Dan (ingatlah juga), tatkala tuhanmu memaklumkan; "sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."
[Q.S Ibrahim (14):7]
Happy Reading 🐾
Pukul empat sore, Abrisam membaringkan tubuh lelahnya di rerumputan belakang rumah. Tidak peduli jika di sana ada banyak semut atau apapun. Cowok itu menatap langit sambil membayangkan bentuk awan putih. Entahlah, akhir-akhir ini dirinya seakan tidak memiliki semangat hidup. Hanya rasa sakit yang dapat dirasakan pada sekujur tubuhnya.
Dia memilih untuk tidak bekerja sementara ini, berniat mengistirahatkan tubuh lelahnya di rumah.
Suara gelak tawa meriah terdengar samar menembus gendang telinga Abrisam.
Cowok dengan kulit sawo matang itu mengerutkan dahi, "manusia apa makhluk, ya?" gumamnya.
Abrisam memilih untuk mendekati tawa perempuan tersebut. Suara semakin terdengar jelas dari balik tembok besar yang membatasi rumahnya dengan semak-semak belakang rumah. Abrisam semakin dibuat penasaran oleh suara asing yang tidak pernah dia dengar ini.
Dia menaiki bagian tembok yang tidak terlalu tinggi kemudian melompat turun. Keributan apa yang terjadi? Kenapa dua orang itu terlihat sangat gembira?
Ternyata ada pemandangan yang sangat indah dibelakang rumahnya, sebuah sungai kecil dengan air jernih mengalir, disertai tumbuh-tumbuhan liar yang nampak menyegarkan mata. Abrisam menggeleng, memokuskan fikirannya kembali pada suara tadi. Matanya menatap sekeliling untuk mencari sumber suara.
Lewat indra pendengarannya yang cukup tajam, cowok itu mendekat ke arah rumah pohon kecil yang nampak usang di dekat sana. Jika itu pesta, kenapa ada di tempat seperti ini? Dan suara itu tidak terdengar ada lebih dari dua gadis? Otaknya tidak berhenti bertanya sejak tadi. Abrisam sangat penasaran.
Karena rasa ingin tahu yang sudah melampaui batas, cowok berkaos hitam dengan celana abu sebatas lutut itu menaiki rumah pohon. Berharap menemukan titik terang dari hal yang mengundang rasa penasarannya. "Lo—"
"Abrisam?" Seorang gadis yang sangat Abrisam kenal itu tiba-tiba memeluk tubuhnya erat. Seolah kedua gadis ini sengaja merencanakannya.
Rasa hangat terdapat di sekujur tubuh Abrisam. Seakan gadis itu mampu menghilangkan rasa sakit yang tadi menyerang dia. Ini adalah pertama kali ada manusia yang sudi memeluk tubuhnya. Detakan jantung A juga semakin cepat. Perasaan macam apa ini, beginikah rasanya ketika ada orang yang peduli dengan manusia macam dia? Sungguh ini sangat nyaman dan menenangkan.
"Abrisam ... gue kangen banget sama lo, kenapa lo jarang main kesini?" Gadis yang saat ini masih memeluknya erat itu tidak berhenti terisak, tapi kenapa dia menangis?
Abrisam semakin bingung, apa yang terjadi? Kenapa dua cewek itu begitu heboh melihat kedatangannya?
Pelan-pelan Abrisam mengendurkan pelukan itu, dia membawa satu gadis yang memeluknya untuk duduk di tepi rumah pohon, menghapus air mata yang membanjiri pipi cubby si gadis, dia berkata. "Berhenti nangis, apa yang terjadi? Ke—kenapa kalian berdua ada disini?"
Gadis tadi kembali memeluk tubuh Abrisam, membuat cowok bertubuh tinggi itu kicep karena bingung akan melakukan apa. Mengapa kehadiran Abrisam seolah mengundang air mata dari kedua gadis ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
I'am Not ALONE || TERBIT ✅
Fiksi RemajaAbrisam Abdar Aabid, remaja laki-laki tangguh sebagai pasien termuda di rumah sakit yang menderita penyakit tersebut. Hidupnya berada di ambang kematian, dan hanya obat-obatan yang selalu menemani. Tentu bukan hal yang mudah bagi dia melawan kangker...