16

184 30 22
                                    

"Cepat berikan aku uang itu!" Bentak seorang pria kepada seorang wanita yang duduk menangis sambil memeluk seorang anak laki-laki yang berusia 7 tahun. Wanita itu menggelengkan kepalanya cepat.

"Aku tidak akan memberikan uang itu untuk mu mabuk dan berjudi!" Teriak wanita itu sambil menangis.

Dughhh

Hingga sebuah pukulan yang sangat kuat membuat kepala wanita itu mengeluarkan cairan merah pekat.

"Kau dan anak mu itu tidak berguna! Sama saja!" Teriak pria itu lalu kembali memukuli wanita itu.

"Mas ampun mas" tangis wanita itu semakin pecah, tapi walau begitu ia tetap memeluk sang anak agar dapat melindungi nya dari sang suami.

"Berikan anak sialan itu! Ia akan ku jual!" Bentak pria itu lagi lalu menginjak-injak kepala sang istri kuat, namun sang istri tetap bertahan.

"Nak. Lari lah sejauh mungkin, ibu akan menahan ayah mu di sini.." bisik wanita itu menahan sakit, sang anak yang menangis ketakutan menggeleng kan kepalanya cepat.

"Ibu kuat, cepat" ucap sang ibu lalu melepaskan pelukannya nya.

"Akhirnya kau melepaskan nya.." ucap pria itu dan sudah menghentikan pukulannya. Ia ingin mengambil anak itu, tetapi dengan cepat wanita itu memegangi kaki suaminya.

"Heyyy kau lepaskan!" Teriak suami nya lalu menendang nendang sang istri kuat, tapi sang istri mencoba untuk bertahan sekuat tenaganya.

"Nak ayo lari!" Teriak wanita itu pada sang anak, dengan ragu akhirnya anak itu berlari sekuat tenaga dengan mata yang terus mengeluarkan air matanya.
.
.
.
.
.
.

  Tidak jauh dari rumahnya, anak itu menghentikan larinya, kakinya mendadak berhenti karena teriakan kuat dari rumahnya. Ia menoleh kebelakang dan menatap rumah nya dengan tatapan tajam, rahang anak itu terlihat di retap kuat dengan jarinya yang membentuk sebuah kepalan tinju.

Anak yang terlihat ketakutan tadi langsung kembali berjalan kerumahnya dengan langkah berani, sorotan mata anak itu menajam seperti elang yang mengintai mangsanya, wajahnya terlihat kosong seperti tidak menyimpan emosi apapun.

Teriakan kesakitan dari sang ibu mendadak berhenti saat tepat ia berada di depan pintu. Terlihat sang ayah yang menangis sambil memegang kepala ibunya yang berdarah dengan serpihan sebuah botol kaca yang sudah pecah di sekitarnya.

"Yuna, bangun... Maafkan aku, yuna..." Sang ayah terus menangis, lalu pria tua itu memegang nadi sang istri.

"Yuna, sayang. Jangan pergi.." tangis pria itu penuh sesal.

"Menyesal sudah tidak ada gunanya"

Pria itu menatap kearah pintu, lalu menatap anak dengan tatapan seolah ia menyesali semua perbuatannya.

"D-dio.. ini ayah.. ayah, maafkan ayah..." Ucap pria itu memanggil sang anak dengan tangisnya. Lalu dengan perlahan ia melepaskan pangkuannya, dengan tangan yang bergetar dan di lumuri darah ia berjalan kearah anak yang ternyata adalah Dio itu, ia mencoba untuk memeluk sang anak.

"Menyesal sudah tidak ada gunanya.."ucap Dio lalu tersenyum sinis. Ia mengambil sebuah pas bunga yang berbahan keramik itu dan memegangnya kuat.

"D-dio apa yang ingin kau lakukan?"

Sang ayah yang tadinya melangkah maju untuk memeluk Dio kini mengubah langkahnya menjadi mundur.

Kenapa dengan anaknya.

"Aku hanya akan membuat ayah berhenti menyesal" jawab Dio lalu berjalan kearah sang ayah. Kini mereka berhadapan karena punggung sang ayah sudah menyentuh lemari dan sudah terjatuh duduk.

"Apa maksud mu nak? Tolong jangan sakiti ayah..."

"Bisa saja kau meminta tolong ke anak yang sudah kau siksa"

Dan entah kenapa pria yang lebih tua itu seakan tidak bisa melawan.

Dughhh

"Aghhh-- di-dio..."

Tangan pria itu memegang kepalanya yang terkena oleh pukulan sang anak. Ia merasakan ada cairan pekat yang keluar dari kepalanya. Dengan pandangan kabur ia melihat anaknya yang sedang tersenyum sinis kearahnya.

Bukan, ini bukan anaknya.

"Ka-kau... Aghhh" Pria itu mencoba untuk menunjuk Dio, tapi kepalanya terasa sangat berdenyut. Ia memegang kepalanya yang terasa sakit.

"Ucapkan selamat tinggal pada dunia."

Setelah itu, dengan pecahan beling dari botol kaca yang di gunakan sang ayah untuk membunuh sang ibu, anak itu  menggunakan nya kembali n
untuk menusuk-nusuk perut sang ayah, sampai perut itu robek parah sampai semua isi salam perut pria tua itu keluar.

"Indah sekali. Hahaha" tawa Dio kecil menggila melihat darah yang terus mengalir itu sampai ia mengusapkan darah itu ke wajahnya.

"Arhhgggggg!!"

Tiba-tiba saja sadar dan berteriak sambil memegangi kepalanya, pria itu bahkan langsung duduk karena rasa yang teramat itu.

Para penjaga yang memang di utuskan oleh Arga langsung memanggil dokter. Sedangkan 1 lagi langsung masuk untuk menghamp Dio.

"Tuan, kau, kenapa?" Tanya penjaga itu langsung memegangi Dio yang terlihat sangat kesakitan.

"Aarrrghhhh.."

Tidak ada jawaban, hanya teriakan kesakitan yang di keluarkan Dio, di otak pria itu kejadian masa lalu terus saja berputar.

"Tuan ada apa?" Tanya sang dokter yang baru saja sampai. Tapi lagi-lagi Dio tidak menjawab karena ia hanya mengeluarkan teriakan kesakitan nya.

"Suster. Berikan suntikan penenang"  suruh sang dokter yang langsung di turuti oleh suster itu.

Prangggg!

Tapi baru saja suster itu ingin mendekat untuk memberikan suntikan itu, tapi Dio sudah menendangnya menjauh. Pria itu langsung melepaskan alat medis yang berada di tubuhnya.

"Tuan kau mau kemana?" Teriak sang dokter saat Dio mencoba untuk turun dari kasurnya.

"Jika tidak mau rumah sakit ini hancur, jangan halangi aku" ucap Dio dingin, lalu ia langsung mendorong kuat dokter itu.

Dokter itu akhirnya terdiam, takut juga dengan ancaman Dio. Dia tau Dio punya kuasa yang sangat kuat.

"Tuan, kau masu sakit" teriak kedua penjaga Dio, tapi Dio tetap mengabaikan dan terus berjalan dengan tertatih.

Tidak ada pilihan, akhirnya kedua penjaga itu mengikuti langkah Dio.

-------

"Wahh mereka datang...."

Tao yang berdiri di dekat jendela di ruangan di mana Hyuni berdiri memperhatikan anak buahnya yang melawan pasukan Arga untuk masuk, ia tertawa sinis.

"Sayangnya Dio tidak datang...." Ucap Tao lalu tertawa. Ia mengalahkan pandangan nya menatap Hyuni.

"Kau tau? kenapa Dio tidak datang?" Tanya Tao lalu tersenyum sinis.

"Aku di sini semenjak beberapa hari yang lalu, mana ku tau!" Jawab Hyuni sinis, Tao terkekeh lalu kembali melihat keluar.

"Karena aku yang sudah menyuruh orang untuk menabrak mobilnya" ucap Tao lalu tertawa seperti orang gila.

"YAKKK! DASAR KAU PRIA GILA!" teriak Hyuni marah. Apakah itu benar? Semoga saja itu hanya omongan kosong dari pria gila itu.

Tuhan, selamatkan Duo untuk Hyuni.

Dan sekarang yang menjadi pusat pikiran Hyuni bukan keselamatan nya lagi, melainkan keselamatan Dio.

Kenapa ia merasa sangat khawatir terhadap keselamatan Dio?

.
.
.
.

TBC

Monster - Do KyungsooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang