06 - MOS

146 4 0
                                    


Masa Orientasi Siswa atau MOS, suatu hal yang Reina benci saat ia mendengarnya. Dimana ketika kakak kelas berlagak menjadi seorang penguasa sekolah, membuat adik kelas yang harusnya di bimbing malah dijadikan babu untuk kesenangan sendiri.

Bagaimana ya, Reina itu tipe orang yang sangat membenci senioritas, kalau bukan dorongan dari dalam hatinya sendiri, Reina mana mau menyebut orang lain dengan embel-embel Kakak atau sebutan apapun itu.

Iya, kalau MOS yang di jalankan memang benar-benar mampu membuat mental murid baru menjadi kuat seperti apa yang selalu Reina dengar, tapi kalau hal itu malah membuat mental kian terpuruk karena harus menjalani sesi yang aneh, atau menghadapi hukuman yang buruk, bagaimana?

Ah, sudahlah bergelut dengan pikirannya sendiri mampu membuat Reina pusing.

Sebenarnya ia malas berangkat sekolah pagi ini. Tapi, masa baru saja akan ada upacara penyambutan murid baru, ia malah tidak datang.

Juga, pesan Riana sebelum ia berangkat ke rumah nenek beberapa waktu lalu membuat Reina meneguhkan hati serta tubuh untuk tetap berangkat sekolah, dengan jam yang entah sudah menunjuk angka berapa kali ini.

Reina sudah bangun beberapa menit yang lalu, tapi tingkat kemageranya yang sudah mendarah daging, membuat Reina enggan untuk beranjak. Bahkan untuk membuka mata saja, ia harus menggunakan kedua tangan untuk membantunya membuka kelopak mata sendiri.

Setelah merasa terlalu lama berbaring, Reina perlahan bangkit dari tempat tidurnya. Dengan mata yang sesekali mengerjap, tangannya mulai ia salurkan pada nakas di sebelah tempat tidurnya, mencoba mengambil benda bundar berisik, yang entah kenapa Reina rasa kali ini benda itu belum berbunyi.

Reina pun mengambil dengan gerakan malas, kemudian menghadapkan benda itu di depan wajahnya, matanya sesekali mengatup, tapi ia coba berkonsentrasi untuk melihat angka yang ditunjuk pada jam weker itu walaupun jaring belek membuat matanya buram.

Jam 06.30

Reina bergumam kecil ketika melihat angka yang tertera, kemudian ia menjatuhkan jam weker itu di sebelahnya.

Jam berapa tadi?

"Duhhh kenapa nggak ada yang bangunin guee!!!"

Reina dengan jurus ngibritnya langsung bolak-balik di kamarnya sendiri, untuk masuk ke kamar mandi, berganti baju kemudian mengambil tas tanpa menggunakan make-up apapun. Dengan gerakan cepat, Reina juga memakai sepatunya serta mengambil kunci motor yang ia taruh di atas meja riasnya.

Ayahnya itu sudah bilang kalau ia akan berangkat akan terbang langsung ke Singapura, dan Reina lupa akan hal itu, padahal Rion baru saja mengatakanya kemarin malam, juga Riana yang bahkan sudah Reina balas berulang kali alasan kenapa ia sedang tidak berada di rumah saat ini.

Dengan langkah tergesa, Reina pun menuruni tangga dengan sesekali memperhatikan jam tangannya yang menunjukkan pukul 06.55

Tangannya yang kanan sibuk meletakkan tas pada bahu, sedangkan tangan kirinya sibuk merapikan rambut.

"Duhh, bisa gila gue kalo pagi-pagi dihukum buat nyikat toilet sekolah." Gerutunya sepanjang menuruni tangga.

Dengan segala gerutuan yang tidak berhenti keluar dari mulutnya, Reina pun kini sudah menaiki motornya kemudian melenggang pergi. Meninggalkan rumah kosong yang saat ini tidak berpenghuni.

***

"Ck, kampret!" Sesuai dengan perkiraanya tadi, Reina memang telat, jam sudah menunjuk pukul 07.15 yang tentu saja gerbang sekolahnya pasti sudah ditutup.

"Gimana masuknya?" Reina celingukan, mencoba mencari jalan masuk menuju ke dalam SMA Atlanta.

KRIEEETTT

Reynald vs ReinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang