🎐 The Truth to Told

3.1K 815 116
                                    

Dean mengusap kedua tangannya dibalik lingkar kemudi. Sedang Justin duduk di jok sebelah, menunggu. Suasana di dalam mobil itu terlalu intens seolah mengekspresikan topik yang akan mereka bahas kali ini.

"Saya bingung harus mulai darimana." sahut Dean lalu menarik napas dalam, "Kamu benar, Justin. Saya punya saudara kembar."

Awalan dari kalimat beliau berhasil membuat atensi Justin teralih sepenuhnya.

"Makam yang barusan kamu liat itu adalah milik saudara kembar saya, namanya Christian."

Sekarang Justin mengerti mengapa mereka memiliki nama belakang yang sama.

"Kenapa Bapak gak jujur waktu itu?"

"Saya cuma gak mau mengakuinya." balas Dean, "Sebenarnya kondisi keluarga saya nggak cukup harmonis. Kamu tau kan saya bukan asli WNI?"

Justin mengangguk. Dean adalah warga negara pendatang, dia berasal dari Amerika.

"Dulu keadaan sangat sulit saat kami masih di Amerika. Jadi saya dan keluarga memutuskan pindah ke Indonesia, tapi Christian menolak untuk ikut. Alasannya dia terlalu liberalis dan di Indonesia dia gak mungkin bisa bersikap seperti itu karna ada hukum yang membatasi."

Dean menjeda narasinya. Sementara Justin masih diam mendengarkan.

"Mungkin capek berdebat terus dengan orang tua kami, Christian akhirnya mengambil langkah yang cukup ekstrim, dia memilih untuk putus hubungan dengan keluarga kami dan lanjut hidup sendiri di Amerika. Setelah itu dia benar-benar menghilang. Kami sekeluarga juga sudah menganggapnya mati." lanjut Dean,

"Kedengaran jahat, ya? Tapi memang itu yang terjadi. Saya udah terbiasa hidup tanpa rasa simpati. Sebelum saya akhirnya bertemu dengan istri saya yang sekarang. Belajar dari pengalaman, saya ingin membangun rumah tangga yang penuh rasa cinta, tidak seperti yang dilakukan keluarga saya dulu."

Justin tersenyum tipis. Menyadari bahwa luka setiap orang memang berbeda-beda. Dean kembali menarik napas. Ceritanya belum selesai,

"Mengenai Christian, saya pikir semuanya sudah selesai dari lama. Bahkan setelah saya menikah, saya masih tidak tau kabar tentang dia. Sampai kemudian, setahun yang lalu tepatnya, saya membaca berita mengenai tindak pelecehan seksual di SMA X. Dari teman saya yang guru disana, saya diberitau kalau pelakunya ternyata adalah Christian."

"Saat itu saya sangat marah. Kenapa datang-datang dia malah membuat onar seperti itu. Tapi begitu saya mendatangi apartemennya, saya malah menemukan dia sudah gantung diri dengan meninggalkan kertas berisi permintaan maaf."

Tangan Dean terkepal memegang lingkaran setir, "I know that he may be depressed but why he choose to runaway with suicide?! The stupid way ever."

Justin setuju dengan ucapan Dean namun dia punya pemikiran lain, "Tapi mendengar cerita Bapak tentang bagaimana dia hidup sendiri selama ini terus tiba-tiba dia tidak sengaja melakukan kesalahan bukannya wajar kalau dia mendadak hilang akal dan akhirnya memutuskan untuk bunuh diri. Semacam, penebusan dosa?"

"Tidak wajar, Justin. Jika dia ingin menebus dosa seharusnya dia hidup dengan lebih baik. Dan gara-gara sikap egois itu, korbannya harus menanggung sanksi sosial dari masyarakat. Yang mana ironis, karena jelas-jelas dia adalah korban yang harus dilindungi setelah menyuarakan kebenaran."

Pandangan Dean menyalang. Dia tampak serius kala mengatakannya. Justin bisa melihat kemarahan yang masih tersisa dari raut wajah sang guru.

"Apa Bapak tau kalau Jihan adalah korbannya?"

Dean menggeleng, "Awalnya nggak. Nama korban gak pernah di ekspos ke media. Tapi mungkin rumor internal dalam sekolah udah kesebar, karna itu Jihan sempat dibully disana. Saya baru tau itu adalah Jihan setelah kasusnya merebak lagi di sekolah kita."

[✔️] BubblegumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang