🎐 Rem Blong Kapten

6K 1.1K 386
                                    

Tepat seperti kata Vanesa, hari itu kelas IPS 3 kedatangan murid baru. Justin tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Ia memperhatikan setiap kata dan gesture dari si anak baru dengan penuh khidmat. Seolah menilai apakah nantinya gadis itu pantas menjadi tambatan hati seorang Justin Septyaka ataukah tidak.

Dan setelah mengamati selama lima detik, Justin sih auto yes. Pokoknya Justin bakal gebet itu cewek demi memperbaiki keturunannya di masa depan.

"Selamat siang, nama saya Jihan Fidelia." intro si calon gebetan disertai senyuman sopan diakhir kalimatnya. She have a bunny teeth too by the way, how cute.

"Ok, Jihan bisa duduk di—"

"SINI PAK! DISINI AJA! SEBELAH SAYA KOSONG KOK PAK!"

Pak Simon sempat bengong sebentar gara-gara interupsi rusuh dari Justin. Walau kemudian beliau membalas dengan sedikit terheran, "Disebelah kau ada tas pun kutengok, cemananya?"

Justin buru-buru mengambil tas Radi itu dan melemparnya ke belakang. Membuat Kirana—si penghuni meja—melotot gak nyantai.

"APA-APAAN—"

"Kalem, gua tau lo demen sama Radi jadi gua bantuin mumpung orangnya lagi ke toilet. Kapan lagi lo bisa duduk sebelahan sama dia," sela Justin cepat.

Kirana cuma bisa berdecak. Setelah beres urusan tas Radi, Justin kembali menoleh pada Pak Simon.

"Enggak Pak, kosong kok hehe"

"Hatinya Justin yang kosong itu maksudnya, Pak." Darren menambahkan.

Murid-murid lain ketawa. Pak Simon cuma geleng-geleng kepala aja. Udah biasa menghadapi bacotan gamutu dari anak kelasnya.

"Ya sudah Jihan, duduklah kau disana ya," final Pak Simon.

Walau sedikit bingung Jihan hanya bisa mengangguk sopan lalu jalan ke arah mejanya Justin. Sementara si oknum menyambutnya dalam senyuman lebar.

"Halo," sapa Justin, "MBTI test kamu apa?"

Baru saja Jihan mendaratkan bokong ke kursi, tahu-tahu Justin udah nanya. Mana pertanyaannya random abis. Tapi sebagai anak baru, Jihan harus bersikap baik.

"Terakhir test sih INFJ. Emang kenapa?"

"Oh enggak. Aku pikir CUTE."

Sebuah pena langsung terlempar mengenai kepala Justin. Bikin pemuda itu membalikkan badan dengan raut kesal ke si pelaku. Vincent diseberang meja tertawa geli.

"Ampas lu. Kenalan dulu napa nyet, udah main gombal aja setdah"

Justin cuma memutar mata malas. Disebelah Vincent, Vanesa menyeletuk, "Idih gas lo kenceng juga ye, lagaknya kemaren kayak gak suka."

"Diem kalian para figuran." tutup Justin. Abis itu balik ngeliatin Jihan lagi, "Ehm sampai mana kita tadi? Oh iya, belum kenalan ya. Hai aku Justin."

"J-jihan."

"Nama kita sama-sama J nih. J for Jodoh. Ea asix."

Jihan bingung banget tapi untuk kesopanan dia ikutan tertawa canggung, "H-hehe...?"

"Jihan, kamu udah punya pa—"

"JUSTIN BANYAK KALI LAH CAKAP KAO DARI TADI! KERJAKAN SOAL NOMOR TIGA DIPAPAN SEKARANG!"

Gak hanya Justin yang kaget, Jihan juga ikutan kaget.

"Tapi Pak, bentar lagi bel." kilah Justin.

Pak Simon tetap tidak peduli, "Maju cepat atau mau kutempeleng pala otak kao?!"

Justin hanya mendesah. Baru aja doi berdiri tiba-tiba bel istirahat berbunyi. Justin langsung nyengir penuh kemenangan.

"Ck, untung baek nasib kau." cetus Pak Simon lalu terpaksa menutup kelas hari itu, "Yaudah istirahatlah kilen."

Seolah waktu memang sedang berpihak pada Justin, doi pun melanjutkan aksi pedekatenya dengan gercep.

"Jadi, Jihan jomblo ngga nih?"

"I-iya..."

"Wah sama dong. Kalau gitu mulai sekarang kamu gebetan aku ya"

Jihan bengong. Dua netranya membulat sempurna, menunjukkan kebingungan yang hakiki, "Sorry?"

"I like you."

"ALAIKYU ALAIKYU PALA LO?!" Radi muncul-muncul langsung teriak sambil nendang kursi Justin, "Tas gua kenapa lu pindahin seenak jidat hah?!"

Tapi Justin cuma membalas dengan telunjuk ke muka Kirana sebelum mengalihkan pandangannya.

"Maaf ya, Jihan. Banyak banget laler yang ganggu obrolan kita." sambung Justin, "Sampai dimana tadi? Oh iya, aku serius. Kebetulan aku juga single jadi mungkin kita bisa saling melengkapi."

"Rem oi remm," Kali ini giliran kepala Justin yang ditoyor dari belakang oleh Kirana, "Sorry ya Han lo harus sebelahan sama pelpelan mekdi. Btw gue Kirana, hai."

"Halo." Jihan menyambut uluran tangan Kirana, selanjutnya dia juga berkenalan dengan Radi. Si laki-laki berkacamata yang tasnya dibuang Justin tadi.

Dan karena sekarang juga udah jam istirahat secara alami beberapa anak kelas mulai mengerubungi meja Jihan. Ingin berkenalan dengannya.

"Han, yang betah ya disini. Walau sebelah lo bacot banget kek tarzan," canda Vanesa.

Jihan terkekeh kecil. Sementara Justin hanya mencibir tipis.

"Gitu gitu Justin tuh ketua kelas tau, Han." timpal Erina.

"Oh iya?" Jihan agak surprise. Gara-gara respon spontannya, Martha jadi ngakak.

"Kaget dong dia. Emang ngagetin sih. Tapi Justin bisa jadi leader yang baik kok."

Hampir semua warga kelas mengangguk setuju atas ucapan Martha. Jihan cukup takjub. Ternyata Justin gak sebobrok kelihatannya.

"Udah deh ngomulnya. Ini anak baru belum gue bawa keliling sekolah," sela Justin, "Ayok, Han, sebelum bel masuk."

Kemudian Jihan pun dibawa Justin keluar kelas diiringi suit-suitan murid lain. Salah satu ledekan paling kencang yang sempat didengar Jihan adalah,

"Hati-hati ya Jihan, remnya Justin suka blong!"



"Hati-hati ya Jihan, remnya Justin suka blong!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




[✔️] BubblegumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang