Anak SMP

1.2K 207 9
                                    

Hiraukan teriakan Soobin, Beomgyu bergegas keluar cari makan.

"Kita baru pindah ke sini, Gyu. Tunggu dulu!! Woi!"

Sebenarnya Beomgyu tahan tawa, tengok wajah Soobin yang sialnya nampak tidak sesuai ketika marah begitu.

"Justru itu, gobel. Banyakin jalan-jalan, biar ga buta arah."

"Lah wis, karepmu. Kalo nyasar pake-"

Belum kelar, Beomgyu duluan ambil langkah seribu-ngacir.

"-google maps. Dancuk, adek!!!"

◇◇◇

Melangkah santai, Beomgyu ingin nongkrong saja sebetulnya. Malas diceramahi si Kakak tercinta.

Ponselnya berdering, munculkan pesan yang sama setiap saat.

"Jangan telat makan, disana jaga sikap. Mamah sayang Bamu♡"

Pahit, rasa itu mendadak dominasi hidupnya.

"Kalo masih berantem sama Papah, Bamu sama Kak Bin terpaksa harus beli apart di sini, Mah. Mamah juga, jangan lupa makan, bila perlu pindah aja ke rumah bude. Bamu nda betah liat rumah berantakan sama Mamah yang keteteran ngurus luka."

Pengalaman pertama, dirinya balas pesan Mamah sepanjang demikian. Singkirkan gengsi, nasib wanita paruh baya kesayangannya lebih nomor wahid.

Tatap sekitar, hingga menemukan warung bakso sederhana dipinggir jalan. Awal niatnya kuliah-kos-pulang kampung, agaknya kudu dibatalkan sebab keadaan tak memungkinkan dia dan sang Kakak pulang kerumah. Mau tak mau membeli apartemen sederhana untuk tempat tinggal tetap kedua.

"Bang, baksonya satu ya. Minumnya Es Jeruk."

Pesanan Beomgyu diangguki oleh abang penjual bakso, berlanjut Beomgyu yang bingung pilih kursi.

"Eh, ada cogan tuh. Duduk depannya aja deh, modus dikit."

Yakin dan percaya diri, Beomgyu mulai menarik kursi dan duduk dihadapan lelaki yang tengah Beomgyu incar.

Sejak kapan Beomgyu begini?

"Mas, numpang duduk disini ya. Kursi penuh semua."

Hanya dijawab anggukan malas, lelaki tersebut kembali taruh atensi penuh pada ponsel.

Curi pandang, Beomgyu menyadari bahwa pria itu sudah tandaskan isi mangkoknya.

"Uhm, Mas emang lagi ngapain? Ko ga langsung pulang?" Menyadari gelagatnya kurang sopan, Beomgyu menggaruk tengkuk canggung.

"Keganggu? Kalo iya, gue bakalan balik."

"Oh, ngga kok, engga. Mas orang Jakarta ya?"

"Sok tau."

Beomgyu kerutkan kening gemas, penasaran total dengan lelaki ini. Sampai dikira orang Jakarta sebab penampilan pula gaya bahasanya yang 'anak jakarta' sekali.

"Monggoh, ini baksonya nggih, dek. Sama es jeruknya."

Mulai hilangkan minat pada si pria, Beomgyu santap baksonya dengan khidmat.

Finalnya, dia mulai bangkit dan hendak membayar bakso. Ingin kembali menyusuri daerah Bantul sore hari.

"Eh, tunggu."

"Kenapa, mas?"

"Aduh, jangan panggil gue mas. Gue ga se-tua itu."

Beomgyu terkekeh jenaka, kemudian tunjukkan jempol-isyarat setuju-kebiasaan.

"Jadi, kenapa panggil? Dari tadi judes banget padahal."

"Ck, dengerin dulu, dek. Gue lagi nyari kost deket SMAN 01, lo paham daerah situ ngga?"

"Oh, yang deketnya perempatan itu?"

"Ya, itu. Tau?"

Beomgyu hela nafas frustasi, "Jujur aja, aku ini juga baru pindahan kemaren. Belum tau betul daerah sini."

"Astaga, yaudah. Makasih."

Melotot hebat, Beomgyu menggeleng tidak percaya. "Lho, gimana sih?! Katanya mau nyari kos?!" Beomgyu jelas tidak rela dong, ditinggal begitu saja.

"Ya terus? Gue orang Jogja asli, omong-omong. Bukan orang Jakarta. Udah paham daerah sini."

Mendengar itu, Beomgyu memaksa ikut naik ke atas motor.

"Kalo gitu ngapain tanya ke saya, ganteng? Udah, pokoknya anter saya balik. Orang Jogja asli kan?"

"Heh, ndasmu mbonceng! Cepet turun! Lenjeh banget si jadi cowo! Masih bocah SMP juga!"

Pecah sudah emosinya.

Mendengar itu Beomgyu secuil merasa bersalah, tapi tetap dikuasai amarah.

"Kalo ngusir gausah segitunya, dan satu lagi. Saya bukan anak SMP."

Kakinya injak pijakkan motor sebagai tumpuan, setelahnya turun dan berjalan cepat untuk pulang.

"Sialan, jadi ga nafsu keluyuran."

◇◇◇

Dibelakangnya, Taehyun benar benar bingung.

"Lah, pancen aneh. Ngapa jadi dia yang ngambek?"

Berhubung hati nurani Taehyun masih aktif, dia berinisiatif ikuti Beomgyu dari belakang.

Butuh teman juga untuk berburu kos.

"Cepet naik, bantu gue cari kos."

Taehyun menunggu, sebab jelmaan beruang didepannya masih diam. Pura-pura tidak melihatnya.

"Ga mau yaudah, yang penting-"

"Yaudah nih, naik. Puas?"

Pipi Taehyun pegal bukan main, tahan tertawa sedari tadi.

"Sumpah, lo beneran bukan bocah SMP? Ngga yakin gue."

Diam, masih tidak mau bersuara rupanya. Ngambek.

"Beruang itu galak, lo juga galak. Apa lo-"

"Jadi jalan engga? Cepetan!"

"Ya, oke. Nanti kalo gue udah dapet kos, lo pulang pake ojol."

"Beomgyu."

"Hah?"

"Nama, namaku Beomgyu. Dan ya, mau pake ojol kek, bus kek, gerobak sekalipun, terserah."

"Sip, ntar gue panggilin penyewa gerobak."

Motor mulai melaju kencang, sontak buat Beomgyu hampir terjungkal kebelakang sebab belum siap.

"Taehyun. Panggil gue Taehyun."

"Wedus!!!!!"

Sejak saat itu, Beomgyu jera ajak obrol orang asing maupun basa-basi. Trauma kalau orangnya punyai mulut sepedas milik Taehyun.

Unsere GeschichteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang