18 - Kesal

58 2 0
                                    

"Na."

"Reina."

"ReI~~nAaaaaa~~ :> . <3"

Reynald tak henti-hentinya untuk memanggil sekaligus juga menggoda gadis cantik yang tengah menjalani hukuman bersamanya, siapa lagi kalau bukan Reina.

Hal yang membuat Reynald sering sekali menjahili Reina adalah, karena ia senang melihat raut kesal dari gadis yang di sukainya ketika sedang ia goda. Menurut Reynald, kecantikan Reina bahkan beratus-ratus kali lipat lebih cantik jika sedang mode kesal.

Lihat saja, tanpa memperdulikan kekesalan Reina, Reynald masih saja memanggil-manggil namanya dengan tangan yang bergerak-gerak layaknya tengah terbang untuk lebih menghayati apa yang sedang di lakukan.

"ReI~~nAaaaa-EH?!!"

Reynald terlonjak, ia tak mengira ketika Reina tiba-tiba saja berhenti melangkah, membuat Reynald hampir saja menabrak punggung Reina karena tak melihat sebelumnya.

Tapi jujur saja, dalam relung hati yang paling dalam saat ini Reynald sedikit kecewa. Ia berpikiran, kalau saja waktu bisa di putar kembali beberapa detik lalu, Reynald dengan senang hati akan menabrakkan diri pada Reina untuk modus.

Bahu Reina terus saja memperlihatkan pergerakan, layaknya dia tengah menghembuskan nafas kasar untuk menetralkan diri.

"Na?"

Reynald menaikkan kedua alisnya ke atas, ketika Reina membalikkan badan ke arahnya dengan memasang raut tajam.

"Na--?"

"LO!"

Kata Reina langsung dengan tangan kanannya yang mengepal erat ke depan dada Reynald.

Tak menjawab apa-apa, Reynald malah mulai menundukkan wajah, dengan matanya yang perlahan menatap lekat kepalan tangan Reina dengan seksama, kemudian kembali mendongak untuk menatap wajah Reina sembari memasang ekspresi bingung.

Melihat gerak-gerik Reynald tadi, Reina mendesis dengan tangannya yang mulai turun ke bawah dengan kasar.

"LO!"

Sentak Reina dengan nada kesal.

Reynald mengernyit. "Lo?" Beo Reynald sembari menunjuk balik Reina.

"ELO!"

"Iya-lo, kan?"

"Maksudnya itu lo! ELO!!" Tunjuk Reina ke arah Reynald dengan menggebu-gebu.

"Iya, kan elo?" Balas Reynald menunjuk kembali seperti Reina.

Jika Reina melihat batu besar di sampingnya, akan Reina pastikan untuk melemparkannya pada Reynald saat ini juga.

"GUE!"

Ujar Reina mengganti, tak di pungkiri lagi kepalanya benar-benar pusing untuk berbicara normal pada manusia yang dulu tidak pernah ikut mengantri pembagian otak itu.

Reynald juga mulai menunjuk diri sendiri. "Gue?"

"Iya! Gue!"

Dahi Reynald mulai mengernyit kembali. "Gue--siapa?"

"SILUMAN BULU BABI!!"

Teriakan Reina tadi membuat kedua sudut bibir Reynald tertarik ke atas.

"Siluman bulu babi?"

Gemeretak gigi Reina terdengar pelan, mewakili emosinya yang sudah memuncak. Dirinya, benar-benar sudah kehabisan kesabaran saat ini.

"CK! TERSERAH!!"

Reina menghentakkan kaki, ia langsung saja berjalan melalui Reynald yang mulai terkekeh samar di belakangnya.

Baru saja beberapa langkah Reina dapati, suara Reynald yang memanggil namanya membuat Reina sempat berhenti kembali.

Reynald vs ReinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang