Tiga belas | Ketika Percayaku Kau Patahkan

3.6K 560 477
                                    

Amarah Thera masih belum menemukan ujungnya. Semenjak Kaira menghubungi dengan samar-samar suara isakan yang ia sembunyikan lalu mengatakan bahwa ia ingin Thera datang, tanpa pikir panjang lelaki itu langsung melesat lagi ke jalanan. Membelah pekat malam setelah sebelumnya menciptakan badai di rumahnya sendiri hingga berantakan.

Sekarang, lelaki itu duduk di sebelah Kaira. Berusaha menenangkan setelah tadi perempuan itu muncul dengan wajah sembab ketika membukakan pintu untuknya. Butuh waktu cukup lama sampai akhirnya perempuan itu menghela napas panjang kemudian menatap tepat di kedua mata Thera yang malam ini begitu menyala. Seperti mengisyaratkan bahwa ada api besar yang belum sepenuhnya padam di dalam sana.

"Maaf, ya. Aku jadi bikin kamu harus repot-repot datang ke sini di saat seharusnya kamu istirahat di rumah."

Suara Kaira mengalun setenang bisik angin malam yang bertiup dari pintu balkon kamar. Namun, saat Thera menoleh, yang ia temukan hanya bagaimana perempuan itu menatap ketakutan. Ada jejak-jejak air mata yang masih belum mengering, yang membuat naluri Thera muncul begitu saja untuk menghapusnya.

"Nggak masalah. Aku juga mau mastiin kamu baik-baik aja, makanya aku dateng." Akan tetapi, pergerakan Thera terhenti saat Kaira lebih dulu mengusap air matanya sendiri. Perempuan itu kemudian tersenyum tipis sekali.

"Setelah kamu datang, aku jauh lebih baik. Kamu bikin aku ngerasa aman, Thera. Setelah tadi Arion bikin aku syok banget, kamu datang dan bikin ketakutanku hilang."

Nama Arion yang Kaira sebutkan ternyata cukup untuk membangkitkan amarah Thera yang sempat teredam. Seketika ia mengingat lagi semua yang tadi Kaira katakan saat menghubunginya dengan suara bergetar. Perempuan itu terdengar begitu ketakutan, dan di antara ketakutannya, ada nama Arion yang berkali-kali ia gumamkan.

Kaira
Maaf kalau aku ganggu kamu, Thera. Tapi aku nggak tau harus telepon siapa dan cari perlindungan ke siapa selain kamu. Aku takut banget. Tadi ... Arion tiba-tiba dateng. Dia marah-marah ke aku. Ngata-ngatain aku. Dia bawa-bawa masalah alergi kemarin dan nuduh aku yang enggak-enggak. Klimaksnya, dia ngancem aku, Thera. Arion kelihatan nggak lagi main-main dan aku takut banget. Kamu bisa ke sini sekarang? Aku nggak bisa tenang, Thera. Aku takut. Aku butuh seseorang di sampingku sekarang. Dan aku cuma punya kamu.

Saat itu, kalimat Kaira berhasil menyalakan api yang sebelumnya padam di dada Thera, hingga amarah itu membawanya ke kamar Arion untuk kemudian menegurnya. Setelah itu ia pergi begitu saja. Meninggalkan rumah dengan bantingan cukup keras di pintu dan melesat menuju apartemen Kaira.

Dan Thera bersumpah, ia tidak pernah menyesali keputusannya untuk datang. Karena ketika ia tiba, Kaira benar-benar sedang berada dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. Wajah perempuan itu basah dengan sisa-sisa make up yang luntur karena belum sempat dibersihkan. Kemudian saat tangan gemetar perempuan itu merengkuh punggung lebarnya, yang Thera dengar selanjutnya hanya bagaimana Kaira menangis dengan suara isakan yang menggema.

Sekarang, saat mereka akhirnya menghabiskan hampir setengah jam untuk duduk bersisian dan saling mendengar, sisa-sisa isakan Kaira perlahan teredam. Berganti senyuman. Meski begitu, Thera masih bisa melihat kekhawatiran besar di matanya yang kehilangan binar. Dan Thera tidak pernah tahu apa saja yang telah Arion lakukan sampai perempuan setegar Kaira pun begitu ketakutan.

"Dari pertama kali kita ketemu, aku nggak pernah satu kali pun berpikir buat manfaatin kamu, Thera. Aku benar-benar tulus mau berteman sama kamu pada saat itu. Aku cuma mau nemenin kamu lewatin masa-masa sulit kamu saat kondisi kesehatan Arion waktu itu masih jauh dari kata baik. Aku cuma mau ada di samping kamu, dampingin kamu, seperti kamu yang juga ada di sampingku dan nolongin aku saat hari itu aku hampir dilecehkan di jalanan."

AtheRionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang