Tiga | Luka Terbesarku Ternyata Kamu

4.5K 649 356
                                    

Mendung yang Thera bawa sepanjang perjalanan dari rumah menuju kafe di jantung kota itu pelan-pelan menguap saat ia bertemu Kaira. Perempuan dua puluh empat tahun itu sudah sejak lama menjadi alasan Thera bahagia. Menjadi teduh setiap kali amarahnya membara. Menjadi hujan yang sanggup mengguyur seluruh gersangnya. Kaira adalah rumah, ketika kata pulang tidak lagi terdengar nyaman di telinga Thera.

Thera tidak tahu kapan tepatnya perempuan itu mengubah palung di hatinya menjadi setapak panjang penuh warna. Ia juga tidak tahu sejak kapan kehadiran Kaira menjadi salah satu kekuatan terbesar Thera. Namun, satu yang pasti, ia tidak pernah berdusta perihal rasa. Ia bukan tipe lelaki yang mudah jatuh cinta. Banyak perempuan yang datang untuk meminta hatinya, tetapi Thera sendiri yang akan mematahkan mereka dengan penegasan seperti; "Sori, gue nggak tertarik sama cewek yang mepet cowok duluan."

Setelahnya, ia akan pergi begitu saja. Mencampakkan mereka seperti lelaki brengsek yang mati rasa. Akan tetapi, kepada Kaira, ia serahkan dunianya.

"Aku kemarin dapat email dari salah satu brand baru yang mau launching bulan depan. Tapi nggak aku ambil karena aku rasa kamu nggak akan suka. Maaf, ya, aku nggak minta izin kamu dulu buat nolak. Tapi aku yakin seratus persen, kamu juga nggak akan ambil kerja sama ini karena brand mereka bukan style kamu."

Salah satu pesona seorang Kaira yang begitu mencolok di mata Thera adalah kecekatannya. Perempuan itu paham di luar kepala apa saja yang Thera suka. Selama ini, Thera memang hanya akan mengambil tawaran kerja sama yang bersedia membayarnya dengan jumlah besar. Yang mana, itu artinya, pekerjaan yang ia lakukan juga akan lebih menantang. Untuk itu ia harus rela bahkan jika sang pemilik project memintanya untuk bertelanjang separuh badan.

Lelaki itu tersenyum, mengingat betapa bejatnya ia demi uang.

"Kamu selalu tau seleraku, dan aku nggak perlu ragu. Aku percaya sama kamu."

Sekarang rasanya semua yang ada dalam diri Kaira terlalu menarik untuk Thera. Bahkan sekadar bagaimana perempuan itu mengangkat gelas Cappucino-nya dan membiarkan bibir merah mudanya menempel di sana. Thera suka bagaimana Kaira tersenyum dengan alis terangkat setelahnya.

"Aku harus profesional supaya nggak kehilangan pekerjaan, Thera. Jadi manajer kamu itu profesi yang bakal selalu aku pertahanin."

"Bagus. Tapi apa kamu nggak mau ngubah status kita dari yang awalnya cuma manajer dan model ke status yang lainnya?" Thera menatap Kaira dengan senyuman dan perempuan itu seketika tertawa. Cara Thera bertanya sudah cukup menjelaskan bahwa lelaki itu hanya sedang bercanda. Untuk itu ia maju lebih dekat ke meja, memangkas jaraknya dengan Thera.

"Kamu mau jadi sopir aku dan aku jadi majikan kamu?"

"Kalau bayarannya lebih tinggi dari sekali take foto, kenapa enggak?" Kemudian Thera mengangkat gelas minumnya ke udara, mempertemukan tepian benda itu dengan bibirnya. Sementara Kaira tertawa, membiarkan pagi di meja itu kembali bernyawa.

"Berhenti bahas omong kosong. Kamu harus tau kalau hasil pemotretan di majalah Elliza bulan lalu udah secara resmi rilis tadi pagi. Dan foto kamu di sana lagi-lagi viral. Banyak komen positif yang masuk, tapi nggak sedikit juga netizen yang berasumsi buruk." Kaira menyodorkan ponselnya yang menyala ke hadapan Thera. Membiarkan layar jernih benda itu menampilkan postur sempurna Thera pada postingan salah satu akun gosip besar di Instagram. Juga ribuan komentar yang membanjiri unggahan.

Fokus Thera seketika tertarik ke sana, memerhatikan bagaimana jemari kurus Kaira bergerak di permukaan layar, menggulir komentar dari atas ke bawah dan berhenti sebelum mencapai dasar.

@seandipity Mampus! Oksigen di tempat gue habis! Ga bisa napas gue liat abs nya, tolong!

@maya_lunaa mukanya agak ada vibe vibe China nya ga sih? gue ngeliatnya rada mirip Xiao Yuliang yang main jadi Zang Qilin di Ultimate Note masa 😂

AtheRionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang