03. Hujan

6.2K 612 13
                                    

Bismillah.

Selamat membaca :)

***

Shafa menghela napas melihat ke atas langit. Hari ini langit sedang baik-baik saja, begitu kata anak indie. Hujan.
Padahal tadi siang cuaca masih cerah tidak menunjukkan tanda-tanda hujan akan turun. Memang perkiraan cuaca belakang ini kurang akurat. Shafa melihat jam tangannya, sudah pukul 5.30 menit. Harusnya abangnya sudah menjemput, pasti terjebak hujan.

Shafa berjongkok dengan memeluk boneka beruang karena pegal berdiri terlalu lama, saat ini ia berada di depan klinik karena tadi menunggu abangnya datang. Tadinya bonekanya mau ditinggal saja di ruangannya tapi pria yang berdiri di samping Shafa protes tidak terima. Katanya; nanti bonekanya jadi kesepian gak ada temannya.

"Hujannya awet. Pulang bareng saya saja." Shaka buka suara.

Shafa mendongak untuk melihat pria yang baru saja bersuara, " Enggak, makasih." Shafa tahu pasti ini hanya akal-akalan pria ini agar tahu alamat rumahnya. Tidak bisa dibiarkan.

"Nunggu di dalam saja, disini dingin."

"Enggak papa."

Shaka diam, menghela nafas pelan susah sekali membujuk perempuan satu ini.

Shafa merogoh tasnya mendengar nada dering ponselnya. Dilihatnya nama yang tertera pada layar ponsel rupanya Rama yang menelepon. Langsung saja ia menggeser panel hijau di layar.

"Assalamu'alaikum, dek." sapa Rama di seberang.

"Wa'alaikumussalam, abang dimana?" tanya Shafa menatap rinai hujan yang turun.

"Masih di bengkel tau sendiri 'kan lagi hujan abang nggak bisa jemput kalau sekarang." jawab Rama.

Shafa melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 6 tepat. Pasti akan kemalaman kalau menunggu abangnya datang, Apalagi sudah terdengar suara Adzan dari masjid dekat klinik.

"Hujannya kayaknya bakal awet. Minta jemput bang Fatih aja jangan naik ojek atau taksi." sambung Rama.

Shafa memberengut mendengarnya.
"Iya-iya."

Rama tertawa diseberang mendengar suara merajuk adiknya, "Kalau gitu abang tutup, Wassalam'ualaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Tut.

"Tawaran saya masih berlaku loh."

Shafa mendelik mendengar Shaka kembali bersuara, rupanya pria itu mencuri dengar pembicaraanya di telepon. Shafa mencari kontak abang pertamanya—fatih setelah menemukannya ia langsung mendial nomor tersebut. Shafa menunggu nada sambung tapi Shafa malah kecewa ketika mendengar suara dari operator. Tidak menyerah Shafa kembali mencobanya tapi hasilnya tetap saja nihil. Panggilannya tetap tidak terhubung. Akhirnya Shafa mencoba jalan lain dengan mengirim pesan. Ia sangat berharap semoga abangnya langsung membaca pesan darinya saat ponselnya di aktifkan.

Me

Assalamu'alaikum. Abang Fatih, tolong jemput Ara, bang Rama gak bisa jemput masih di bengkel, kejebak hujan.

Send.

Shafa kembali menyimpan ponselnya dalam tas setelah mengirim pesan. Ia bangkit berdiri berjalan masuk ke dalam klinik.

Marry Me! Shafara [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang