Jihan
Tin?Just in
Iya han kenapa?Jihan
Besok kmu sibuk ga?Just in
Ini pertanyaan jebakan ya?
Kalo aku jawab sibuk ntar ga percaya, kalo aku jawab engga sibuk ntar dibilang pengangguranJihan
Kebanyakan mikir kamu mah
Jd sibuk apa engga?Just in
Mau ngajak jalan?Jihan
Engga sih
Cuma nanyaJust in
Hhhhh jihannnnnn kamu tuh ya!
Untung gebetan.Jihan
Wkwk
Yaudh serius nih
Besok mau gakJust in
Mau.Jihan
Temenin aku ke gramed?
Eh kok udah dibalas sih...Just in
Kelamaan nunggu kamu ngetik.
Besok kan, jamber?Jihan
Pagi aja bisa?
Jam 9anJust in
Jam 10an aja gimana
Besok minggu soalnyaJihan
Emang kalo minggu kenapa..? [delete]
Oh ok, jam 10 yaJust in
OkeBesoknya Justin baru tiba dihalaman rumah Jihan jam sepuluh lewat. Dia telat lima belas menit dari perjanjian awal.
"Sorry ya macet banget di depan gereja." jelas Justin.
Jihan tertegun sebentar sebelum kemudian tersenyum tipis, "Gapapa kok. Harusnya kamu bilang mau ibadah dulu jadi kita ke gramednya siang aja deh."
"Gitu ya hehe sorry, yaudah yuk langsung pergi?"
Baru saja Jihan hendak mengangguk tiba-tiba ibunya muncul didepan pintu rumah. Justin bergegas turun dari motornya lagi lalu sedikit menunduk untuk menyapa.
"Han, mau kemana?" tegur sang ibu.
"Beli komik, Ma. Kan aku udah bilang tadi malem. Ohya, ini Justin, ketua kelas aku."
"Selamat pagi, Tante." sapa Justin lalu mengulurkan tangannya berniat ingin salim. Namun sang Ibu hanya menatapnya datar. Tidak berniat menjabat tangan itu.
"Hati-hati di jalan. Jangan pulang malam." sahut Ibu pada Jihan sebelum beranjak masuk ke dalam rumah lagi.
Merasa diabaikan, Justin perlahan menarik tangannya kembali lalu berujung mengusap tengkuknya canggung. Sadar akan suasana tidak enak yang diberikan ibunya, Jihan lantas bersuara,
"Ayo, Tin."
"Maaf ya soal yang tadi. Nyokap emang suka jutek sama orang baru." jelas Jihan begitu mereka sudah duduk di sebuah kafe. Beristirahat sebentar setelah membeli komik.
"Gapapa hehe" balas Justin pula.
Dan setelah itu hening. Sampai tiba-tiba ponsel Justin berbunyi. Justin pun mengangkatnya. Detik selanjutnya Jihan hanya mendengarkan Justin berbicara diponselnya.
Entah dengan siapa tapi Jihan bisa menebak kalau itu adalah tentang remote tv.
"Udah ketemu, Bi? Ok. Bentar lagi aku pulang ya. Assalamualaikum." Justin sudah menutup panggilan itu lalu menyadari pandangan Jihan terarah bingung padanya, "Barusan tuh Bibi. Nanyain letak remote tv soalnya Oma mau nonton haha."
Padahal Jihan tidak bertanya apapun. Terlebih yang membuatnya bingung sebenarnya bukan soal itu.
"Kamu noni tapi kok sering pake salam?" tanya Jihan akhirnya.
"Siapa yang noni? Maksud kamu aku?" Justin malah ngakak. Membuat Jihan tambah melihatnya aneh.
"Gara-gara tadi aku bilang abis dari gereja ya? Haha, engga kok Han. Aku muslim. Tapi Oma aku emang kristen. Makanya tiap minggu aku harus nganterin Oma ke gereja."
"Bentar. Kok??"
"Ini agak ribet sih tapi gampangnya. Keluarga nyokap itu emang kristen cuma pas nikah sama bokap, nyokap ikut masuk islam jadi pas aku lahir ya emang udah islam."
Jihan membulatkan bibirnya, "Trus Oma kamu gapapa tinggal serumah tapi beda agama?"
Justin mengangguk, "Gapapa tuh. Makanya walau bokap-nyokap aku udah meninggal, Oma gak maksa aku untuk pindah agama."
Kali ini Jihan sontak tersedak minumannya. Terlampau kaget begitu mendengar ucapan Justin. Akibatnya ia harus menerima keadaan bajunya yang kini sudah tertumpah cairan kuning itu.
"Buset Han kok bisa tumpah?! Gelasnya bocor apa gimana dah??? Aduh baju lo putih lagi! Bentar!" panik Justin lalu bergegas pergi.
Balik-balik Justin udah bawa lap terus memberikan benda itu biar Jihan bisa membersihkan noda jeruk di bajunya.
"Bisa ilang gak?"
"Kayaknya enggak..."
"Ya Allah ntar nyokap lo ngamuk lagi liat anak gadisnya pulang jalan sama gue malah jadi gembel. Huhu Jihan, maaf!"
Jihan malah ngakak. Kenapa Justin yang minta maaf, aneh banget.
"Engga apa-apa. Lagian ini kan salah aku. Btw kok kamu gak pake aku-kamu lagi?"
"Hah? Oh iya! Aduh lupa, kan panik!"
Lagi-lagi tawa Jihan terlepas bebas. Sementara Justin masih cemas-cemas ngeri. Jadi doi berinisiatif melepas kemeja denimnya lalu menyampirkan benda itu ke depan badan Jihan.
"Biar gak ketauan mama kamu." katanya. Jihan hanya bisa mengangguk dalam senyum.
Saat mengenakan kemeja tak sengaja Jihan menyibak roknya. Membuat bagian itu sedikit terekspos. Justin spontan mengalihkan pandangannya.
"Han, rok..."
"Eh! sorry."
Sejujurnya Justin sudah melihat. Namun bukan hal erotis yang ada dipikirannya melainkan perasaan khawatir. Terlebih setelah melihat beberapa jejak garis hitam yang menyembul disana. Terlalu mirip seperti pergelangan tangan seseorang yang pernah cutting.
Pertanyaannya, mengapa bekas itu bisa ada disana?
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Bubblegum
FanfictionKetika Justin yang hanya berniat menggebet malah ikut terseret dalam lingkar hidup Jihan. written on: Nov 8, 2020 - March 26, 2021. ©RoxyRough