga, dan saat ia baru saja sampai di tempat yang dituju, kernyitan dahi langsung terlihat dari dahi Reina.

"Mungkin Rooftop?"

Gumamnya kecil saat ia sampai di sana, yang Reina temui adalah suatu pintu bercat coklat. Dan Reina berpikir, bahwa pintu yang ada di depannya mungkin terhubung langsung dengan rooftop.

Reina mengendikkan bahu mencoba tidak peduli. Setelahnya, ia langsung mengambil kertas serta pulpen dari tasnya, sesegera mungkin ia mulai mempersiapkan diri dengan menarik nafas.

Dengan pelan, Reina menggenggam kenop, kemudian membuka pintu Rooftop secara perlahan untuk setelahnya mulai masuk ke dalam.

"Permisi." Ucap Reina membuat semua pasang mata langsung mengarah ke arahnya. Baru saja masuk, Reina langsung dibuat membeku di tempat dengan tatapan yang diberikan oleh beberapa cowok di hadapannya.

"Rei?" Ucap salah satu cowok yang berambut ikal. Dirasa memanggil nama satu orang lagi. Cowok yang sedang merokok di sebelahnya kontan menoleh.

Cowok yang tengah menyesap rokok itu langsung saja membulatkan mata karena tercengang, bahkan rokok yang tengah di sesapnya terjatuh saking terkejutnya.

"ITU SILUMAN BULU BABI??!!" Teriak Reina spontan sambil menunjuk ke arah depan, membuat Reynald yang merasa ditunjuk langsung membuka mulut tidak percaya.

"Sil bab—–apa?" Reynald mengernyitkan dahi, kemudian menoleh pada Saka yang duduk di sebelahnya.

"Siluman bulu babi? BWAHAHAHAHA." Saka tertawa ngakak mendengar perkataan cewek yang baru memasuki Rooftop tempat mereka biasa nongkrong itu. Yang lain pun tidak ketinggalan untuk ikut-ikutan menertawakan Reynald, hal itu sontak membuat Reynald mendesis.

"DIAM!" Sarkas Reynald langsung membuat mereka semua mengatupkan bibir.

Gery tiba-tiba saja berdiri, kemudian melangkahkan kakinya ke arah Reina yang masih terpaku di tempatnya berdiri.

"Hi sweety, mau cari siapa?" Tanya Gery ke arah Reina dengan nada bersahabat.

"Jangan bilang—enam kakel populer di Atlanta itu geng kalian?" Reina mengerjapkan mata, mencoba menguasai dirinya ketika akan mengetahui fakta mencengangkan yang akan ia dengar.

"Algerion maksud lo? Ya, ini kita." Balas Gery membuat Reina ingin terbang menjauh dari sana, Jadi Atlanta sekolahannya Algerion? Geng motor yang dipimpin leader siluman bulu babi yang menyebalkan?

Oh my god, Poor Reina.

"Hei?" Gery menggoncang tubuh Reina yang saat ini hanya bisa memperlihatkan tatapan kosong.

"Dia nggak kesambet kan?" Tanya Putut ikut-ikutan menuju ke arah Reina yang diikuti Saka di belakangnya.

Reina perlahan tersadar ketika Gery menggoncang tubuhnya untuk kedua kalinya. Seketika, ia langsung memundurkan langkah, mencoba menguasai dirinya sendiri.

Reynald vs ReinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang