01

296 46 29
                                    

Seorang pria yang masih terlihat imut dan gagah di saat bersamaan sedang duduk di kursi kerjanya dengan matanya yang sibuk membaca sebuah koran. Topik hangat yang selalu mengkhiasi koran paginya adalah, sebuah pembunuhan misterius terjadi, tidak ada petunjuk tentang pembunuhan itu. Semuanya hilang tanpa jejak, membuat para polisi dan detektif kebingungan.

Brakkk

Pintu ruangan itu terbuka dengan kasar, memperlihatkan seorang pria dengan mata bulat dan pipi bulat dengan rahang yang tegas.

"Pembunuh itu sangat gila.." ucap pria yang terus duduk di kursi dengan mata yang fokus ke koran paginya. Sama sekali tidak mengalihkan pandangannya untuk melihat siapa yang datang.

Toh tanpa melihat, ia sudah tau siapa itu.

Pria bermata bulat itu hanya memutar bola matanya malas, lalu duduk di kursi yang berhadapan dengan pria berpipi chubby itu.

"Harusnya kau menahan si pembunuh, bukannya bersenang-senang dengan wanita di club, kak Arga"

Jawab pria yang ternyata adalah Dio, Arga yang sedang membaca korannya hanya tertawa pelan sambil menggelengkan kepalanya. Ia melipat korannya lalu meletakan koran itu di mejanya.

"Kau kan tau aku di club, jadi kenapa bukan kau saja yang menghalangi? Bukan malah enak-enakan tidur"
Balas Arga dengan senyuman mengejeknya.

Dio hanya mendengus kesal, ia mengambil koran itu.

"Kalo di kantor itu kerja, mau baca koran di rumah, pak Ceo yang terhormat" ejek Dio lalu berdiri.

"Saya kan Ceo, suka suka sayalah.."

Dio memutar bola matanya malas.

"Kau lupa, aku pemegang saham terbesar, kau mau ku lengserkan?" Ancam Dio lalu berdiri, melangkah untuk meninggalkan ruangan itu.

"Terserah mu saja, hari ini sekretaris baru mu akan datang" balas Arga, lalu menyibukkan diri dengan laptopnya. Mau gimana lagi? Korannya sudah di sita Dio.

"Terserah. Aku mau ke rumah pacarku untuk melayat, kasian dia meninggal karena pembunuhan sadis, pelakunya tidak di temukan" ujar Dio lalu berjalan meninggalkan Arga yang sudah terbahak mendengar perkataan Dio.

-------

Tidak lama setelah Dio meninggalkan kantor perusahaan besar itu, seorang gadis dengan pakaian yang sopan dengan make up tipis namun terlihat cantik memasuki kantor itu, ia membungkuk sopan menyapa beberapa karyawan hang melewatinya.

"Hyuni Nathania?"

Panggil seseorang yang membuat wanita cantik bernama Hyuni itu menoleh, dan terlihat seorang pria jangkung dengan kuping caplang, namun ia terlihat tampan.

"Ah iya. Saya sekretaris baru dari direktur utama" balas Hyuni dengan senyuman yang manis, dapat menarik minat kaum adam yang melihatnya.

"Widih, Dio pintar nyari sekretaris. Gak usah formal formal, aku Leo, Leo Atmaja, sahabat Dio sekaligus head manager di sini."

Kata pria jangkung bernama Leo itu, ia menyodorkan tangannya untuk bersalaman dengan Hyuni. Hyuni menyambutnya dengan senang hati.

"Oh begitu? Senang bertemu dengan mu. Bisa mengantarku keruangan ku?" Tanya Hyuni dengan sopan, Leo mengeluh pelan.

Dia merasa sungkan jika seseorang yang berbicara dengannya itu menggunakan bahasa formal.

"Ok, ayo" ucap Leo lalu mengajak Hyuni berjalan bersama.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Ini ruangan mu, dan itu ruangan Dio." Ucap Chanyeol setelah sampai di sebuah ruangan, dan di dekat ruangan itu terdapat sebuah pintu kayu yang bertuliskan 'Direktur Utama'

"Oh, terimakasih pak Leo." Jawab Hyuni sopan, bukan apa-apa. Pria itu jelas lebih tinggi pangkatnya dari dirinya, dan jelas pria itu seniornya.

"Iya. Ah ya, aku mau pergi dulu ada beberapa kerjaan yang tadi ku tinggalan" ucap Leo dengan senyuman ramahnya. Ia memamg tadi ingin mencari kopi hangat keluar, ya dia lebih suka membuat kopi sendiri, karna menurut nya itu lepis pas dan lebih jelas.

Hyuni hanya mengangguk dengan senyumannya, lalu duduk di kursi kerjanya yang terasa empuk itu, berbeda dengan tempat kursi kerjanya waktu menjadi sekretaris di perusahaan kecil.

"Aku harus ngapain ini?" Tanya Hyuni pada dirinya sendiri. Bingung juga dia, dan akhirnya ia melihat-lihat berkas yang memang Dio tinggalkan di sana.

Ya, mungkin sama seperti dulu pekerjaan nya, tapikan ini perusahaan besar, tentu lebih banyak tugas dan harus lenih teliti.

--------

Sedangkan di sebuah gedung permakaman, terlihat Dio yang baru saja memasuki gedung itu san mendekati kedua orang tua mantan nya yang mati dengan cara yang sangat sadis itu.

"Om, Tante. Maaf, gak bisa jagain Erlina" ucap Dio pada kedua orang tua Erlina. Pria tua itu langsung memeluk Dio dengan tangisan pecah, dengan rasa yang penuh dengan sesal dan rasa bersalah Dio langsung memeluk kedua orang tua itu, seakan menyalurkan penyesalan yang ada di dalam dirinya.

"Mungkin ini memang sudah takdir.." ucap Ayah Erlina di tengah isak tangisnya, lalu melepaskan pelukan itu.

"...om ikhlas dengan kepergian Erlina, dan masalah pembunuh nya siapa, itu sudah om serahkan ke pihak berwajib. Jika memang tidak dapat di temukan, om hanya bisa pasrah pada yang kuasa." Lanjut Ayah Erlina dengan bijak, mendengar itu hati Dio meringis. Kenapa si pelaku tega? Bahkan dengan keluarga sebaik ini.

"I-iya om. Aku hanya bisa berdo'a supaya Erlina di terima di sisi yang kuasa" balas Dio dengan sedikit gugup. Orang tua itu hanya mengaminkan sambil mengangguk dan menepuk pundak Dio lembut.

Tidak lama Dio berkunjung ke pemakaman itu, karena ia merasa pusing, dan harus pergi sebelum sesuatu yang buruk terjadi.

Ya, ia tidak mau orang tau sebuah rahasia yang besar di dirinya. Karna itu bukan saja menyangkut keselamatan nya, tapi juga orang terdekat.
.
.
.
.
.
Tbc

Leo Atmaja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Leo Atmaja

Monster - Do KyungsooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang