Kembali

1.3K 223 5
                                    

"Nanti ke Semarangnya sama Kak Soobin, Mamah udah ngabarin dia."

Beomgyu hentikan aktivitasnya siapkan sarapan, merasa bahwa mamahnya itu hendak obrolkan satu hal yang penting ketika Taehyun masih tidur saat ini.

"Taehyun baik kan?"

"Mboten. Bohong banget, baik darimana tuh anak?"

Mama tertawa diujung wastafel, kembali mencuci beberapa sayuran yang akan diolah jadi menu sarapan.

"Gyu janji dulu sama Mamah,"

Melirik sekilas, Beomgyu persilahkan Mamah bersuara lagi.

"Jadi anak yang mandiri, jangan bergantung sama pasanganmu nanti. Terus jajaki pendidikan, sampe kamu nanti dapet ilmu yang cukup buat kerja yang enak tapi gaji banyak. Mamah ga mau kamu nanti kaya mamah gini, di tinggal pergi. Beomgyu, pasti bisa kan nduk?"

Kenyenyatan mampir sementara, sampai Beomgyu selesai menata makanan di atas meja.

"Tanggung jawab, kemaren mamah ngomong gitu kan sama Taehyun? Anaknya jadi nangis tau semalem."

"Ya biar, toh? Itu tandane dia serius dengerin perkataan mamah. Niat jaga kamu sepenuh hati."

"Hilih, Beomgyu kekamar dulu bangunin Taehyun. Males diceng-cengin terus sama emak sendiri."

Kemudian Beomgyu berlari cepat, hindari gestur tangan mamanya yang hendak daratkan jeweran.

◇◇◇

Selimut terjatuh, sisakan Taehyun yang tidur terlentang nyaman.

"Ganteng, bangun yuk. Sarapan udah siap, lho."

Dasarnya Taehyun mudah untuk bangun, dengan tepukkan lembut jua panggilan dari kekasih cukup membangunkan dirinya.

"Kamu bangun jam berapa? Harusnya aku dibangunin sekalian dong, ga enak sama Mamah."

"Kamu semalem mabar sampe jam 2 Tyun, aku ga mau mati kecelakaan kalau nyetirmu oleng nantinya. Paham?"

"Ya ya ya.."

Kecupan singkat pada pipi Taehyun menjadi penutup, sebelum Beomgyu menyuruh Taehyun mandi terlebih dahulu.

◇◇◇

"Barang kalian udah di cek lagi? Jangan sampe ada yang ketinggalan. Taehyun, nyetirnya ga usah ngebut, ya nak?"

"Siap, mah!" Tangan Taehyun posturkan lambang hormat, hingga Mamah nyaris tertawa.

Mata yang segelap milik Beomgyu itu meneduh, tersenyum khas keibuan pada kedua orang tersayang di hadapannya.

"Ini aku ceritanya di anak-tiri-kan?"

"Cup cup cup, anak mamah ada yang ngambek, sini peluk dulu.."

"Lebay, mah."

Lantas ketiganya menyatu, berbagi hangat lewat peluk.

"Oke, ini udah lumayan siang, pulang dulu ya, Mah. Biar nyampe jogja ngga kemaleman."

Mamah mengangguk cepat, "Daah, sing ati-ati."

Mobil telah Taehyun kendarai, berbelok ke luar menuju ke tujuan-Jogja.

Didalam mobil pun, diam menyelimuti. Bingung, sekaligus canggung akibat obrolan kemarin malam.

"Tyun, omongan bunda jangan terlalu dipikirin."

Masih menatap jalan, Taehyun tersenyum kecil. "Sialnya, iya. Aku kepikiran."

"Tuh, kan?! Kamu itu kurang apa lagi sih? Kan aku udah bilang, jangan berubah. Tetep gini aj-"

"Kak, sebelumnya aku mau tanya. Kamu ngerasa udah bersikap dewasa belum?"

Beomgyu telak menunduk, lagi. Perbincangan serius ini lagi.

"Belum, dek. Aku bahkan sering bikin masalah, mungkin, sih."

"Nah, itu tau. Kamu ga mau kan, hubungan kita stagnan macam begini terus? Jadi, ayo perbaiki lagi apa yang musti di perbaiki,"

Lampu lalu lintas berwarna merah, jadi kesempatan untuk Taehyun bicara,"Walau aku rasa, kita baik-baik aja. Tapi, ini lebih ke kamu, kak. Aku pengen, kamu lebih terbuka."

Itu benar, selama ini Beomgyu sering marah, pun kesal sendiri tanpa bilang penyebabnya kepada Taehyun. Bikin Taehyun pening karena sering dijadikan samsak tinju dadakkan oleh Beomgyu tanpa tau duduk permasalahanya.

Perihal cemburu, juga dia pendam erat-erat. Beomgyu lebih menjurus ke malu daripada tertutup.

"Oke, perjanjian diterima"

Bersamaan dengan itu, warna lampu berubah hijau. Mobil mereka kembali bergerak, serta Taehyun yang mengusak surai Beomgyu gemas.

"Satu lagi, unblock kontakku, sekarang juga. Kalo nda, habis malam ini kamu kak."

Well, Beomgyu total lupa karena memang minggu ini keduanya full time sehingga tak memerlukan komunikasi chat apalagi lewat telfon.

"Buset, ngeri bos. Aw, jadi takut nih aku."

"Cepet, kak."

"Ck, iya. Bawel banget, heran."

Sampai sini, selebihnya mereka obrolkan hal ringan. Pencegah kantuk di pertengahan jalan.


Unsere GeschichteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang