🎐 Last Goodbye

3.2K 835 296
                                    

"Jihan nggak masuk lagi?"

Pertanyaan Martha yang tertuju personal itu membuat Justin mengangkat kepala dari layar ponsel. Pun ikut menghentikan kegiatan mabar di jam istirahat hari itu bersama Vincent dan Darren.

"Iya ya. Udah hampir seminggu kan," tambah Kirana, "Trus anehnya guru-guru nggak ada yang nanyain."

"Tin, Jihan gak ada ngomong apa-apa ke lo?" tanya Martha lagi.

Justin terdiam sebentar, berpikir, tapi lantas ia menggeleng, "Chat gue dibaca doang. Gue telpon juga gak diangkat."

Erina mangut-mangut, "Sama berarti ya. Kemaren Nesa juga bilang gak tau. Rumah Jihan tuh keliatan sepi aja kek biasa gitu katanya."

"Ah tapi gue gak yakin deh Nesa gak tau. Secara kan mereka tetanggaan. Ya paling nggak pasti ada dong rumor rumor khas perkomplekan yang dia denger." timpal Kirana.

Martha ikut membenarkan, "Kayaknya kita perlu konfirmasi langsung ke Nesa nih. Mana dia?"

Justin juga turut mengedarkan pandangannya mencari sosok Vanesa di ruangan kelas. Namun sayangnya nihil.

"Nesa langsung ke toilet tadi abis bel," jelas Vincent.

Tepat setelah itu dari arah pintu kelas terdengar suara derap kaki orang yang tengah berlari. Tak lama Vanesa pun tiba dengan gerakan rusuh.

"Nah ini orangnya baru diomongin udah muncul." sambut Darren.

"Guys! Guys! Gila lo semua harus tau. Ini edan banget sih!" Vanesa mencoba menjelaskan namun nafasnya masih naik turun karena habis berlari.

"Tisu toilet pada abis? Apa air yang gak ada?" tanggap Justin tak tertarik.

Tapi Vanesa malah meliriknya sengit, "Bukan itu! Ini soal Jihan."

Sekarang satu kelas langsung fokus mendengarkan. Vanesa menarik napas dalam sebelum melanjutkan,

"Jadi tadi gue abis dari toilet kan ngelewatin ruang guru tuh. Terus gue ngeliat nyokap Jihan baru aja keluar dari sana. Abis itu gue nggak sengaja nguping omongan guru-guru di dalem, katanya, Jihan udah pindah sekolah."

"Hah?! Gila kok tiba-tiba banget???" kaget Erina.

"Iya kan! Gue aja yang tetangganya baru tau!" balas Vanesa, "Trus gue denger lagi alasan Jihan pindah itu karena masalah dia di sekolahnya yang lama udah kesebar disini."

Martha mengernyit, "Gara-gara itu kok sampe pindah sih? Emang ada yang bully dia ya disini?"

"Nggak mungkin lah. Kan ada Justin yang pasti ngelindungin. Lagian kalau ada yang macam-macam juga kita satu kelas gak bakal diem aja," kata Radi.

Semua warga IPS3 mengangguk setuju. Sementara itu Justin hanya tertegun diposisinya. Hingga di detik kelima, dia tiba-tiba bangkit dari kursi dan berderap meninggalkan ruang kelas tanpa kata. Bersamaan dengan itu bel tanda jam istirahat telah habis, berbunyi.

"Heh Tin! Lo mau kemana? Bolos??" Vanesa berteriak tapi Vincent justru merangkulnya sambil tersenyum.

"Biarin aja. Ketua kita lagi menjalankan tugasnya."

"Sekaligus mengejar cintanya." tambah Darren pula.

Justin sampai di halaman parkiran sekolah lalu menemukan Meri yang sedang berbicara dengan ponselnya, berniat hendak masuk mobil. Namun begitu mereka saling beradu pandang, wanita paruh baya itu sempat terdiam diposisinya. Sebelum kemudian menutup sambungan teleponnya. Dan beralih menatap lurus si lawan bicara.

Justin sedikit menunduk untuk memberi salam. Sedang nada awal dari sambutan Meri justru tidak terdengar bersahabat.

"Karena kebetulan kita ketemu disini. Biar saya tegasin sekalian ya," Meri menarik nafas sebelum menegaskan lanjutan kalimatnya, "Jihan udah pindah sekolah sekarang. Jadi jangan temui dia lagi."

[✔️] BubblegumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang