🎐 Daydream

3.1K 831 207
                                    

Seakan menjadi rutinitas Justin belakangan ini, setiap pagi ketika tiba di kelas, dia akan duduk pada bangkunya, meletakkan tas, lalu menyumpalkan airpods dan tidur selagi menunggu jam masuk.

Begitu pun hari ini. Tidak ada lagi Justin yang biasanya selalu senang berinteraksi. Atau Justin yang kerap menyebarkan polusi suara untuk memulai hari. Adanya hanya Justin si sad boy.

Teman-teman di kelas juga tidak bisa berbuat banyak untuk mengembalikan mood si Pak Ketua. Jadi mereka cenderung membiarkan.

Sampai hari itu pun tiba, masa dimana kisah penggalauan Justin sepertinya akan berakhir. Karena Jihan tiba-tiba muncul di depan pintu kelas sambil tersenyum lebar. Semua warga 2IPS3 tampak terkejut untuk sejenak.

"Puji Tuhan, Jihaaan!"

Vanesa lebih dulu berseru. Detik berikutnya ia sudah berhambur memeluk Jihan.

"Lo kemana aja anjiirr, Han! Katanya udah pindah? Beneran?" sambung Erina.

"Tadinya sih. Tapi gak jadi hehe"

Martha langsung mengucap syukur, "Alhamdulillah. Ya ampun seneng banget!"

"Welkambek Jihaaan!"

Jihan senang semua anak kelas menyambutnya dengan suka cita. Namun di tengah riuh redam euforia itu, hanya ada satu orang yang tidak menyadari situasi itu.

Justin masih dengan posisinya tiduran di atas permukaan meja beralas tangan dan kedua telinga yang tersumpal earphone. Sama sekali tidak tahu apa yang tengah terjadi di kelas.

Hingga Jihan sudah duduk di sebelahnya. Memandang Justin sebentar sebelum iseng menyentuh batang hidung lelaki itu dengan jari telunjuknya. Membuat Justin membuka mata perlahan.

Melihat presensi Jihan, pupil Justin refleks melebar. Justin melepas airpods-nya dan dalam lima detik ke depan, lelaki itu tetap tidak bergeming dari posisinya. Menerka-nerka apakah ia sedang berhalusinasi atau tidak.

"Halo," sapa Jihan dalam senyuman, "MBTI test kamu apa?"

At moment, he knew that the girl in front of him was damn real.

Serta merta Justin mengangkat kepalanya. Lalu mengerjap beberapa kali.

"Kok... bisa?"

"Yaa bisa aja." kekeh Jihan, "Aku batal pindah sekolah, berkat seseorang."

Kontrol bawah sadar Justin seakan sudah mengambil alih, tanpa menunggu waktu lagi lelaki itu langsung meraih Jihan ke dalam pelukannya. Membuat satu kelas bereaksi riuh dan Jihan sendiri jauh lebih kaget di tempatnya.

"J-justin...?"

"Bentar aja. Aku kangen banget sama kamu."

Maka Jihan tidak punya pilihan lain. Ia beralih menepuk-nepuk punggung Justin dengan telapak tangannya, pelan.

"Tinky winky dipsi lala po~ teletabis berpelukaaannn!"

Entah siapa yang memulai, mendadak ada backsound receh tersiar dari segala penjuru kelas. Tak lama berganti dengan teriakan,

"Woi ada guru!"

Namun Justin masih setia di posisinya. Jihan jadi bingung harus bagaimana.

"Ehm, itu yang dibelakang udah selesai belum sesi peluk-pelukannya?" tegur Bu Dara.

Justin malah membalas, "Belum, Bu. Bentar lagi. Nanggung."

"Kalau gitu silakan keluar saja ya kalian berdua."

[✔️] BubblegumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang