Pulang

1.6K 259 10
                                    

Televisi menyala tanpa tuan, dibiarkan oleh kakak adik yang tengah sibuk mencari makanan untuk dipesan.

"Oya, kamu disuruh pulang nanti sama mama."

Beomgyu merengut lemah, sandarkan tungkai diatas paha Soobin. Duduk berhadapan dibawah sofa-jelas tidak akan muat satu sofa untuk mereka.

"Curang, ko Ka Soobin engga disuruh pulang juga?" protes Beomgyu.

Kaki adiknya disingkirkan, seraya mendekat tunjukkan ruang obrolan Imess Soobin dengan sang Mama.

"Puas?"

Seketika bibir Beomgyu berkedut, coba tahankan senyumnya terbit.

"Y-ya ka-kalo gitu aku tidur dulu. Malem kak."

Tujuannya kini, hanyalah kamar.

Tahu, apa?

Mama bilang,

"Bawa sekalian Taehyun, mama pengin jumpa jagoan yang udah rebut Beomgyu-nya mama. Mama iri, tahu."

Sampai di bilik miliknya, Beomgyu berdialog pada diri sendiri.

"Paansi, masa iri sama pacar anaknya sendiri."

Kemudian, panggilan Soobin membuatnya keluar kamar tergesa-gesa.

"Dek, beneran mau tidur? Ini sotonya udah dateng, mau buat kakak aj-"

"JANGAN!"

◇◇◇

Melangkah beriringan, lampaui beberapa bangunan rumah. Beomgyu stagnan diam, hanya eratkan gengaman pada lengan Taehyun.

"Kebelet pipis kamu?"

Beomgyu yang dasarnya tengah gugup, telak lepaskan tautan. Merajuk.

"Mon maap ni ya, berondongku, gantengku, sayangku cintaku, kalo kebelet pipis jalanku nda bakal selambat ini."

"Terus?"

"Duh, gimana ya bilangnya. Uh, mm anu.."

Barulah Taehyun paham, "Oh, itu. Soobin udah bilang."

"Taehyun! Kasih 'kak'."

"Ya ya, ralat, Ka ipar Soobin."

"Cocotmu Taehyun."

Lantas keduanya tertawa pelan, hingga Beomgyu mengutarakan kegundahannya sedari tadi.

"Meskipun mama sama kamu udah sering ketemu, tetep aja aku gugup. Lagi, gak biasanya mama yang nyuruh kamu kesana. Biasanya aku langsung yang bilang," cicit Beomgyu dengan wajahnya yang menengadah. Takut Taehyun merasa risih, atau bahkan kini dirinya khawatir Taehyun akan berfikiran yang tidak-tidak sama seperti dirinya.

"Kebiasaan. Aku bukan kamu, ya kak. Kurangin overthinking-nya. Jangan keseringan bebanin pikiran sendiri," hela nafas agak keras, Taehyun kembali menyambung kalimatnya.

"Besok kamu aku jemput, kita kerumahmu pakai Mobilku, ya? Paling mama kangen sama kamu, alibinya suruh bawa aku ya soalnya mama tau-kamu bakalan ogah pulang kalo ga sama aku. Tau?"

Lega menghampiri sejenak, sedikit lupa sebuah fakta bahwa Taehyun jauh bijaksana dibanding dirinya. Pola pikir mereka juga, harusnya Beomgyu tidak meragukan Taehyun.

"Jam berapa mau jemput?"

"Jam 9, nanti aku dateng. Oke, jalan jalan malem udah selese. Waktunya balik. Nanti langsung tidur, skip dulu scroll twitternya. "

Beomgyu mengangguk antusias.

Dibalas usakan lembut di kepala, "Pinter. Pacar siapa?"

"Pacarnya Shoto Todoroki."

"Bangsat, kak."

Tidak juga, Taehyun tidak sepenuhnya dewasa.

Memilih ikuti permainan kejar mengejar Beomgyu-padahal dirinya bisa abaikan kekasihnya-singkirkan malu akibat tatapan aneh dari orang sekitar.

Masa bodoh dengan bersikap dewasa, Taehyun inginkan kebebasan.

Dan Beomgyu, suguhkan itu. Sebuah kebebasan, kebebasan atas beribu ekspresi yang Taehyun jarang gemborkan sebelumnya.

Unsere GeschichteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang