30. Epilog (END)

8.7K 498 94
                                    

Bismillah

Koreksi typo

Happy reading

***

Shaka yang manja kepada Shafa sudah biasa. Tapi sekarang semenjak Shafa hamil hal sebaliknya terjadi. Shafa suka sekali berada di dekat Shaka, bahkan sekarang Shafa yang dulunya bukan lah orang yang manja, kini suka sekali bermanja ria dengan Shaka. Shafa tidak tahu apa penyebab dirinya yang seperti sekarang, Shafa berpikir mungkin ini adalah keinginan dari sang jabang bayi mengingat sebelum hamil Shafa tidak suka dengan Shaka yang terus saja menempel dengannya. Jadi, sekarang mereka gantian.

Shaka. Jangan ditanya betapa bersuka citanya dia melihat Shafa yang tidak ingin berjauhan dengannya. Shaka akan dengan senang hati meladeni Shafa saat istrinya dalam 'mode manja on'. Dalam hati Shaka sangat berterima kasih kepada sang calon buah hati yang tengah di kandung Shafa, karena sudah berada di pihaknya. Belum lahir saja sudah bisa di ajak kerja sama, apalagi kalau sudah lahir nanti. Shaka jadi mesem-mesem membayangkan.

"Mas mau ke mana?" tanya Shafa mendapati Shaka turun dan melihat Shaka memakai setelan training.

"Lari." jawab Shaka singkat sambil memakai sepatunya.

Shafa mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Aku ikut. Tungguin aku ganti baju dulu."

Belum sempat Shaka memberi jawaban, Shafa sudah menghilang dari hadapannya dengan berlari kecil menaiki undakan tangga masuk ke dalam kamar. Dan tak lama kemudian Shafa sudah berada di depan Shaka yang menunggunya.

"Ayo." ajak Shafa.

"Enggak pakai sepatu dulu?" tanya Shaka.

Shafa menurunkan tatapannya ke bawah melihat kakinya yang terbalut kaus kaki rajut.

"Enggak deh, kan mas yang mau lari, aku jalan aja." jawab Shafa enteng berjalan keluar duluan.

"Tadi minta ikutan."

"Iyah, ikutan jalan."

Shaka menggelengkan kepalanya tidak habis pikir. Shaka menyusul yang sudah berada di halaman rumah. Shaka merangkul bahu Shafa membawanya berjalan menuju gerbang. Seperti yang di katakan Shafa, dia hanya berjalan-jalan santai di belakang Shaka yang sudah lari sejak dari depan gerbang. Shafa merapatkan jaket hoodienya karena udara sejuk pagi yang masih gelap ini.

Di persimpangan jalan, Shafa menemukan gerobak bubur ayam yang sudah mangkal. Shafa memang tidak suka bubur, tapi sekarang dia malah sudah duduk anteng di kursi plastik yang di sediakan oleh sang penjual bubuk ayam.

"Pak Rozak, bubur ayamnya satu porsi jangan pakai bawang goreng yah." pinta Shafa.

Pak Rozak mengangguk."Siap neng Shafa. Sebentar, bapak bikinin dulu."

Shafa mengacungkan ibu jarinya, mengangguk.

Shafa memperhatikan Pak Rozak yang sedang membuatkan pesanannya. Sekarang tidak hanya Shafa yang duduk di sana tapi sudah ada beberapa orang yang habis lari pagi berhenti untuk makan bubur.

Shafa menerima bubur pesanannya, dia tersenyum lalu berucap, "Makasih, pak." ucapnya.

"Makasih kembali neng." kemudian Pak Rozak kembali ke gerobaknya.

Shafa menyendokkan sesuap bubur ayam ke dalam mulutnya tanpa hambatan dan di susul oleh suapan berikutnya.

Sementara Shafa yang tengah menikmati bubur ayamnya. Shaka sudah berlari satu putaran keliling komplek, Shaka berhenti berbalik ke belakang namun dia tidak menemukan Shafa di belakangnya, padahal tadi dia sudah berlari sepelan mungkin agar Shafa bisa mengikutinya. Akhirnya Shaka memutuskan untuk berbalik menyudahi larinya.

Marry Me! Shafara [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang