"Shafa, itu Pak Shaka dari tadi disini?" Tanya Kanaya.
Shafa ikut melihat ke arah pandang Kanaya dan menemukan Shaka yang tengah duduk di kursi tunggu dengan Macbook di tangannya.
"Dari tadi pagi. Udah disuruh pergi tapi orangnya gak mau. " jawab Shafa.
Shafa kembali beralih pada lembaran kertas di tangannya, kembali membaca biodata klien.
"Dinda, aku minta salinan yang ini yah? " pinta Shafa. Adinda yang tengah duduk santai di balik meja berdiri.
"Yang mana?"
"Yang ini." tunjuk Shafa pada lembaran kertas di tangannya.
"Oh yang ini, bentar aku cari."
Adinda beralih pada berkas-berkas yang menumpuk di mejanya lalu mengambil satu berkas yang kemudian di berikan pada Shafa.
"Kamu beneran nolak lamaran Pak Shaka? Gak mau mikir-mikir dulu gitu." tanya Kanaya lagi.
"Udah deh jangan mulai."
Adinda menopang sebelah tangannya di pinggang sementara yang satu lagi di sandarkan pada meja.
"Iya nih. Rugi tau nolak orang seganteng pak Shaka, apalagi pengusaha kaya. Beuh, di jamin hidup kamu gak bakal susah." Adinda mulai mengompori. Dia mengusap-ngusap perutnya yang kian membesar.
"Kalau aku mah gak bakalan nolak. Apalagi paket komplit kayak Pak Shaka." tambahnya lagi.
"Inget suami hoy ... Itu juga perut udah mau meleduk. "
Adinda mencebik mendengar perkataan Kanaya. Sedang Shafa tertawa pelan mendengarnya.
"Huuuss ... Jangan ngomong gitu!"
"Hey ... Lagi ngetawain apa sih? Kayaknya seru banget."
Ketiganya terkejut dan seketika menghentikan tawanya begitu melihat seorang pria berjas putih berdiri di depan mereka.
"Eh, dokter Ryan. Apa kabar dok? Lama gak keliatan." sapa Kanaya. Sedang Shafa dan Adinda hanya tersenyum sebagai sapaan.
Dokter Ryan tersenyum tipis,"Kabar baik, saya baru balik dari seminar di Bali." balas dokter Ryan melihat ke arah Shafa.
"Gimana seminarnya, dok? Lancar? " kini giliran Adinda yang bertanya.
"Alhamdulillah lancar."
Keempat orang itu mengangguk mendengarnya.
Adinda menyenggol lengan Shafa, Shafa menatap Adinda yang saat ini mengisyaratkan sesuatu yang tak ia pahami.
"Sssssssttt ... Itu dokter Ryan dari tadi ngeliatin kamu." bisik Adinda.
"Ha? Masa sih, enggak mungkin."
"Beneran."
"Kamu apa kabar, Shaf?" tanya dokter Ryan.
Shafa berjengkit kaget. Dia beralih pada dokter Ryan yang berbicara padanya. Shafa tersenyum kikuk pada dokter Ryan.
"S-saya ba-baik, dok. Dokter sendiri apa kabar? "tanya Shafa balik.
"Saya juga kabar baik. "
Shaka yang baru saja selesai membalas email masuk dari sekretarisnya. Dia melihat ke arah dimana Shafa berada, tatapannya berubah tajam melihat seorang pria berjas putih tengah tersenyum pada Shafa dan apa itu? Shafa juga membalasnya dengan senyuman. Mendadak tubuhnya terasa terbakar, Shaka tidak munafik dia sekarang tengah di landa rasa cemburu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry Me! Shafara [SELESAI]
RomanceGenre romansa yang sedikit di bumbui humor. Yuk dibaca dulu. Siapa tau jadi suka. Konfliknya ringan kok. Jika berkenan bisa follow akunnya. ***** Bagaimana perasaanmu jika tiba-tiba datang seorang pria melamarmu? Shock, gak percaya, berpikir bah...