Jihan tengah bercengkrama dengan beberapa teman wanitanya sembari menunggu jam istirahat. Meski masih menyandang status sebagai anak baru, kenyataannya Jihan cukup cepat beradaptasi dengan teman-teman barunya ini.
Padahal Jihan tidak banyak bicara, namun senyuman dan reaksinya terkesan menyenangkan bagi orang lain. Itu lah mengapa dia bisa dengan mudah diterima.
Sebagai teman dan mungkin juga sebagai gebetan terkhusus untuk satu manusia berinisial J,
"JESUS CHRIST! JUSTIINNNN LO KAN YANG NARO KECOA DI TAS GUA?! AMBIL NGGAK SEKARANG?! WOI ANJIRRR AMBILLLLL!!"
Itu teriakan Vanesa. Sementara oknum yang diteriaki malah ngakak dari depan meja guru sambil nunjuk-nunjuk Vanesa dengan gagang sapu. Akhlaknya verified eobso.
Justin beneran se-annoying itu, sampai Vanesa mau nangis. Untungnya ada Vincent yang dengan sigap mendamaikan suasana. Beres membuang kecoa, gantian kepalanya Justin yang dibor Vincent pake tangan karena kesal.
Dan kayaknya pemandangan seperti itu adalah hal yang lumrah terjadi di 11IPS3 setiap kali ada jam kosong. Lihat saja bagaimana chill-nya khalayak saat ini. Seolah masing-masing sudah punya dunia sendiri-sendiri.
"Han, lo udah tau mau ngambil ekskul apa nggak?" Jihan refleks menoleh pada Hanafi yang baru saja bertanya.
Entah lelaki itu memang niat bertanya atau kebetulan lewat, karena kemunculannya hampir mirip seperti tahu bulat. Super dadakan.
"Eh wajib ya?" tanya Jihan balik.
Kirana menimpali, "Iya Han. Kelas sepuluh sama sebelas tuh wajib ngambil ekskul. Minimal satu. Lo udah tau belum ekskulnya apa-apa aja?"
Jihan mengangguk. Kemarin sembari keliling sekolah, Justin juga sudah memberitahu soal ekskul yang ada di sekolah mereka. Banyak banget, Jihan nggak ingat.
"Jihan masuk ekskul musik aja." tau-tau Justin nimbrung. Dengan rambut dan seragam yang berantakan akibat gelut-gelutan sama Vincent tadi.
"Lo lagi simulasi jadi gembel apa gimana sih, Tin? Sekali aja ganteng gitu loh, kok susah banget?" cetus Erina.
Justin gak waro, "Kan Jihan jago main gitar. Suaranya juga bagus. Apalagi kalau nyanyi lagu jawa. Behh, ambyar. Gimana tuh lagunya, kowe tak sa—"
Mulutnya Justin langsung dibekep Jihan seketika. Mukanya panik. Gak cuma Justin yang cengo, temen-temen yang lain juga ikutan ngeliatin aneh.
Sadar akan tatapan bingung teman-temannya, Jihan perlahan melepas tangannya dimulut Justin lalu tersenyum kikuk.
"Ehehehe.... s-sorry....." gagapnya.
"Waah Justin ngomong apaan tuh tadi sampe dibekep."
"Iya, gak denger gue, ulang lagi dong"
"Ada apa dengan anak baru dan ketua kelas madesu kita?"
Dan beberapa sahutan-sahutan samar terdengar dilontarkan satu per satu. Membuat Jihan meremas ujung roknya sambil menunduk cemas.
Justin sendiri masih berdiam diri sebelum Vanesa menarik lengannya agak kebelakang lalu berbisik, "Gue lupa bilang ke lo, Jihan nggak mau orang lain tau dia suka nyanyi lagu jawa. And by the way, do something now, she have an anxiety."
Mendengar itu Justin bergegas berseru, "Woi diem semua diem! Kepo aja lu pada hubungan gue sama my honey. Udah ah bubar! bel istirahat barusan bunyi noh."
Untunglah berkat informasi Justin sedikit demi sedikit orang-orang mulai membubarkan diri untuk keluar kelas.
"Pi, soal ekskul Jihan biar gue aja yang ngedata. Ntar gue kasihin ke lo." kata Justin pada Hanafi yang hanya dibalas dengan acungan jempol dari pria itu.
"Kamu nggak apa-apa?" kali ini Justin beralih pada Jihan. Ia menyodorkan botol mineral baru yang selalu doi simpan dalam laci meja, "Minum dulu dah."
Jihan menggeleng pelan, "Gak apa-apa kok, maaf."
"Santai aja. Anak-anak emang suka barbar sorry ya kalau kaget. Dan, sorry juga, aku gak tau itu rahasia buat kamu. Tenang aja, I'll keep it as secret too from now on, promise."
Jihan lantas memandang Justin sebelum mengangguk sambil tersenyum kecil.
"Trus, soal ekskul, kamu pikirin dulu aja. Kalau udah baru—"
"Aku mau kok ikut ekskul musik."
Justin tertegun sebentar karena selaan Jihan, "Beneran?"
"Iya."
"Gak ada paksaan kan?"
"Enggak."
"Dari hati terdalam kan mau gabungnya?"
Jihan mencebik, sedikit kesal, "Aku bisa berubah pikiran kalau kamu nanya terus."
"Oh oke hehe sorry sorry. Kalau gitu ntar aku bilangin ke Hanafi. Dia ketua klub musik btw."
"Okay." tanggap Jihan, "Ini gak ada berkas atau formulir yang harus aku isi buat data diri?"
"Nggak perlu. Formalitas aja itu mah. Oh kecuali satu ini deh, penting," Justin lalu merogoh sesuatu dari saku celananya, "Nomor kontak kamu dong. Biar aku masukin ke grup."
Jihan iyain aja. Trus beneran ngetik nomornya di ponsel Justin. Begitu sang ponsel kembali pada si empunya.
Justin sontak sumringah. Dalam hitungan detik, ponsel Jihan langsung berbunyi tanda ada pesan. Gadis itu pun membukanya,Just in
Tapi sebelumnya save nomor
aku dulu yak hehe
:)Jihan lantas mengangkat kepala dan menemukan Justin yang sedang tersenyum sambil menaik-turunkan alisnya penuh arti.
Jihan
kalo km spam aku auto blockJust in
Set serem amatJihan terkekeh dari kursinya. Membuat Justin disebelah menyikutnya beberapa kali,
"Jangan di block dong astagaa, parah bener, baru juga greeting!"
"Kan kalau spam. Ya makanya jangan spam biar gak aku block."
"Yang termasuk spam buat kamu tuh kayak gimana coba jelasin."
"Tau sendiri lah gitu aja harus dijelasin."
"Isssshhhh Jihan!"
"Berisikkk, Justin!"
Keduanya benar-benar gak menyadari kalau satu kelas dari tadi merhatiin mereka sambil ngulum senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Bubblegum
FanficKetika Justin yang hanya berniat menggebet malah ikut terseret dalam lingkar hidup Jihan. written on: Nov 8, 2020 - March 26, 2021. ©RoxyRough