Delapan | Me vs Your Girl

3.6K 563 370
                                    

"Pagi, Thera. Kamu di mana? Udah siap? Hari ini kita ada jadwal untuk pemotretan parfum dari salah satu brand terkenal. Kita ketemu dua jam lagi ya. Aku tunggu. Nanti lokasi akan segera aku share."

Thera baru saja menyandarkan tubuhnya di sofa, saat menerima telepon Kaira.

"Aku di rumah. Tapi Sori, Ra. Jadwal bisa kita undur, kan? Mungkin besok atau lusa. Aku lagi nggak bisa pergi sekarang. Kamu minta jadwal ulang aja, kalau brand itu masih mau pakai aku."

"Loh kenapa Thera? Kamu sakit? Atau Arion masih sakit?"

"Nggak, kok. Aku cuman mau istirahat sehari. Sekalian nemenin Arion di rumah, takut ada apa-apa lagi. Jadi bisa kamu atur, kan? Kalau memang mereka nggak bisa ngasih jadwal ulang, kamu batalin aja. Bilang maaf karena kali ini aku bener-bener nggak bisa."

Ada helaan napas berat dari Kaira di seberang sana. Membuat Thera kembali merasa bersalah. Sejak kemarin dia sudah membuat banyak kekacauan, dan Kaira yang barus membereskannya.

"Yaudah, aku coba koordinasi dulu sama mereka, ya. Semoga mereka mau ngasih kita kelonggaran. Take your time, Thera. Have a nice day. Salam juga buat Arion."

Kaira selalu menjadi sosok yang bisa Thera andalkan. Sekaligus membuatnya kagum dalam satu waktu. Wanita itu selalu terlihat sempurna dari bagaimana dia menyikapi masalah dan menyelesaikannya. Jadi jangan salahkan bila kadang dia terbawa emosi saat Arion menjatuhkan kata-kata buruk pada Kaira.

Mungkin ini pertama kalinya setelah sekian lama, Thera kembali bisa menghabiskan pagi di rumah. Tanpa perlu memikirkan waktu yang mengejar karena tanggung jawab pekerjaan. Duduk di sofa dengan secangkir cappucino dan menonton acara pagi. Tidak bergelut dengan kemacetan Jakarta dan hiruk pikuk yang kadang membuatnya muak.

Pandangan Thera baru saja beralih dari ponsel, saat suara langkah Arion membuatnya menoleh. Anak itu masih mengalungkan handuk dengan rambut setengah basah. Berjalan menuju dapur, lalu kembali dengan segelas air.

"Ngapain masih di rumah?" Arion memberi jarak. Sengaja mengambil tempat di sofa sebelahnya.

"Gue libur," sahut Thera tanpa menatap adiknya. Sibuk memindah-mindahkan canel televisi yang sejak kapan tak lagi menarik di matanya. Hanya acara gosip dan sinema pagi.

"Libur? Sejak kapan lo punya waktu libur? Biasanya sehari nggak kerja, hidup lo nggak akan tenang!"

Thera kembali meletakkan remot TV-nya, lalu menghadap Arion. "Gue hari ini nggak nerima kerjaan apa pun. Jadi tolong banget, lo jangan ngajak gue ribut."

"Seburuk itu gue itu mata lo?"

"Kenyataan!" Thera meraih ponselnya, menyerahkan pada Arion. "Pesen makan buat sarapan. Jangan bantah, gue nggak mau lihat lo pingsan lagi di rumah!"

Dengan malas Arion bangkit. Tanpa bantahan membuka aplikasi hijau untuk memesan makanan. Semoga Thera tak akan mengungkit ini sebagai hutang yang harus dia tebus nantinya. Lagi pula, kakaknya memang harus bertanggung jawab karena telah menelantarkannya kemarin.

Sejenak, sunyi mendominasi. Membawa keduanya pada kesibukan masing-masing. Thera terpaku pada layar televisi, menonton gosip hangat yang sebelumnya tak pernah dia tahu. Sedangkan Arion sesuka hati memesan apa yang ingin dia pesan, tanpa meminta persetujuan Thera. Saldo kakaknya cukup untuk memesan satu warung makan selama satu minggu.

"Ar..."

"Hmm." Arion mendongak. Tepat saat pesanan berhasil dia pesan. "Takut banget sih kalau gue ngabisin saldo," ucapnya sembari mengembalikan ponsel Thera.

"Bukan itu! Gue tahu lo pasti udah pesen macem-macem. Jadi karena lo udah dapet apa yang lo mau, gue mau minta satu hal sama lo?"

Arion menatap Thera malas. Benar kan, Thera pasti meminta balasan. Curang.

AtheRionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang