"Bilangin Pak Harry, gue ijin ga masuk. Jihan tiba-tiba pingsan trus di uks lagi gak ada yang jaga makanya gue yang jagain." sahut Justin pada ponselnya.
Diseberang sana Darren malah membalas dengan tengil, "Ah modusss, jelas jelas Jihan tadi baik-baik aja kok, hiyahiya?"
"Kalau gak percaya kesini dah lo."
"Beneran pingsan?"
"Iyee"
"Hm okelah. Selamat bertugas ya pak ketua. Hati-hati berdua doang, nanti yang ketiga setan."
"Ya, kan gue lagi ngomong sama salah satu spesiesnya."
"Anj—"
"Bye."
Justin langsung memutus sambungan telepon tanpa tunggu lama. Lantas menyimpan benda itu di saku celana. Pandangannya beralih menyapu sosok perempuan yang sedang terpejam di atas kasur uks itu.
Dahi Jihan tampak sedikit berpeluh dan sesekali ia juga mengernyit, entah mimpi buruk apa yang tengah dipikirkannya saat itu. Sampai Justin berinisiatif mengulurkan tangannya untuk mengusap pelan poni Jihan.
Bersamaan dengan itu Jihan tiba-tiba membuka mata. Refleks Justin menarik tangannya lagi kemudian bertanya,
"Han.. Kamu nggak apa-apa?"
Bukannya menjawab, Jihan malah menegakkan badannya. Matanya menjelajah ruangan itu dengan cepat.
"Ini di uks. Tadi kamu pingsan," jelas Justin.
Pandangan Jihan pun kembali lagi pada lelaki itu. Detik selanjutnya kedua tangan Jihan sudah terangkat menutupi wajahnya sendiri. Lalu samar-samar suara isakan terdengar pelan.
Kaget karena Jihan yang tiba-tiba menangis, Justin spontan berdiri. Bingung harus bagaimana dengan situasi itu.
Justin bahkan tidak tahu apa yang membuat gadis itu amat tersedu, sampai akhirnya Jihan berkalimat lirih,
"Aku inget kejadian itu... Semuanya... Apa yang ingin aku lupain... Sekarang udah gak bisa lagi..."
Isakan Jihan semakin kencang. Kali ini pundaknya juga ikut bergetar,
"Justin, aku takut."
Bersambut dengan diksi itu Justin langsung menarik Jihan ke dalam pelukannya. Dia juga menepuk-nepuk pelan punggung Jihan beberapa kali.
"Maaf, harusnya aku nggak ninggalin kamu sendiri." gumam Justin, "Gapapa. Sekarang ada aku, ok? Tenang, ya."
Selama sepuluh menit kedepan keduanya masih di posisi yang sama. Begitu Jihan sudah agak tenang, barulah Justin bisa mengurai pelukan mereka.
"Ayo, aku anter kamu pulang." ajak Justin.
Tapi Jihan menggeleng enggan, "Dari pada pulang, aku cuma mau nenangin diri sebentar."
"Kalau gitu mau ikut aku?"
"Kemana?"
"Ke tempat buat nenangin diri."
Lalu Justin beralih mengenggam tangan Jihan dan menariknya keluar dari uks. Jihan hanya mengikuti tanpa asumsi, membiarkan Justin membawanya menuju gedung aula sekolah.
Jihan pikir mereka akan berdiam di bangku tribun aula, namun tujuan Justin bukanlah itu. Mereka kini sudah berjalan meniti tangga yang Jihan ketahui sebagai akses menuju rooftop bangunan sekolahnya.
"Aku tau tempat ini dari bang Jendra. Dia sama temen-temennya suka nongkrong disini kalau lagi gak ada kelas, trus aku ngikut aja. Tapi semenjak mereka lulus, aku udah nggak pernah kesini lagi," kata Justin sebelum membuka pintu itu dengan kunci yang ada di sakunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Bubblegum
Fiksi PenggemarKetika Justin yang hanya berniat menggebet malah ikut terseret dalam lingkar hidup Jihan. written on: Nov 8, 2020 - March 26, 2021. ©RoxyRough