Bismillah.
Selamat membaca :)
***
"Ara ... Jadi berangkat bareng abang gak?" teriak Rama—Abang kedua Shafa dari bawah.
"Jadi, bang . Sebentar lagi siap-siap nih." balas Shafa ikut berteriak.
Shafa selesai memakai hijabnya. Hari ini ia memakai kemeja tunik babyblue dengan rok plisket warna putih. Setelah memakai jam tangan Shafa meraih tasnya yang diletakkan di atas ranjang. Sebelum keluar Shafa kembali mematut diri di depan cermin memastikan tidak ada yang kurang.
Perfect.
"Araa?!!! Cepetan!"
"Iya-iya bang. Enggak sabaran banget."
Shafa menuruni undakan tangga dengan tergesa dan hampir saja terpeselet jatuh kalau saja tidak berpegangan pada pembatas tangga.
"Adek, hati-hati turun tangganya."
Shafa menyengir, "Maaf, ayah. " ucap Shafa melangkah ke arah sang Ayah yang tengah membaca koran lalu mengecup pipinya.
"Abang Rama kenapa teriak-teriak udah kayak di hutan aja. Malu di dengar sama tetangga. " omel Bunda datang dari arah dapur dengan pisau di tangan.
"Ampun, bun. Enggak lagi, itu pisaunya di simpan dulu, bun." ujar Rama menyatukan tangannya, ngeri melihat pisaunya.
"Aduh bunda sampai lupa lagi megang pisau. Kamu sih! "
"Salah lagi. "gumam Rama mendramatisi.
Shafa melihat Rama keluar rumah ikut beranjak kalau tidak ingin di tinggal pergi. Di luar Rama sudah siap dengan motor sport merahnya.
Rama melihat sang adik yang masih berdiri anteng memerhatikannya.
"Buru naik. " suruhnya.
Shafa memajukan bibirnya, manyun. "Abang udah tau aku pake rok, kenapa gak bawa mobil aja."
"Rempong. Cepet naik, pake celana, kan? Bawa mobil lama, macet." jeda sebentar, " Kalau mau naik mobil kenapa gak sama Bang Fatih aja." lanjutnya.
Shafa mengangkat sedikit roknya memperlihatkan celana hitam panjang yang di pakainya.
"Beda arah." singkatnya tidak ingin berdebat lebih lama. Mengambil helm dari tangan Rama lalu memakainya.
Shafa memegang bahu Rama untuk dapat naik ke atas jok yang tinggi itu. Bukan Shafa tidak suka naik sepeda motor, malah baginya dengan sepeda motor lebih cepat memangkas waktu. Tapi ini masalahnya ini motor sport bukan matic. Shafa heran sekali kenapa para kaum adam sangat menyukai kendaraan baja satu ini. Ribet.
Tinn ... Tinnn ..."Duluan ya bang." ucap Rama setelah membunyikan klakson pada Fatih yang baru saja keluar rumah.
"Iya, hati-hati di jalan. Jangan ngebut, Ram."
Rama mengacungkan ibu jarinya kearah Fatih kemudian menarik gas menjalankan motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry Me! Shafara [SELESAI]
RomanceGenre romansa yang sedikit di bumbui humor. Yuk dibaca dulu. Siapa tau jadi suka. Konfliknya ringan kok. Jika berkenan bisa follow akunnya. ***** Bagaimana perasaanmu jika tiba-tiba datang seorang pria melamarmu? Shock, gak percaya, berpikir bah...