Lima | Lukamu Juga Lukaku

4.5K 594 362
                                    

Kejadian tadi bukan yang pertama kalinya. Seharusnya, Thera sudah terbiasa. Retakan besar di keluarganya memang sudah sejak lama menjadi cacat yang menyakiti mereka. Menjadi luka yang menggerus berkali-kali dengan cara yang sama.

Thera masih ingat bagaimana dulu malam-malam panjangnya hanya akan terisi oleh gaduh dari Mama dan Papa yang saling mengadu suara. Bagaimana dinding-dinding kumuh juga lantai pucat rumahnya menjadi saksi benda-benda yang dilempar lalu hancur begitu saja. Ia juga masih ingat semua perbuatan keji Papa terhadap Mama. Sebelum akhirnya satu pekik lantang dari Mama yang menuntut pisah menjadi badai yang meremukkan rumah mereka, menjadi satu dengan isakan pilu tepat di dini hari, saat seharusnya mereka tidur sembari memeluk putra-putranya.

Saat itu, Thera pikir, perpisahan yang mereka pilih adalah akhir dari semuanya. Namun, ternyata ia keliru. Retakan panjang yang orang tuanya tinggalkan ternyata mengguncang Arion lebih daripada seharusnya. Membawa trauma yang masih terus membekas di kepala dan mengancam kapan saja. Maka saat Mama dan Papa menawarkan untuk pergi dengan membawa masing-masing dari mereka, Thera maju sebagai seorang Kakak. Menolak dengan tegas ajakan mereka dan memilih untuk tetap menahan Arion tinggal di rumah kumuh mereka yang tak lagi ada artinya.

Namun, ternyata waktu yang berlalu belum cukup untuk menghapus luka-lukanya yang menganga. Hari ini, Thera kembali dihadapkan pada kenyataan bahwa adiknya masih sama seperti saat Mama dan Papa melangkah keluar dari rumah mereka. Bahwa anak itu tidak pernah baik-baik saja.

Thera mengerjap, mencoba menangkap lagi kesadarannya. Detik itu juga ia sadar telah membuang lima menitnya secara sia-sia hanya untuk berdiri di depan kamar Arion dengan nampan yang ia bawa. Ia kemudian mendorong pintu kayu itu dengan kakinya hingga terbuka.

Hal pertama yang ia temukan adalah bagaimana Arion duduk di ranjang dengan tatapan gusar dan tangan saling menggenggam. Anak itu masih terlihat ketakutan, tetapi buru-buru mengalihkan pandangan saat menyadari Thera datang. Mencoba tetap terlihat tenang.

"Gue tadi cuma bikin nasi goreng doang. Kalau lo mau, silakan makan. Kalau enggak, ya udah. Terserah. Gue nggak akan maksa-maksa cuma supaya lo mau makan." Thera meletakkan nampannya tepat di depan Arion, membiarkan anak itu memutuskan sendiri apa yang dia mau. Butuh beberapa detik sampai akhirnya tangan anak itu bergerak maju.

"Terpaksa. Soalnya gue udah nggak mood cari makan di luar. Plus udah nggak ada tenaga juga."

"Kalau nggak niat, nggak usah. Gue jauh lebih ikhlas makanan gue dibuang ke tempat sampah daripada dimakan sama orang yang ngakunya terpaksa doang."

Arion mendecak, tetapi kali ini memilih untuk tidak mendebat. Mengabaikan Thera yang pelan-pelan mengambil posisi duduk di meja dekat jendela, Arion mulai menyendok nasinya. Topik di sana pun menguap. Hening merayap saat kata tidak lagi bekerja sebagaimana mestinya.

Tetapi justru di situ letak ganjilnya. Sebab, Thera tahu Arion bukan tipe orang yang akan tetap diam saat dalam keadaan baik-baik saja. Anak itu adalah pendebat ulung, yang tidak pernah membiarkan Thera kalah. Yang tidak pernah memberi kesempatan ia untuk lengah. Jadi, melihatnya hanya menurut saat Thera menyuruhnya makan rasanya aneh. Ini seperti bukan adiknya. Dan Thera benci setiap kali Arion menjadi dirinya yang tidak baik-baik saja.

"Pelan-pelan. Kalau keselek, nggak bisa napas, mati, nggak ada orang yang bakal ngelayat di pemakaman lo. Kasian," ucap Thera, mencoba mengurai lagi hening tak nyaman di antara mereka. Namun, sejujurnya, Thera hanya ingin agar Arion lebih hati-hati menyuap nasi di piringnya.

"Berisik."

Setelah itu Thera bungkam dan memperhatikan. Mencoba membaca apa yang Arion sembunyikan di balik diamnya. Karena ia yakin kejadian di jalan tadi bukan satu-satunya alasan traumanya kambuh setelah sekian lama. Namun, ternyata melihat Arion memaksa tetap menelan makanannya dengan mata berkaca-kaca cukup melukai hati Thera. Sialan. Demi apa pun, ia benci situasi seperti sekarang.

AtheRionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang